"Pril, jalan aja yuk?" ajak Cindai yang sudah siap mengunci kamarnya.

Kamar mereka dari awal masuk kuliah hingga sampai sekarang selalu bersebelahan.

"Okey," jawab Prilly mengunci pintu kamar kosnya.

"Cindai!" panggil seseorang dari seberang kamar mereka.

"Eh, ada apa?" tanya Cindai menghampiri pembatas kos.

Prilly tetap berdiri memperhatikan Cindai yang menerima sesuatu dari orang itu.

"Makasih, tolong sampaikan ke Adi," ucap orang itu sebentar melirik Prilly lalu kembali acuh.

"Okey Oncom. Entar aku kasih ke dia." Setelah Cindai menerima barang itu, lalu dia menghampiri Prilly lagi.

"Apaan itu Cin?" tanya Prilly penasaran dengan benda yang terbungkus plastik hitam saat Cindai memasukan ke dalam tasnya.

"Mantol punya Adi, sudah berapa minggu dipinjam Oncom pas kita ketemu dia kehujanan di simpang lima," jelas Cindai, sedangkan Prilly hanya menanggapi dengan anggukan kepala saja.

"Kita sarapan di kantin saja ya Cin? Soalnya aku takut nanti telat apel staf. Bisa-bisa di hukum."

"Iya deh Pril, yuk berangkat."

Prilly dan Cindai pun melangkah keluar dari gerbang kosnya. Di sepanjang jalan sapaan dan tanda hormat untuk Prilly dan Cindai bertebaran dari adik juniornya. Itu adalah salah satu peraturan di dalam kampus mereka. Jika saat bertemu senior atau atasannya saat memakai PDH, wajib melayangkan hormat dan menyapanya. Bagi Prilly itu sudah hal biasa dan sebisa mungki dia membalas sapaan itu, walau hanya dengan anggukan tegas.

***

Senja hari Prilly baru saja pulang dari kampus, karena dia harus mempersiapkan banyak hal untuk persiapan prala (praktek lapangan). Rencananya sebelum membuat makalah, Prilly dan yang lainnya dituntut untuk melakukan prala minimal 6 bulan. Dan hasil dari prala itu nanti yang akan menjadi tema pada makalahnya.

"Baru pulang kamu, Pri?" tanya Dita teman satu angkatan dia yang sama kos dengan Prilly.

"Iya Dit. Kamu mau kemana?" tanya Prilly yang melihat Dita sudah rapi.

"Mau keluar cari makan. Kamu mau nitip nggak?"

"Nggak deh, nanti Dedy mau ke sini. Paling dia bawa makanan."

"Okey, aku keluar dulu ya?" Dita berpamitan lalu pergi meninggalkan Prilly yang masih duduk di bangku putih depan kamarnya sejenak melepas lelah.

Mata Prilly menangkap seorang pria bertubuh kekar dan tegap di seberang sedang mengeluarkan sepeda motor Ninja berwarna hijau dari teras kamarnya.

"Oncom, mau ke mana kamu?" tanya tetangga kos yang tinggal di kamar sebelahnya menghampiri pria itu.

"Mau cari makan. Kenapa? Mau nitipkan?" tebak pria yang selalu di panggil oncom itu.

"Iya, tahu aja kamu. Lagi malas keluar nih."

"Mana duitnya?"

Prilly masih saja memperhatikan dua pria di depannya itu. Tidak ada getaran di dalam hatinya apa lagi rasa penasaran kepada pria yang selalu di panggil oncom itu. Bagi Prilly saat ini lelaki yang dia cintai hanyalah Dedy dan cuma dia yang sudah mengunci hatinya hingga dia tak tertarik kepada pria lain selain kekasihnya itu.

"Ah, ngapain coba aku lama-lama duduk di sini? Yang ada ntar Dedy datang aku belum mandi. Masa diapeli pacar bau asem sih," gerutu Prilly sendiri sambil melepas kaos kakinya.

AIR (Ketika dua air yang berbeda arti disatukan atas nama cinta) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang