21

8.1K 838 152
                                    

Satu minggu kemudian

Iqbaal dan Kania telah kembali akur. Dan ya seperti biasa Iqbaal dan Kania selalu bersama,layaknya sepasang kekasih, itu yang ada di pikiran mereka.

Namun tidak dengan Iqbaal,ia hanya menganggap Kania sahabatnya tidak lebih.

"Kania,ntar istirahat ke lapangan ya." Ujar Iqbaal cepat lalu pergi meninggalkan Kania.

Kania hanya mengangguk-angguk, "cie cie ada yang mau ditembak." Ceplos Jane

Nata menyikut Jane, "goblok---- eh iya nanti lo ke lapangan ya." Ujar Nata.

"iya elah,tadi Iqbaal juga udah bilang." Jawab Kania malas

Trringgg

"Kania ke lapangan cepet!!" Teriak Bastian. Dengan langkah yang santai,Kania pergi menuju lapangan yang hey? telah penuh oleh siswa siswi.

Dan sementara di tengah-tengah terdapat Iqbaal sedang memegang sebuket bunga mawar.

anjir anjir mampus,ini Iqbaal mau nembak siapa anjir. Kok gue deg-deg an ya?

"karena orangnya ada disini,langsung aja ya. Kania,udah ya cukup lama gue kenal lo. Dan lo adalah sahabat terbaik gue. Jadi,ehemm duh gimana ya.."

anjir gue keringet dingin mampus gue mau mati ini. mak tolong gue

"lo emm lo,gue mau---" Iqbaal menarik nafasnya perlahan.

"lo setuju kan kalo gue nembak Alika?" Ulang Iqbaal

deg.
Alika coy bukan gue
sakit.
pedih.

Mata Kania mulai berair,namun sepertinya Iqbaal tak menyadari itu. "Gimana,Kan?" Tanya Iqbaal sekali lagi.

Kania hanya mengangguk,lidahnya kelu untuk mengucapkan sepatah kata.

"thanks,Kan. Lo emang sahabat terbaik gue." Iqbaal mengacak rambut Kania.

"jadi,sekarang gue mau nembak seseorang yang amat sangat gue sayang. Alika blablabla----"

nggak.
nggak
nggak.
gue harus kuat. lo ga boleh nangis.

Sedetik kemudian

gue ga kuat.
gue mau nangis.

Tepat saat Iqbaal menyerahkan bunga ke Alika,seseorang menarik Kania lalu menyimpannya dalam dekapannya dan membawa Kania pergi dari lapangan.

Kania menangis sesenggukan di dada seseorang yang membawanya pergi dari tempat laknat itu.

"udah gausah nangis." Ucap orang itu, suaranya amat sangat familiar di telinga Kania.

"Calum?" Bisik Kania. "iya gue, udah Kak. Air mata lo terlalu berharga buat nangisin cowok kayak dia. Mau lo nangis juga ga bakal ngerubah segalanya." Jelas Calum

"tapi sakit Cal,lo gatau apa yang gue rasain." Balas Kania.

gue tau apa yang lo rasain. Sakitan mana sama gue? Batin Calum

DARE ✖ idrWhere stories live. Discover now