Leaf XII

359 42 4
                                    



Sougo-sama membawa kembali Toushi-sama sesuai dengan apa yang dia katakan padaku. Saat ini dia dirawat di dalam Kediaman Okita atas perintah Sougo-sama. Aku bersyukur Toushi-sama bisa dirawat dibawah perlindungan Sougo-sama. Setidaknya dia bisa aman di sini. Tadi juga ada dokter yang mengecek keadaanya. Syukurlah, tidak ada yang perlu dicemaskan semenjak dokter bilang luka yang dialami Toushi-sama tidak terlalu parah, dan demamnya bisa diredakan setelah dokter memberinya obat.

Ya, semuanya bisa diselamatkan.

Kecuali...

"(Y/N)."

Suara Sougo-sama membuyarkan pikiranku yang sedang tertuju pada seseorang malam ini. Aku segera menolehi laki-laki Kepala keluarga Okita tersebut.

"Sougo-sama? Anda masih belum beristirahat?" Kataku membalikkan badan saat dia melangkah ke arahku.

"Kau sendiri juga belum tidur. Apa yang kau lakukan di sini?" Balasnya melihatku sehabis menggantikan kompres di kening Toushi-sama. Dia menghela nafas. Dia duduk tidak jauh dari hadapanku. Setelah melipat kakinya dia mulai angkat bicara. "Kau tidak perlu merawatnya. Rawatlah dirimu sendiri dulu baru kau rawat orang lain." Saranya padaku.

"Hmm... saya sudah baikan Sougo-sama. Terima kasih telah mengkhawatirkan saya." Aku tersenyum membalas perintahnya yang terkesan sedikit memaksa. "Anda yang harus beristirahat Sougo-sama. Ini sudah sangat larut. Jika anda sakit, Kagura-sama pasti akan repot." Aku cukup lancang ternyata. Berani memberi nasihat kepada calon shogun ini.

Dia memasang wajah tidak perduli. "Biarkan saja. Memang tugasnya suami itu membuat istrinya sibuk kan?"

Aku jadi tertawa sedikit mendengar pembelaan diri darinya. Tapi aku tidak berani berkomentar apapun lagi. Dia memang berhak membantah nasihatku yang bukan siapa-siapanya. Kalau Mitsuba-sama masih hidup, dia mungkin akan memarahi adik laki-laki kesayanganya itu. Aku berani bertaruh kalau Mitsuba-sama yang memberi nasihat, Sougo-sama akan patuh.

"Kau mengkhawatirkan sesuatu, (Y/N)." Dia menghentikan tawaku.

"Ya." Aku mengangguk. Ada sesuatu yang benar-benar menyita pemikiranku hari ini. "Mengenai Tama-chan..."

"Oh... gadis itu." Sougo-sama mendapatkan jawabanku dengan meresponku seperti biasa. "Saat aku sampai di tempat yang kau beri tahu, aku tidak menemukan siapapun di sana. Kecuali si sipit itu."

Aku mendengarkan penjelasan Sougo-sama sambil melihat ke arah Toushi-sama. "Kira-kira kemana Tama-chan berada ya?" Aku bertanya-tanya kemana gadis kecil itu pergi.

"Jangan khawatirkan itu. Aku sudah mengirimkan beberapa penjaga untuk mencarinya di sekitaran hutan di sana." Sougo-sama berusaha menenangkan aku yang masih terpikirkan mengenai Tama. "Aku baru tahu kalau ada kuil di tengah hutan seperti itu."

"Ya, saya juga demikian." Sahutku. Aku mengelus-elus lipatan kain yang tadi dikembalikan oleh Sougo-sama saat dia kembali dari menjemput Toushi-sama di kuil tua itu. Itu adalah kain yang kugunakan saat aku mpergi ke kota untuk meminta pertolongan pada Sougo-sama. "Apakah Tama-chan baik-baik saja ya...?"

Iris ruby Sougo-sama melihatku dan juga pikiranku. "Sepertinya anak itu merebut perhatianmu."

"Anak itu mengingatkan pada saya." Aku tersenyum pada diriku sendiri saat mengingat Tama-chan. "Dia lugu, dan mempunyai kemiripan dengan saya. Penampilanya..."

Sougo-sama mengangkat kepalanya. "Penampilanya?"

"Ya. Rambut hijau dan mata yang hampir sama dengan Mitsuba-sama, coklat kemerahan." Aku mengingat-ingat kembali bagaimana rupa dari teman kecil yang kudapatkan saat aku melindungi Toushi-sama. "Sougo-sama, mungkin ini permintaan saya yang seharusnya tidak saya ajukan pada anda. Tapi... saya mohon, tolong temukan anak itu. Anak itu..."

The Story of AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang