8. Hanya Karena...

1K 113 3
                                    

“[Name],” Nebuya memanggil namamu dari luar kamar. Sesekali mengetuk pintu kamar.

Kau yang sementara belajar itu menjadi terganggu dan dengan jengkel kau membuka pintu kamar dan menatap tajam ke arah pemuda berbadan kekar itu.

“Apa yang kau mau?!” tanyamu kesal.

Nebuya hanya cengengesan di tempat sambil memperlihatkan sebuah buku di depanmu. Kau hanya bisa menghela nafas. Ini sudah menjadi kebiasaanmu sejak kecil. Mengajar salah satu gorila maniak basket di depanmu ini. “Masuklah!”

Nebuya masuk ke dalam kamarmu. Mengamati seluruh kamarmu dengan tatapan bingung seperti kamarmu adalah sesuatu yang sangat ambigu. ‘Wajar saja. Diakan hanya memikirkan basket daripada nilai akademi’, batinmu menghela nafas kembali.

Kau berjalan ke arah meja bulat di tengah-tengah kamarmu dan mengambil tempat untuk duduk di sana. Lalu memandangi Nebuya yang masih berdiri di depan pintu kamarmu.

“Jadi, pelajaran apa yang tidak kau mengerti?” kau bertanya sambil menopangkan dagu di atas tanganmu.

“Cinta.”

Bunyi jangkrik langsung memenuhi seluruh kamarmu, padahal kau tak memelihara  jangkrik. Jeda beberapa menit kau langsung mengambil ‘megaphone’ yang kau simpan buat jaga-jaga dan menghadapkannya ke arah Nebuya. Menyalakannya ke volume paling keras dan berkata,

“Jadi hanya karena itu kau mengganggu belajarku?! HANYA UNTUK C-I-N-T-A?!?!”

.
.

Katakan pada saya jika Rakuzan no Drabble ini Absurd. Karena menurut pengamatan saya setelah membaca ulang, komen saya.... ANEH.

Indonesia, 16 Maret 2016
Shirone Mayu

Rakuzan no DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang