Leaf XIII

335 40 10
                                    


"To...Toushi-sama..."

Dia masih mendekapku dengan erat. Tiba-tiba dia menyentak mundur sehingga melonggarkan dekapanya padaku. Aku menarik tanganya agar tubuhnya tidak rubuh.

"Toushi-sama!" Aku terkejut dengan pergerakanya yang tiba-tiba seperti itu.

"Tidak apa-apa..." Dia berbisik menenangkan keterkejutanku. Wajahnya tertutup oleh surai hitamnya. "Maaf aku mengejutkanmu..." Aku melihat pakaianya yang sedikit terbuka memperlihatkan perban yang memalut luka di dadanya.

"Ma...maaf! Anda pasti kesakitan!" Aku berpikir dia lama memelukku karena aku tidak segera memberinya jawaban. "Saya akan segera siapkan obat dan...!" Saat aku berusaha pergi, tangan Toushi-sama menahanku.

"Tidak usah." Perlahan dia melepaskan tanganku.

"Tapi..." Aku tidak yakin untuk mengiyakan perkataanya.

Semenjak hari itu saat bertemu dengan Toushi-sama membuat hatiku berdebar-debar. Dia tidak menanyakan jawaban apa yang masih kutangguhkan sampai hari ini karena aku sendiri tidak tahu jawaban apa yang harus aku berikan kepadanya. Dia hanya berbicara seperti biasa dan seperlunya saja. Seakan sabar untuk menunggu jawabanku, dan tidak memaksaku untuk menjawab pertanyaanya.

Mungkin perasaan Toushi-sama yang mengambang sama seperti yang kualami saat ini. Mempertanyakan di mana keberadaan Tama-chan yang menghilang bak di telan bumi. Kondou-san tempo hari kemari untuk memberi kabar tentang pencarian gadis cilik itu atas perintah Sougo-sama dan permintaanku padanya. Namun mereka tidak menemukan apa-apa di sana. Aku jadi cemas akan keselamatanya.

"Apa yang kau lakukan, (Y/N)?" Suara Toushi-sama membuatku membuyarkan pikiranku tentang Tama-chan.

"Oh, Toushi-sama. Saya sedang memikirkan sesuatu." Jawabku sambil membalikkan badan.

"Memikirkan sesuatu sambil melihat hujan kau pikir akan menyelesaikan masalah?" Tanyanya sedikit sarkastik. Karena hampir seharian ini aku duduk di teras melihat hujan yang mungkin turun untuk terakhir kalinya di musim gugur.

Aku tersenyum padanya. Aku pun berdiri dan menghampiri Toushi-sama yang berada di dalam ruang keluarga.

"Kau masih memikirkan gadis kecil yang menolong kita di hutan saat itu?" Dia sepertinya tahu apa yang sedang aku pikirkan saat ini. Aku mengangguk pelan. Toushi-sama menghela nafas. "Besok aku akan menemanimu mencarinya."

"Eh?" Aku mengangkat kepalaku cepat.

"Kau sering melamun memikirkanya. Sampai-sampai kemarin kau salah memasukkan gula di kopiku. Kau malah memasukkan garam." Dia kembali mengingatkanku pada kesalahan fatalku kemarin. Yaitu menaruh garam yang seharusnya kucampurkan ke kopinya adalah gula.

"S...saya mohon maaf tentang hal itu!" Aku segera membungkukkan badan meminta maaf mengingat kesalahanku kemarin.

"Lama-lama kau bisa membunuhku dengan mencampur bubuk cabe dengan kopi kalau aku tidak membantumu menyelesaikan masalah itu." Dia mengambil rokoknya dan menyulutnya dengan pemantik api.

"Ti...tidak mungkin saya akan seteledor itu...!" Aku membela diri dari kesalahan yang kemungkinan sangat bisa kulakukan kalau saja aku tidak berkonsentrasi dalam bekerja. "Bubuk cabe..." Gumamku. Ingatanku kembali sesuatu hal yang kuingat dalam ingatanku. Aku jadi terkikik geli.

The Story of AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang