Kopi

24 1 0
                                    

Ini sudah pemeriksaan yang kesekian kalinya. Kakiku keram bukan main, mataku merah kurang tidur, dan maagku sering kambuh. Sudah seminggu aku bolak-balik menyambangi tempat ini guna melakukan pemeriksaan yang sama. Ayahku sampai tak tega melihat kesehatanku yang menurun. Aku rasa aku baik-baik saja, karena ini semua demi temanku.

Harusnya waktuku di sini bisa kugunakan untuk menjenguk temanku, teman yang meninggal tiba-tiba di hadapanku. Aku tidak panik saat itu, aku hanya kalut. Aku sebagai saksi yang membantu kasus meninggalnya temanku. Membuat aku terpaksa mereka ulang adegan kalutku berkali-kali. Aku tidak takut, tapi aku belum bisa melupakan semuanya dalam sekejap.

Dalam perjalanan pulang, aku menemukan halusinasiku bersama temanku. Temanku yang meninggal duduk bergetar sambil terus melirihkan kata-kata melambangkan ketakutan. Aku yang takut juga, langsung meninggalkannya.

Saat sirine polisi mengejarku dan mengepungku tanpa sebab, hingga aku yang ditahan di dalam sel jeruji besi. Aku hanya bisa bungkam tanpa berani membantah apalagi menolak. Sebelum tengah malam, aku bertemu dengan temanku itu bersama dengan suaminya. Mereka duduk dan menunggu di ruang tunggu. Aku pikir aku berhalusinasi lagi, mana ada orang meninggal menemuiku.

"Aku suka kopimu."

©FYP

The JournalWhere stories live. Discover now