Part 6

20.6K 845 28
                                    


===Amora POV===

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah dua bulan lebih kejadian penculikan itu berlalu. Tidak ada yang berubah dengan diriku. Semua masih sama.

Kalau kalian bertanya apa aku trauma, jawabannya tidak. Karna apa?

Karna sebelumnya aku sudah mengalami hal sama yang jauh mengerikan dari ini.

Kejadian itu terjadi waktu aku tinggal di jepang dulu. Aku tidak ingin lagi terbayang - bayang kejadian 5 tahun lalu. Rasanya hidupku hancur berkeping - kepingku jika mengingat hal itu. Bahkan itu lebih buruk dari mimpi buruk sekalipun.

Kata - kata itu, selalu melekat di memoriku. Seperti kaset rusak terngiang - ngiang dalam kepalaku dan membuatku menjadi wanita yang lemah, tanpa gairah hidup.

Aku mencoba berusaha keras melupakannya. Tapi, hal yang ku dapatkan malah sebaliknya.

'Semakin kau berusaha melupakannya, maka kau akan semakin mengingatnya.'

Kata - kata itu memang benar adanya. Hidupku sangat sulit, bagaimana tidak. Berbagai masalah dan cobaan datang bertubi - tubi padaku. Semua itu membuat hidupku bertambah rumit.

Mungkin jika aku tidak bertemu dengan Sam, aku sudah mengalami depresi berat.

Sam, sangat baik padaku. Dia membuatku kembali menjadi diriku sendiri, diriku yang dulu. Diriku yang kuat, tidak mudah menyerah.

Sudah lama aku mengenal Sam. Bahkan, kedekatanku dengan Sam terjalin sangat baik. Mungkin banyak yang mengira kalau aku dan Sam sepasang kekasih. Keakraban kami, bagi mereka yang tidak tau pasti menganggap bahwa kami pasangan yang romantis.

Jangan salah paham dulu, karna aku sudah menganggap perlakuan dan kedekatan kami hal yang biasa.

Disisi lain, aku dan Sam sama sekali tidak pernah menjalin hubungan spesial, seperti pacaran.

Hampir 90% persahabatan antara lawan jenis pasti akan berakhir dengan cinta dan aku percaya hal itu.

Tapi, bukannya aku mengharap Sam menjadi seperti itu. Bisa dikatakan Sam hanya menganggapku sebagai seorang adik.

Ya, adik perempuan yang sangat ingin dimilikinya. Tetapi hal itu tidak kesampaian, karna rahim mamanya harus diangkat setelah melahirkannya Sam.

Aku dengan senang hati mau menjadi adiknya, karna bisa merasakan kembali memiliki sosok kakak. Meskipun bukan kakak kandungku sendiri.

Itu saja sudah mengobati rasa rinduku pada sosok kakak kandungku yang selalu melindungiku.

Wusss....

Tiupan angin yang itu berhasil menerbangkang anak rambutku yang tidak ikut terikat. Tak terasa kulitku tanganku mulai mengkerut, dan itu menandakan sudah terlalu lama aku berdiri di balkon kamarku.

Dinginnya angin malam mulai terasa menusuk tulangku. Hal itu tidak mengidahkan kakiku segera melangkah masuk ke kamar. Meski waktu sudah semakin larut malam.

Sudah menjadi kebiasaanku menikmati suasana malam seperti ini. Langit gelap dihiasi oleh bintang - bintang. Membuat diriku tidak bisa melewatkan moment indah seperti ini.

Entahlah, aku merasa akhir - akhir ini ada yang memperhatikanku. Bukannya aku kepedean,aku rasa emang benar sih.

Bahkan instingku selalu benar. Tak bisa dipungkiri, secara langsung tubuhku bisa membaca setiap situasi maupun keadaan.

Tidak mungkin Deandra melakukannya. Bahkan dia sudah meminta maaf dan menyesali perbuatannya setelah mendengar penjelasanku sebenarnya.

Bagaimana tidak, dia melakukan tindakan bodoh, karna sandiwara yang kami lakukan. Lebih parahnya dia harus tinggal di balik jeruji besi karna tindakan anarkisnya.

Sebenarnya, aku tidak tega melihatnya. Tapi mau bagaimana lagi Sam tidak ingin melepaskan Deandra begitu mudah.

Salah satu cara agar Sam luluh adalah dengan membujuk rayunya. Tipe sifat Sam yang kokoh dengan pendiriannya membuatku kesulitan.

Jangan pangil aku Amora kalau tidak bisa meluluhkan kekeras kepalaan si Samuel. Aku bahkan mengeluarkan bakat aktingku. Mungkin saja Engelina jolie kalah denganku. Hahaha...

Mempertaruhkan harga diri? Tentu. Merengek seperti anak kecil bahkan menangis histeris di kantor kepolisian. Ya mau tak mau, ikhlas tak ikhlas, aku melakukan tindakan terbodoh dan memalukan seperti. Bisa dibayangkan betapa malunya diriku.

Untungnya usahaku tidak berakhir sia - sia. Sam menarik tuntutannya. Ya, meskipun hal itu tidak bisa langsung membebaskan Deandra, hanya saja mengurangi masa tahanan dia dibalik jeruji besinya.

'Mengasihani hal yang wajar. Tapi dia harus merasakan hukuman atas tindakannya agar kelak tidak melakukan kesalahan yang kedua kalinya.' ucapkan Sam waktu hasil sidang telah di sahkan.

Aku menghela nafas panjang, kemudian berbalik badan menuju sofa yang sengaja aku taruh di balkon kamarku.

Tapi waktu berbalik aku tidak sengaja melihat siluet pria. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karna lampu balkon kami sama - sama tidak dinyalakan.

Bahkan dibawah penerangan langit malam aku bisa melihat dia melihat kearahku.

Aku hanya mengangkat bahu, kemudian menghempaskan beban tubuhku di sofa. Aku mengambil selimut yang sudah kubawa waktu keluar menuju balkon.

Ya benar. Aku berniat tidur disini, bahkan bisa dikatakan aku sering tidur disini.

Menurutku rasanya bebas saja tidur menyatu dengan udara luar. Bahkan aku memiliki keinginan. Bukan, lebih tepatnya seperti obsesi. Obsesi hal gila yang masuk dalam daftar listku yang wajib dicoba.

Ehmm... Sebenarnya aku ingin mengatakannya tapi diwaktu bersamaan aku malu mengakuinya. Ah, sudahlah lain kali saja jika sudah waktunya.

Aku segera memejamkan kedua mataku, karna mataku sudah tidak bisa diajak kompromi.

Di seberang balkon apartemen itu, pria itu masih menatap kedepan. Lebih tepatnya, wanita yang bergelung dalam selimut seperti kepompong.

"Gadis bodoh, apa dia tidak kedinginan tidur diluar." geramnya kesal melihat tingkah gadis di depannya. Rasa marah pria itu bahkan tidak mengusik tidurnya.

Hahaha... Tentu saja, bahkan jarak balkon kamarnya lumayan jauh dengan balkon calon gadisnya. Mana tau kalau ada yang marah padanya.

Menyebut dia dengan calon gadisnya rasanya kurang pas, lebih tepatnya wanita pendamping hidupnya, dan ibu untuk anaknya kelak.

Pria itu menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan salah satu pemikirannya.

"Ck. Aku rasa satu anak tidak cukup. Mungkin banyak anak lebih menyenangkan." ujarnya sambil tersenyum dengan sendirinya.

Membayangkan saja rasanya sudah membuncah bahagia.

"Kau milikku selamanya. Hanya diriku, yang pantas memilikimu Amora Camelia." ucapnya seolah menegaskan bahwa gadis di depannya itu benar - benar miliknya.

===o0o===

Curahan hati Authour.

Bagi yang gk mau baca bisa dilewati. Authour yang baik hati ini gk bakal marah og.
####

Hampir saja author gak update hari ini. Rasanya gk enak ingkarin janji sendiri. Jadi authour baik ini, dengan senang hati publis my story.

Kasihan para reader yang nunggu ceritaku. Ehhh... Tak taunya pas bukak WP punyaku belum ku perbarui...
Hehehe …

Oh ya minggu - minggu ini waktuku banyak kesita. Tugas numpuk man... Do'ain aja tugasku lancar jaya.

Rampung dengan sendirinya. Huhu...yang benar saja?

Semoga saja ideku mengalir terus seperti air banjir. Sebanjir musim penghujan ini. Hohoho...

Thanks sudah mau vote maupun comment ceritaku.


Riyulian

Love is FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang