[CHAPTER 1]

10K 506 63
                                    

Katherine Heater

Seorang gadis berumur 16 tahun yang hidup tanpa merasakan adanya kebahagiaan dalam hatinya. Kehidupannya tampak normal seperti gadis pada umumnya, tetapi siapa sangka bahwa dirinya menyimpan banyak rahasia besar.

Sebuah rahasia besar yang tidak diketahui oleh banyak orang, dan dapat menghancurkan kehidupan seseorang. Selama ini, ia terus menyimpan rahasia itu. Menunggu hingga akhirnya rahasia itu tersingkap secara perlahan oleh dirinya.

Ayahnya, Johnson Heater, seorang pendiri rumah sakit ternama di negaranya. Bukan tanpa perjuangan dirinya mendirikan rumah sakit itu, ia dibantu oleh sang istri, Nathalie Ruth Heather. Mereka bekerja sama mendirikan rumah sakit yang dimulai dari titik nol sampai sekarang.

Tidak sampai disitu saja, kakaknya, David Heather, ikut ambil bagian bersama mereka dalam menjalankan kegiatan rumah sakit. Walaupun masih berusia muda, ia memiliki kemampuan berpikir yang luar biasa. Melalui jalur akselerasi, ia lulus sekolah menengah atas ketika berusia 15 tahun. Kemudian, ia melanjutkan kuliah di sebuah universitas ternama di USA selama empat tahun dengan dua gelar sekaligus. Kini, ia berusia 19 tahun.

Keluarga sempurna. Begitulah orang-orang menyebutnya, tetapi sesuatu yang tampak sempurna itu belum tentu sempurna. Kehidupan keluarga yang selama ini didambakan oleh setiap orang sangat berbanding terbalik dengan kenyataan.

Katherine sedang duduk termangu di pojok ruangan kamar yang paling gelap. Berada diantara dinding kasar dengan lemari pakaian. Membiarkan pikirannya melayang dengan wajah tanpa ekspresi. Seakan menunggu detik-detik kematian yang akan datang menghampirinya.

Kepedihan mendalam yang selama ini disimpan dalam hatinya sudah tidak tertahankan lagi. Tak ada siapapun disisinya, ia hanya bisa memeluk kakinya erat.

Seorang pria bertubuh besar yang membawa sebotol minuman keras datang membuat keributan di rumah. Berjalan terhuyung menuju dapur berteriak meminta makanan. Segera seorang wanita menyajikan makanan dengan tangan yang bergetar begitu hebatnya.

Suara sendawa dikeluarkan oleh pria itu ketika menegak minuman haram itu sekali lagi. Lalu, melahap makanan dengan rakus hingga tersedak, "Kau ini mau meracuniku, hah?" tanyanya membanting piring yang masih penuh berisi makanan itu ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

Wanita itu hanya menundukkan kepalanya ketakutan dengan tubuh gemetar hebat, "Maafkan aku," jawabnya putus asa.

Derap kaki yang berjalan mendekatinya terus menggema di telinga wanita itu. Diam terpaku seakan melihat malaikat maut akan mencabut nyawanya.

"Kenapa kau teriak?!" teriak John tepat di wajah istrinya itu, kemudian menjambak rambutnya dengan sangat kuat. Berbagai makian terus dilontarkan olehnya.

"Aku mohon lepaskan. Aku mohon, John," pinta Nathalie menitikan air mata yang sangat tak ternilai harganya itu. Air mata kebahagiaan yang selalu dikeluarkan olehnya telah berubah menjadi air mata penderitaan.

Bisikan yang datang entah darimana telah memengaruhi pikirian seorang gadis yang sedang duduk di kegelapan ruangan. Seolah terhipnotis oleh bisikan itu, ia berjalan keluar dengan tatapan mata yang kosong menghampiri sumber suara rintihan ibunya.

Ketika berada di ambang pintu, matanya melirik ke arah kiri. Sebuah pisau dapur. Tangannya langsung menyergap pisau itu, lalu menyimpannya di balik hoodienya.

"Nathalie! Jangan pernah memohon kepada pria yang tidak pernah menghormati dirimu!!!" teriak Kate meluapkan amarahnya yang meledak-ledak karena sudah tidak tahan lagi dengan sikap ayahnya yang berubah itu.

"Apa katamu?!" tanya John memutarkan kepalanya perlahan ke arah belakang dengan tatapan tajamnya. Berusaha menahan amarah dengan mengepalkan tangannya. Tanpa berkata apapun, ia mendekati putrinya untuk menyiksanya tanpa belas kasihan.

Katherine membiarkan tubuhnya disiksa tanpa perlawanan sedikitpun darinya. Yang dilakukan olehnya hanya memberikan seulas senyuman, ia hanya ingin memberikan kesempatan terakhir untuk ayahnya.

Tubuhnya terlempar ke lemari dapur yang terbuat dari kayu. Kepalanya terbentur cukup keras hingga mengeluarkan darah membuat dirinya terbaring lemah tak berdaya disana begitu saja.

John mendesah keras melihat putrinya itu, "Kapan kau akan memohon padaku, Katherine Heater!"

"Aku tidak akan pernah memohon kepadamu, Johnson Heater!" balas Kate dengan amarahnya yang menggebu.

John memutarkan tubuhnya seraya memegang kepalanya erat, "Johnson! Namaku hanya Johnson!"

Tanpa menghiraukan perkataan ayahnya, Katherine bangkit dengan sekuat tenaga. Dan, menerkam ayahnya dari belakang hingga keduanya terjatuh ke lantai.

"Mata. Bayaranmu karena menyiksa diriku. Otak. Bayaranmu karena mengusir kakakku. Jantung. Bayaranmu karena menyiksa Nathalie." jerit Kate tak kuasa menahan amarahnya yang selama ini ditahannya. Katherine telah hilang kendali. Pisau itu terus menusuk seluruh tubug ayahnya secara bertubi-tubi. Seluruh tubuhnya dilumuri oleh darah ayahnya.

Nathalie hanya bisa melihat semua peristiwa itu. Melihat putrinya telah membunuh orang yang selama ini dicintainya dan selalu dijaganya dengan ketulusan hatinya.

"Apa yang kau lakukan, Katherine!" Nathalie menyingkirkan pisau itu dan menampar wajah putrinya sekuat tenaga. Kakinya sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Hingga akhirnya, ia terjatuh di samping tubuh suaminya. Hatinya sangat sakit, lebih sakit dibandingkan ketika dirinya disiksa.

Katherine terdiam setelah mendapatkan perlakukan yang buruk, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Dia telah membunuhnya! Dia telah membunuhnya!" gumam Nathalie menggerakkan tubuhnya mundur hingga menyentuh lemari dapur. Tubuhnya terus bergetar ketakutan. Masih tidak percaya atas peristiwa yang telah terjadi. Suara tusukan tadi terus berdenging di telinganya. Berusaha menghentikannya dengan menutup telinganya erat-erat.

Setelah puas tertawa, Katherine menghampiri ibunya seraya membelai rambutnya, ia berkata, "Nathalie, tenanglah, aku hanya berusaha membuatnya tertidur dengan sangat pulas sehingga dia tidak dapat menyiksa kita lagi. Paham?" jelasnya.

Secara perlahan, Nathalie melirik wajah putrinya. Terperanjat. Tubuhnya semakin bergetar hebat begitu melihat wajah putrinya sampai matanya terbelalak lebar, "Kk-ka-kau telah membunuhnya! Kau telah membunuhnya! Kau telah membunuhnya!" tuduhnya.

"Kate,"--panggil David--"apa yang terjadi?"

David tidak percaya melihat tubuh ayahnya yang hancur. Kakinya goyah, tangannya mencari keseimbangan dengan bertumpu pada pintu dapur.

Karena terlalu senang melihat kehadiran kakaknya, Katherine langsung berlari memeluknya. Namun, kakaknya itu tidak membalas pelukannya, hanya diam mematung.

"Apa kau yang melakukannya? Cepat bersihkan dirimu!" bentak David menatap adiknya dengan serius setelah melepaskan pelukannya.

"Tenanglah! Tidak ada yang tahu selain aku, kau, dan dia," jawab Kate santai.

"Apa kau sedang bergurau? Seseorang pasti akan menelepon polisi setelah mendengar berbagai keributan dari rumah kita," jelas David meyakinkan adiknya.

"Baiklah, aku akan menyimpan tubuhnya di kamarku sementara," jawab Kate seraya menaikkan pundaknya.

Keduanya pun langsung memasukkan mayat itu ke dalam kantong sampah besar dan menyeretnya ke kamar.

"Aku akan menghapus semua darah, sidik jari, dan barang bukti yang ada disini. Nathalie, kau saja yang urus, tampaknya dia masih trauma," David mengatur semuanya, agar tidak terjadi masalah.

Setelah beberapa menit, semuanya sudah selesai. Mereka semua terdiam ketika mendengar suara sirine dari kejauhan.

Akhirnya, setelah sekian lama hiatus, akhirnya bisa update cerita lagi. Maaf ya, sudah membuat kalian kesal menunggu cerita ini direvisi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SYCO (?) [REVISI]Where stories live. Discover now