Home

663 183 46
                                    


Terkadang sebuah mimpi cukup kuat untuk menjadi kenyataan.

- Lutfia Ihwani Umar


















" Lola kau bisa cerita padaku kalau kau mau, "

" Tidak jika ada Austin disini. " aku membuat alasan. Aku tidak mau mengatakan hal yang akan menyakitinya dengan fakta aku memang tidak mau memberitahunya.

Masih memegang kemudi Greyson menoleh. " I love you, " dia berbisik.

Aku mengangguk tanpa meliriknya. Memberitahunya, Ya. Aku tahu itu.

>>>>><<<<<

Matahari sudah hampir tenggelam saat aku tiba di rumah.
Greyson memarkirkan mobilnya di driveway. Aku menoleh ke jok belakang dan mendapati Austin yang tertidur pulas.

Pandanganku bertemu dengan Greyson.

" Maaf aku- "

" It's okay. " potong Greyson. " Mungkin aku memilih waktu yang salah, "

Menuruti kata hati, aku mencium pipinya saat itu juga.

Bisa kurasakan tubuh Greyson sedikit bergetar ketika aku menciumnya.

" So, see you tomorrow at school? " tanyaku.

Greyson tersenyum dan mengangguk. Kemudian tanpa sepatah katapun aku membuka pintu mobil dan berjalan menuju rumah.

Pembantu - pembantuku mengetahui kedatanganku hingga sebelum aku menyentuh gagang pintu, pintu sudah di buka oleh mereka.

Saat aku sudah ada di dalam rumah, aku memerintahkan mereka menutup pintu.
Aku menatap salah satu pembantuku. " Mom dan Dad belum pulang. " lapornya seperti biasa.

Aku mendekat ke jendela saat pintu sudah tertutup rapat.

Mobil Greyson baru saja keluar dari driveway dan aku tidak bisa lagi menahan emosiku.

Aku tidak sanggup lagi membendung air mata hingga akhirnya air mata jatuh keluar begitu saja. Lututku masih bergetar karena kejadian sebelumnya hingga ku biarkan tubuhku jatuh duduk di lantai.

Semua pembantu mengerumuniku namun dengan sekali kode, mereka menjauh.

" Kau baik - baik saja? " sambar Maria.

" Leave me alone, " aku menunduk menangis tanpa alasan dan meminta Maria pergi meninggalkanku sendiri.

" Ketika kau minta untuk di tinggalkan sendiri, itu artinya kau tidak mau sendiri. You hate being alone. Jangan kira aku tidak memahamimu, "

Hening selama dua tarikan napas. " Dia mengikutiku. " bisikku parau.

Maria kepala pengasuhku memberi kode pada para pembantu untuk meninggalkan kami.

" Apa? "

" Dia mengikutiku! " pekikku. " Dia tidak- dia tidak mungkin nyata! Dia hanya bagian terburuk dari mimpi burukku. "

" Apa maksudmu? "

" Aku melihatnya. Aku melihatnya bahkan disaat aku masih terjaga. Aku melihatnya disekitar mereka yang hidup. "

" Kau yakin itu? "

" Aku yakin! Kau pikir apa? Aku melihatnya dengan mataku sendiri. "

Maria terdiam. Kami berdua menatap satu sama lain. " Sudah kubilang hal ganjal ini bukan kebetulan. "

Aku menghapus air mataku. Kesuliatan  berpikir jernih. " Aku mau ke kamar, " aku mendorong tubuh Maria menjauh.

" Tolong katakan padaku kau tidak akan menyentuh cerita terkutuk itu lagi. " teriak Maria di belakang.

Aku tidak menjawab dan setengah berlari menuju kamar.

>>>>><<<<<

Baru ku injakkan kaki memasuki kamar, kutemukan pembantuku yang membersihkan.

Aku mendekat ke tempat tidur berniat menjatuhkan diri sebelum, " Gosh! " tembus. Padahal seingatku aku sedang tidak halangan. Kuraih seprai tempat tidur berniat mencucinya sendiri. Tapi  pembantuku menolak dan mencoba meraih seprai agar aku tidak mencucinya.

" Biar ku cuci sendi- " ucapanku terpotong saat melihat jejak telapak tangan darah berjari tiga di seprai tempat tidur.

Berjari tiga dengan kuku panjang.

Pembantuku kaget bukan main, mulutnya menganga lebar dan ditutup dengan telapak tangan.

Aku tahu jenis tatapan itu.

Jenis tatapan ketika kau melihat hal mengerikan untuk pertama kali.

Dugaanku benar. Aku sedang tidak halangan, dan darah ini bukan milikku.

Where is it come from? Jejak telapak tangan darah, berjari tiga.

Dan Maria benar lagi.
Entitas ini semakin kuat sementara jiwaku semakin melemah.

" Pergi panggil Maria, " perintahku.




.

.

.

.

.

VOTE & COMMENT

BIAR AKU TAHU KALIAN PERNAH KE SINI.

SO I COULD KNOW THAT YOU GUYS WERE HERE.

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

VOTE

SEBARKAN CERITA INI !!!

- Lutfia Ihwani Umar

Follow »»»

Twitter : @Lutfia_Umar

Instagram : lutfia_ihwani_umar

The Author #Wattys2016Where stories live. Discover now