i. Musuh Pertama

33.9K 2.3K 35
                                    

▽▲▽▲

Suara-suara teriakan heboh begitu terdengar menggema di seluruh area sekolah. Dari deretan koridor kelas sampai deretan pinggir lapangan. Bahkan sudah seperti pulau manusia.

Mereka menjerit histeris sambil mengibas-ngibaskan tangan didepean wajah dengan muka memerah kepanasan. Syukurin, siapa suruh sok kuat berdiri nonton pertandingan basket. Yang pasti deretan manusia itu kebanyakan perempuan yang demen sama cowok–tampan primadona Sekolah Gasava Indonesia.

"Duh panas, gile. Kalau bukan demi seorang Aligafa Noufal yang ganteeeng pake banget, gue ogah berdiri disini!" Ujar seorang gadis sambil mengibas-ngibaskan mukanya kepanasan. Gadis disebelahnya hanya memutar bola mata nya malas. Eits, jangan anggap dia sama dengan wanita lainnya. Dia biasa aja, tuh. Panas? Nggak ah. Situ pada jarang kali jogging, main basket, atau misalnya main tenis, makanya anti sama sinar matahari.

"Duh, Dy, lo nggak bosen apa ngeliatin kayak ginian? Berisik disini, dy." Ujar gadis itu pada sahabatnya yang daritadi masih teriak–teriak gajelas.

"Duh, Prilly Rawnie yang cantik, jelita, baik hati dan rajin menabung, lo ngertiin gue dikit dong! Gue kan mau cuci mata gue ni, liat Defa si manis, Farthan bule, atau mantan lo tuh mantan LO!!!" Ujar Audi terpekik kaget tepat saat bola yang dilempar oleh seorang lelaki mendarat di kepala Prilly.

Bukkkk!!

Audi menganga melihat sahabatnya terjatuh di pinggir lapangan. Sesaat Prilly jadi tontonan semua anak sekolah. Begitu pula Ali yang shock karena bola orange-nya bisa mendarat di kepala gadis itu.

Tubuh gadis mungil itu ambruk tepat setelah bola orange itu mendarat di kepalanya. Prilly, gadis itu memegang kepalanya yang terasa begitu nyeri.

"OMG! My gosh, Prilly! Are you okay? Prill.. Can you hear me?" Audi baru tersadar dan Ia panik seketika. Sedangkan pandangan Prilly sudah mulai buyar. Dalam hati ia mengumpat kesal karena bola Orange kesayangan lelaki yang paling ia benci harus mendarat di kepalanya!

Good job, Aligafa!

"Prill, prill.. Lo gapapa? Prill.." Suara anak-anak basket samar-samar terdengar di telinga Prilly. Sampai akhirnya, mata cokelat itu terpenjam sempurna.

Yah, pingsan.

▽▲▽▲

Bau obat begitu tercium ketika kesadarannya mulai pulih. Matanya terasa berat, bahkan kepalanya begitu nyeri. Prilly, gadis itu bangkit dari tidurnya, menatap sekeliling dan Ia mulai tau dimana Dia sekarang.

Di UKS sekolah.

Gadis itu mengedarkan pandangannya dan alangkah terkejutnya dia melihat siapa yang berdiri sambil membaca buku di sebelah pintu UKS.

"MANTAN! Ngapain lo disini?!" Pekik Prilly tak tertahan. Emosi mengebu-gebu dan sekaligus rasanya–erghh pengen banget gigit Lelaki nyebelin itu sampe sekarat!

"Hai, Mantan." Ujar Ali santai sambil tersenyum kecil ke arah gadis yang sudah ia celakai tadi. Ya, gak sengaja. Kalau bisa sengaja juga maunya Ali gitu. Jahat sih, emang.

"Ngapain lo? Dasar MANTAN alias MANusia SeTAN! Keluaaaaaaar!" Pekik Prilly kencang. Suaranya yang begitu kencang tak pernah mengefek untuk Ali. Ya, ia akui suara gadis mungil itu memang dasyat, tetapi buktinya Ali gak sampe budeg, kok. "Suara lo makin nyaring dan sedikit berbunyi ke–sedihan."

"Stress banget abis putus sama gue, jadi begitu ya?" Ucapan blak-blakan Ali berhasil membuat Prilly melotot terkejut. Ia lagi-lagi mengumpat dalam hati untuk Ali entah untuk keberapa ribuan kalinya.

"Sialan lo! KELUAR!" Pekik Prilly sambil melempar bantal UKS lalu turun dari kasur dan menghampiri lelaki–ternyebelin yang pernah dia kenal. Ia harap gapernah kenal seumur hidup! Ih amit-amit.

"Keluar lo! Kelua–"

Ceklek...

"Eeeeh–"

Sebelum teriakan itu dilanjutkan, Ali menarik tubuh mungil Prilly ke arah lemari UKS dan keduanya mengumpat disitu karena seorang Guru yang tiba-tiba masuk. "Brengsek, hmppppp... Hmsshhpp..." Umpat Prilly. Ali menutup mulut gadis itu dengan tangan kanannya. Sesaat Ia menatap Prilly sambil melotot menandakan untuk diam sebentar.

"Siapa disini? Keluar kalian, saya mendengar kalian tadi." Ujar seseorang di luar. Mendadak Dua sejoli itu terdiam berusaha untuk tidak membuat keributan sedikit pun yang dapat membuat kecurigaan.

Setelah merasa aman, dan kedengarannya juga guru tadi sudah keluar, Ali kembali fokus memandang gadis disebelahnya yang terdiam.

Dari sedekat ini, Ali bisa melihat mata hazel milik gadis dihadapannya. Di lemari sesempit dan segelap ini. Sedangkan Prilly, entah kenapa rasa hangat yang dulu pernah ia rasakan hadir lagi, bersama lelaki yang sudah bukan menjadi milik nya lagi.

Setelah tersadar dari lamunan, keduanya membuka pintu lemari lalu berjalan berjauhan. Merasa kikuk karena sudah lama mereka tak pernah sedekat tadi.

"Dasar kadal, cari kesempatan dalam kesempitan!" Umpat Prilly.

"Enak aja, emang lemarinya sempit, kok. Lo aja yang ge–er." Balas Ali dengan datar. Prilly mengeram kesal.

"Mantan, lo jauh-jauh dari gue!" Tunjuk Prilly penuh tekanan lalu,  berlalu begitu saja keluar dari UKS. Bukan, bukan karena dia benci karena masalah bola tadi. Tapi dia benci karena kejadian tadi membuat jantungnya tak normal.

Ali hanya mengendus melihat tubuh mungil Prilly menjauh darinya.

"Mantan, mantan.. Lo masih aja sama, nyebelin cerewet, berisik lagi."

▽▲▽▲

20/03/16

My(ex)BoyfriendTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon