"Pril, ayo. Kita hari ini ada ujian olah gerak kapal," seru Cindai mengetuk pintu kamar Prilly.

"Iya, Cindai sayang. Sabar." Prilly keluar kamar tetap dengan keceriaannya.

Inilah Prilly, tak ingin orang lain tahu jika hatinya sedang terluka. Yang ingin dia perlihatkan kepada dunia ini adalah senyumannya dan kebahagiaannya.

"Pril, aku tahu bagaimana keadaanmu dan perasaanmu," ujar Cindai setelah Prilly selesai mengunci pintu kamar kos.

"Kamu tidak akan pernah paham dan tahu dengan perasaanku Cindai. Hanya aku dan Allah yang mengetahuinya." Prilly berucap dengan senyum yang menutupi luka di hatinya.

"Okey, kita harus segera berangkat. 15 menit lagi apel staf." Cindai berusaha mengalihkan pembicaraan dan mengajak Prilly segera berangkat ke kampus.

Saat keduanya sedang ke luar dari pagar kos, tak sengaja mereka berpapasan dengan seseorang.

"Oncom!!!" seru Cindai memanggil.

Orang yang di panggil Oncom itu segera menghentikan motornya dan membuka kaca helm menoleh pada Cindai dan Prilly.

"Apa?" tanyanya dingin tanpa ekspresi.

"Mana buku meteorologiku yang kemarin kamu pinjam?" Cindai menodong lelaki itu sambil tangan mengatung.

Lelaki itu memutar tasnya, lalu mengeluarkan buku tebal dan diserahkan pada Cindai.

"Makasih. Lain kali aku pinjam lagi ya?"

"Iya." Setelah Cindai menjawab si Oncom itu berlalu menarik gasnya.

"Ayok Pril," ajak Cindai lalu mereka melanjutkan berjalannya.

***

"Poltir," panggil komandan batalyon.

"Siap Ndan!" sahut Prilly tegas sambil menoleh ke sumber suara.

"Ini ada titipan dari Bu Dani. Beliau hari ini tidak bisa mengajar. Dia meminta kamu mengajar di tingkat satu Nautik soal ilmu pelayaran." Komandan batalyon itu menyerahkan sebuah buku panduan ke pada Prilly.

"Baiklah Ndan." Prilly menerima buku itu.

Komandan batalyon berlalu dari hadapan Prilly. Buku tebal yang memuat materi pelayaran dipandang Prilly lekat. Semakin dia lama memandang, bayangan Dedy saat tersenyum justru muncul di buku itu.

"Aku nggak akan memaksakan diri untuk melupakanmu. Biarkan kamu selalu ada dalam ingatanku. Jika aku berusaha melupakanmu, justru itu akan semakin menyiksa batinku." Prilly membatin, menahan perih di hatinya.

Mencoba tuk melupakan seseorang yang sangat dicintai sama artinya dengan berusaha memilih seseorang yang tak pernah dikenal, semuanya akan sia-sia dan sangat melelahkan.

Prilly menghapus air matanya yang sempat menggantung di pelupuk matanya tadi. Dia menghela nafasnya dalam, lalu dia mengembalikan kepercayaan diri dan semangatnya lagi. Prilly melangkah masuk ke ruang kelas Nautik tingkat satu. Menjadi asisten dosen membuat Prilly, dituntut harus bisa memahami materi. Itu juga menguntungkan untuknya, karena apa yang dia pahami, suatu saat nanti ia dapat terapkan saat benar-benar terjun ke dunia pekerjaannya.

"Selamat pagi," sapa Prilly tegas dan berwibawa.

"Selamat pagi Poltir," jawab semua orang yang berada di ruang tersebut.

"Karena Bu Dani tidak dapat masuk kelas hari ini, jadi saya yang akan mengisi materinya." Prilly mulai membuka buku tebalnya.

"Baiklah apa kalian sudah pernah mempelajari tentang ilmu pelayaran datar?" tanya Prilly sebelum melanjutkan penjelasannya.

AIR (Ketika dua air yang berbeda arti disatukan atas nama cinta) KOMPLITWhere stories live. Discover now