Because I'm Different

18 4 3
                                    

Because I'm Different

A Fanfiction by OtherwiseM

|| No Minwoo (Boyfriend) and You || Fluff || Ficlet || PG-13 ||

Karena aku berbeda.

.

.

.

"Apa lagi?"

Dingin, nada itu meluncur begitu saja dari kedua belah bibirku. Sorot datar bercampur kesal, tak kunjung buat lelaki yang terengah-engah di hadapanku melangkah mundur.

Dengan penuh keyakinan, Minwoo menegakkan kembali tubuhnya. "Jangan marah lagi, kumohon!"

"Aku tidak marah," elakku cepat. Tangannya menahan pintu yang hendak kututup. Minwoo sontak memberengut kala jemarinya terapit pintu. Aku menghela napas panjang.Menyebalkan!, Mau tidak mau aku harus membuka kembali pintuku.

"Ya, aku sedang tak ingin diganggu! Sana pergi!"

Dengan kasar, kugusur tubuh kurus itu menjauh dari batas rumahku. Namun kala telapak kaki kami menginjak halaman depan, Minwoo buru-buru menarik tanganku. Menguncinya dalam sebuah rengkuhan hangat sehangat susu buatan ibu di pagi hari.

Saraf di tubuhku rasanya putus semua hingga tak dapat berkutik saat napasnya yang hangat menyapa tengkukku. Detak jantungnya yang kian cepat setiap sekon, membuat semu merah di wajahku kian menjadi.

"Hei, ada apa denganmu? Apa aku berbuat salah, hm?"

Lembut, selembut boneka beruang raksasa yang Minwoo berikan bulan lalu. Dan entah bagaimana caranya, hati serta amarahku luluh bersama kata-kata yang meluncur keluar dari bibirnya.

"Kau ... menyebalkan!"

Alih-alih melonggarkan pelukannya, Minwoo malah semakin menghapus jarak di antara kami. Buat aku yang terus-menerus meronta diam ini membeku. Lelaki ini kenapa hebat sekali membuatku tak berkutik? Cih, menyebalkan!

"Lepaskan aku!"

"Aku tak akan melepaskanmu jika kau tidak menjelaskan semuanya. Aku menyebalkan bagaimana?"

Tak ada yang berubah, suaranya masih selembut tadi dan rengkuhannya tak kunjung melonggar.

"Lepaskan dulu, baru kujelaskan!"

"Hm, kau tidak akan bisa membodohiku untuk yang kedua kalinya, Nyonya No."

Napasku tercekat, seiring dengan rasa geli yang rayapi tubuhku, terlebih telinga. Minwoo benar-benar membuat darah di tubuhku menumpuk di pipi akibat sapaan singkatnya yang begitu bermakna. Siapapun, tolong aku! Aku kehabisan napas di sini!

Tiga menit berlalu dengan keheningan yang menyelimuti. Aku mengedipkan mataku dua kali sebelum berujar, "Kau ini sangat menyebalkan, No Minwoo! Bagaimana bisa kau tidak memberiku apa-apa hari ini?! Aku sudah mati-matian belajar membuat kue untukmu, tapi kau hanya meresponnya dengan senyuman dan melahapnya tanpa berkomentar! Kenapa sih kau tidak seperti lelaki lain yang memuji kekasihnya yang berjuang keras dan menyiapkan sesuatu yang manis di hari kasih sayang? Kau tahu tidak jika hari ini begitu—"

"Karena aku berbeda." Dia menyela seraya melepaskan lengannya dari bahuku. Iris gelapnya bertukar pandang dengan milikku. Sisakan sosoknya di mataku yang membola menuntut penjelasan.

"Hari kasih sayang tidak hanya terjadi setiap tanggal 14 Februari. Bagiku, hari kasih sayang terjadi setiap hari. Itu semua karena ada kau di sisiku. Tak akan ada lagi hari kasih sayang jika kau pergi meninggalkanku. Jadi, berjanjilah untuk tetap bersamaku sampai tua nanti."

Aku mengerjap, berulang kali hingga perkataannya meresapi otakku. Manikku yang bergetar penuh haru ini, bertemu dengan miliknya yang begitu teduh dibalik bias cahaya matahari yang berniat kembali ke peraduannya.

Dan pada akhirnya, aku setuju.

Minwoo menggapai tanganku dan mengecupnya lembut. Lantas pandangan kami terikat satu sama lain.

Ya, setiap hari juga akan selalu menjadi hari kasih sayang bagiku. Karena ada kau di sisiku. Aku mencintaimu, No Minwoo yang menyebalkan.

Fin

White Spot [Drabble & Ficlet]Where stories live. Discover now