Takut jika saja tiga pria brengsek itu melirik kearah kami dan kembali mengejar, napasku terasa berat. Jantungku semakin berdetak kencang.

Aku berusaha mengalihkan rasa takutku dengan menyentuh tangan Peter yang memegang lenganku.

Bahkan tanpa di ungkapkan dengan kata - kata, dari gerak tubuhnya aku tahu dia akan melindungiku.

Peter naik duluan ke sepeda motor dan aku kesulitan naik karena helm yang kupakai terasa berat dan membuatku sedikit oleng kehilangan keseimbangan.

Plus, Peter memakai ranselku diantara kita berdua dan memakan banyak tempat dibagian belakang motor.

Aku sempat berpikir, kau mau aku duduk di roda kemudian ikutan berguling saat motornya jalan?

Peter melihatku kesulitan naik. " This isn't going to work. Hold on, " dia mengganti posisi ransel hingga kedepan dadanya dan memberiku tempat lebih untuk duduk dibelakang.

Kemudian dia memperbaiki posisi helmku. Ralat, helmnya tepatnya.

Aku tidak mau bohong, tapi helmnya tercium bau sampo dan keringatnya.

" Kau mengendusnya? " tanya Peter yang membuatku terlonjak kaget.

" Aku bukan anjing pelacak, "

Peter menunduk dan menunjuk ranselku didepan dadanya. " Lihat, sekarang kita berdua hamil empat bulan. " dia tertawa sendiri pada lelucon tidak masuk akal.

" That's not funny! " kataku menendang tulang keringnya.

Peter berhenti tertawa. " Awas, kau baru saja menendang penyelamatmu. " dia menekan kata.

" Berhenti bersikap brengsek! " aku mengelus perutku pelan. " Kau tahu seharusnya jangan bermain dengan berat badan gadis - gadis. "

" Tuhan, itu hanya lelucon. Plus, aku tidak berpikir kau gendut. Kau hanya memakai pakaian terbesar yang pernah kulihat. " dia tertawa.

" Aku kedinginan, "

" Ditengah musim panas? Yang benar saja, "

Aku memberinya tatapan, Aku serius.

Peter tidak tahu apa saja yang sudah terjadi padaku akhir - akhir ini. Dia tidak tahu keanehan apa saja yang sudah terjadi.

Dibalik baju tebal yang kupakai aku menyembunyikan semua luka memar, sayatan dan lebam disepanjang tubuh.

Dibalik baju tebal yang kupakai tubuhku meraung menggigil tidak peduli disekitarku panas. Tidak peduli jika suhu dinaikkan meski sedang musim panas sekalipun. Aku selalu kedinginan tidak wajar.

Aku hanya yakin ini ada hubungannya dengan itu.

Aku naik ke motor dan tanpa ragu memeluknya.

" Pegangan yang erat. Aku tidak ingin kau jatuh dan mengeluarkan isi kepalamu, "

" I'll try not to. "

Sepeda motor melaju meninggalkan mall. Aku menengok ke belakang melihat apa kami masih diikuti.

Kali ini kami kabur dengan mulus dan mereka bahkan tidak menyadarinya.

Jalanan umum lebih minim kendaraan hingga kami bisa melesat pergi lebih cepat. Saat setengah jalan, " Sekarang kita mau kemana? " tanyaku.

" Membawamu pulang, "

" Kau tahu dimana rumahku? " aku mulai berpikir dia pembunuh bayaran atau semacamnya.

" Kau akan memberitahuku alamatmu atau kubawa kau pulang ke alamatku? " dia mulai bercanda.

The Author #Wattys2016Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon