Chapter 7

5.4K 322 5
                                    


Hari ini prilly memakai sweater ke sekolah badannya hangat efek hujan hujanan kemarin. Angin terasa menusuk nusuk tulangnya membuat prilly menginggil. padahal udara hari ini cukup panas terik matahari menerobos jendela kelasnya, mau tak mau meja siswa yang terkena panas berpindah atau bergumul disalah satu meja yang dingin tepatnya di bawah kipas angin.

Prilly mengeratkan sweater-nya berharap ada kehangatan yang akan datang menyelimutinya. Bukan kehangatan yang datang melainkan Gritte yang sudah berganti pakaian menjadi baju olahraga.

"Gak olahraga pril?" Tanya Gritte memasukkan pakaian abu abunya asal.

"Olahraga kok" ucap prilly gemetar

Gritte memicingkan matanya sesaat kemudian tangan putihnya mendarat di kening prilly, "gila!! Panas banget lo" teriak Gritte heboh

Prilly menyingkirkan tangan gritte yang menurutnya dingin, "gue gak apa apa kok" prilly membuka tasnya lalu mengeluarkan baju berwarna ungu dengan campuran pink tersebut.

"Bener lo ikut olahraga?" Tanya Gritte

Prilly mengangguk, "lagian gue denger guru olahraga kita baru"

"Ya tapi itu gak ada hubungannya sama keadaan lo prilly" sahut Gritte datar

Prilly mulai berjalan diikuti oleh Gritte, "Gue penasaran aja" ucapnya singkat

Di jalan saat prilly akan memasuki toilet ia dan Gritte tak sengaja berpapasan dengan ali Yang sedang bersama seorang wanita bule mereka sama sama menggunakan jas putih terlihat sangat akrab sehingga ali tidak menyadari keberadaan prilly yang jelas jelas disampingnya. Prilly memegangi bagian bawah dadanya ada yang mengganjal, rasanya sedikit tak rela melihat ali dengan wanita lain.

Namun ia segera menepisnya, mungkin ini efek karena prilly belum minum obat.

***

Prilly pemanasan terlebih dahulu dengan merentangkan tangannya ke atas sambil berhitung satu-delapan, tidak sepeti siswa lain yang sibuk bergosip tentang guru olahraga baru yang 'katanya' seksi.

Sambil menunggu guru seksi itu datang beberapa siswa bermain sepak bola dan basket. Prilly berdecak sebal pada ketua kelas yang mengusirnya dari lapangan.

Tepat saat ia berbalik, bola dari belakang menggelinding ke arah lelaki yang sedang memperhatikan Keadaan lapangan.

"Pril ambilin bola" teriak daffa kencang

Prilly membalikkan badan menatap sengit daffa, "ogah! Ambil sendiri!" Ketus prilly

"Gue jauh lo yang deket" sahut daffa yang disetujui oleh pengikutnya hingga terdengar lenguhan

"Ambilin elahh songong amat lo" sahut salah satu dari mereka

Dengan kesal prilly berbalik berniat untuk mengambil bola. Tapi, bola berwarna oranye itu sudah dipegang oleh lelaki berjas putih yang tengah tersenyum manis.

Prilly memandangnya malas, "siniin bola basketnya" ucap prilly judes

Ali tersenyum miring, "judes banget sih"

"Udah tau judes ngapain deket deket" sahut prilly

Ali menaikkan alisnya lalu memantulkan bola tersebut dengan sebelah tangan, "dih geer ya, siapa yang deketin kamu coba?"

Prilly mengulum senyumnya menahan malu namun dengan segera ia menghilangkannya agar tetap stay cool di hadapan ali.

Prilly mendelik sebal, "ya udah sih, mana siniin bolanya cepetan!"

Ali menghentikan aksi memantulkan bolanya, sekarang ia memperhatikan mimik wajah prilly yang terlihat pucat. Dan hal itu membuat prilly salting.

"Kamu sakit?" Tanya ali

Prilly menggeleng pelan, "enggak!"

"Kalau sakit mending jangan olahraga dulu nanti kambuh" lanjut ali dengan nada lembut

"Gausah sok perhatian, lagian gurunya itu bukan elo jadi jangan ngatur ngatur" ujar prilly sengit. Mereka bertatapan beberapa detik, saat ali lengah dengan segera prilly mengambil bola tersebut kemudian berbalik meninggalkan ali dengan sombong.

"Nih ambil" ujar prilly melemparkan bola basket yang langsung ditangkap oleh daffa

"Thanks" sahut daffa

Prilly berjalan menghampiri Gritte yang duduk di pinggir lapangan. Ia menatap ke tempat ali berada tapi disana sudah tidak ada siapa siapa.


"Liatin siapa lo?" Tanya Gritte menyelidiki

"Gak, gue gak Liatin siapa siapa" jawab prilly tergagap

Setelah menunggu 10 menit guru tersebut datang dengan menggunakan pakaian ketat hingga menonjolkan lekuk tubuhnya membuat para lelaki berteriak heboh. Berbeda dengan para cewek yang memandang iri terhadap tubuhnya yang langsing jauh dari kata buncit.

"Wuihhh body-nya semok bener" celetuk dimas dengan mulut dan mata melebar. Dimas pergi ikut bergabung dengan cowok lainnya yang sudah baris rapih.

"Tadi kalian sudah pemanasan, nah sekarang kalian lari keliling lapangan ini 15 putaran" seketika suasana yang tadi hening menjadi heboh terutama para cewek yang teriak histeris. Terdengar gerutuan dari beberapa siswi.

"Saya gak mau denger alesan, pokoknya kalau kalian tidak ikut lari saya jamin nilai kalian di bawah 25" ucapnya tegas

Pada hitungan ketiga mereka pun berlari. Mata prilly sudah berkunang kunang ia tidak bisa melihat jelas apa yang didepannya. Hal itu membuat Gritte khawatir tapi ia tidak bisa berbuat apa apa mata tajam guru tersebut memperhatikannya terus 

Dengan sekuat tenaga yang ia punya prilly berlari meskipun sudah ketinggalan jauh dengan teman temannya. Matahari semakin menyengat keadaan tubuh prilly semakin goyah darah sudah mengalir deras dari lubang hidungnya tapi guru tersebut sama sekali tidak peduli ia malah tersenyum senang melihat Prilly tersiksa.

Dalam hitungan detik Prilly tersungkur jatuh, matanya menggelap ia sudah seperti jelly tidak punya energi untuk sekedar membuka mata.

******************************

A/N;

Udah berapa abad cerita ini digantungin😂? Maaf baru dinext soalnya beberapa part di hp gue ilang gitu aja gatau kemana-_- udah diutak-atik bahkan udah dibenerin ke tukang service Tetep gak bisa.
Akhirnya bertemulah gue sama seseorang yang sama sama suka nulis cerita diwattpad. Gak sampe 10 menit part 1-6 langsung ada. Gilaa gue gak tau dia pake sihir apa, pokoknya gue berterimakasih banget sama sesorang itu, dia gak mau disebutin namanya😂😂.

Perjuangannya cukup panjang buat next cerita ini makanya jangan lupa vote+comment
ThxU!

Dokter Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang