She Think So

354 96 3
                                    

Diane, apa yang ada dipikiranmu?
Apa saja yang kau tahu?
Katakan padaku dan mungkin kau bisa membantuku menyelesaikan masalah yang sedang terjadi padaku.

- Lutfia Ihwani Umar


























Aku refleks maju mendekat ke wajahnya hingga Diane memundurkan lehernya dan memberiku tatapan, Jangan menciumku, aku bukan lesbian.

" Aku tidak main - main. Katakan apa saja yang kau tahu? "

" Kau peduli? "

Kuacuhkan. " Aku juga berpikir itu sesuatu yang lain, "

" Whoa, lihat. Anak paling populer membelaku. " Diane mulai bermain - main.

Aku diam dan memberinya tatapan Aku serius.

" Kau sungguh mempercayaiku? " tanyanya kemudian.

Aku mengangguk.

" Dengar, aku tidak minta dikasihani karena anak - anak di sosial media mengatakan aku gila karena kubilang- "

" -Itu karena sesuatu yang lain. " kusambung katanya. " Demi tuhan, Diane aku membutuhkanmu. Aku tidak tahu harus menceritakan masalah yang terjadi pada diriku ke siapa. "

" Karena mereka tidak akan mengerti. " Diane melengkapi kalimatku.

" Tidak akan mengerti. " aku mengiyakan.

Diane mengalihkan pandangannya dariku, berpikir. " Aku tidak punya jaminan jika ini hanyalah jebakan yang biasa dilakukan anak - anak populer- "

" Kupastikan ini bukan lelucon. "

" Mungkin ada microphone tersembunyi yang merekam pembicaraan kita dan kamera video kecil yang merekamku mengatakan hal gila, dan yang selanjutnya terjadi Baam! Aku ada di Youtube dengan hashtag #CraaazyMinder "

Kucengkeram tangannya dan memberinya tatapan serius. " Bunuh aku jika ini semua hanya lelucon. "

" Jangan pernah bermain dengan nyawa- "

" I don't care! Semua yang terjadi- " kujeda dan melihat sekitar. Aku berhati - hati jika saja anak lain mendengar ataupun melihatku dan berpikiran aku gila. " Semua sudah terlalu buruk, Diane. " bisikku pelan memastikan tidak ada siapapun yang dengar selain Diane sendiri. " Dan semakin buruk setiap detiknya, "

Diane menatapku dengan tatapan bahwa aku serius dan ini semua bukan lelucon jebakan yang biasa di buat anak - anak populer.

" Aku harus pergi. "

" Apa? " sebelum aku berkata lagi Diane sudah berlalu dengan sepeda motornya meninggalkanku sendiri di parkiran high school.

Hebat. Sekarang Diane Windsor berpikir aku gila. Harusnya aku jangan langsung to the point dulu.



Aku jalan kaki pulang meninggalkan high school. Aku bisa saja menelepon supirku untuk minta jemput tapi aku hanya ingin menyegarkan pikiranku yang penuh dengan negative thinking akibat teror sialan itu.

Aku berputar di taman hijau kota untuk memperbaiki fisik dan mentalku yang sudah sedikit rusak akibat teror itu. Udaranya cukup segar menyegarkan hidung dan paru - paru. Warna hijau memperbaiki mata, pikiran, dan mentalku yang sedikit down akhir - akhir ini. Kali ini aku tidak sendiri. Meskipun tidak ramai tapi setidaknya ada beberapa pengunjung taman. Ini lebih baik daripada tidak ada orang sama sekali.

The Author #Wattys2016जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें