chapter 3

6.7K 423 2
                                    

'Aaarrrggghhhhh!!'

Plis jangan kambuh sekarang gue mohon

Tangan prilly sama sekali tidak bergerak,tidak sakit tapi sulit untuk di gerakkan
Gerakan mata prilly pun terus berkedip tanpa henti,pandangannya sudah buram padahal sekarang prilly sedang mengerjakan ulangan fisika ia tidak mungkin meninggalkannya,tapi bagaimana caranya ia menulis? Membaca tiap kata yang tercetak di kertas ulangan itu?

Gue harus keluar

'Brukkk'

"Arrghhh"

Semua siswa menatap prilly dengan tatapan heran,tatapan sulit diartikan dan ada pula siswa yang mati-matian menahan ketawa
Entah apa yang lucu,tak bisakah mereka membantu prilly?bukan tertawa,prilly hendak berdiri namun kakinya seperti tanah yang sangat lembek

"Kamu kenapa prilly?" ucap pak usep guru yang sedang mengajar di kelas prilly

"Tttt ... Lo ... Long" ucap prilly terbata - bata

"Kamu kenapa? Ayo berdiri kerjakan ulanganmu" ucap guru tersebut tanpa melihat ke arah prilly yang sedang menahan sakit

"Berdiri ... "

"Permisi pak" ucap dua orang wanita secara bersamaan
Dilihat dari raut wajah mereka memancarkan kekhawatiran

"Ada apa?"

"Kita boleh minjem prilly gak?" ucap salah seorang dari wanita itu dengan gelisah

"Buat apa?dia sedang ulangan"

Guru sialan,gaktau apa gue lagi di bawah bukannya bantuin

"Emmm ... Itu pak emm prilly harus nulis formulir gitu pak buat beasiswa,iya kan?" ucap wanita itu dengan menyenggol sikut temannya

"Ehh. . iya pak iya bener"

"Benar prilly?" ucap guru itu memastikan dengan cepat dia menganggukkan kepala
Prilly bersyukur atas kedatangan dua wanita itu

"Yasudah,silakan"
Lalu dengan langkah besar wanita itu berjalan menghampiri prilly yang sedang menutup mata dan keringat dingin bercucuran di sekitar area wajah cantiknya
Dua orang wanita itu pun memapah prilly keluar dari ruangan kelas tanpa memperdulikan tatapan heran dari pak usep

*

"Lain kali sebelum berangkat sekolah lo minum obat dulu prill,terus tiap minggu lo terapi fisik,liat kalo lo udah kaya gini siapa yang susah?kita juga kan?"

"Oh jadi kalian gak niat nolongin gue?yaudah sana pergi,gue juga gak butuh" ucap prilly kesal

"Elah,canda kali prill .. Lo dianggap serius muluk,gak asik"

"Ohya btw makasih yak ite pricill,tadi udah nolongin gue,gue gak tau apa jadinya kalo kalian gak datang" ucap prilly
Yap,dua orang wanita itu ialah gritte dan pricill mereka bertiga memang berbeda kelas,namun mereka seperti memiliki kontak fisik, gritte dan pricill yang tadi tengah asik mengerjakan tugas dan mendengarkan musik tiba tiba kaki mereka seperti ditarik menuju kelas prilly
Entahlah magnet apa yang barusan menariknya,namun magnet itu berdampak positif pada prilly

"Aku juga udah bilang kan,simpen ini obat di tas kakak" ucap pricill menyerahkan sekantong plastik berisi obat-obatan dengan berbagai macam warna dan bentuk

"Hmmm"

"Gue heran deh,yang sakit itu pricill atau lo?gue liat pricill yang rajin bawa obat"

"Berat tas gue"

"Aelah cuman sekurcil gini doang lo ribet"

"Lagian tu obat gaada gunanya,gak akan nyembuhin gue kan?" ucap prilly tersenyum miris

"Tapi setidaknya obat ini yang bisa nyembuhin kalau kaka lagi kambuh" tambah pricill

"Nah dengerin apa kata ade lo tuh"

"Eh kak ite jangan panggil aku pric dong .. Di dengernya agak aneh"

"Terus panggil apa?"

"Emmm apa ya?"

"Cabe aja" usul prilly membuat pricill membulatkan matanya

"Woles aja kali matanya"

"Icil aja deh kak"

"Icil?"

"Iya,icil"

"Okee"

"Gue dulu pengen deh jadi atlet lari" ucap prilly menatap lurus kepada segerombolan siswa yang sedang berolahraga

"Tapi itu untuk dulu,buat naik sepeda aja gue kambuh apalagi lari mungkin mati" lirih prilly
Gritte yang melihatnya ikutan sedih,bagaimanapun ia juga pernah berjuang untuk membuat prilly bahagia
Dari kecil Prilly memang hobi berlari,bahkan ia pernah mengikuti lomba lari se-kabupaten dan ia memenangkan juara 1, ya prilly benar mungkin itu hanya untuk dulu,bukan sekarang.

"Udeh udeh yaelah kenapa jadi pada sedih gini?" ucap gritte mencoba mencairkan suasana
Tapi sepertinya percuma prilly tetap sedih

"Hay prilly" ucap seorang pria dia hadapan prilly
Merasa kenal dengan suaranya prilly menatap sosok pria tinggi dihadapannya ini

"Om?" ucap prilly
Membuat pricill mau tak mau tertawa karna prilly menyebut ali dengan sebutan 'om'

"Lo kenapa?"

"Aduh,hahaha lucu banget kaka manggilnya om"

"Lah emang om kan?orang dia udah tua" ucap prilly menatap sinis ali

"Umur kaka sama kak ali tuh gak beda jauh,kak ali umurnya 19"

"Hah?! Lo bilang umur lo 21,dasar om om penipu" ucap prilly menatap tajam pria yang sedang menahan senyumnya

"Lagian kamu percaya banget masa wajah ganteng kaya gini di sebut om,aku juga masih muda" ucap ali

"Tauk ah lo bikin bete" ucap prilly cemberut

"Udah dong jangan cemberut,nih aku bawain makanan sehat" ucap ali memberikan sekotak makanan bergambar tokoh kucing yang berasal dari jepang
Gritte yang gondok karena merasa dikacangi akhirnya memilih pergi bersama pricill

"Terima dong" ucap ali lalu duduk di sebelah prilly
Prilly mengambilnya dengan malas lalu membukanya
Wortel kukus,kentang kukus dan labu kukus semuanya serba kukus

"Kukus semua,ogah ah terlalu sehat" ucap prilly menutup kembali kotak makanannya

"Kamu tuh emang gak bisa ngehargain" ucap ali lalu dengan kasar merampas kotak makanannya yang berada di tangan prilly kemudian pergi

Apa dia marah?ah bodo amat lagian gak ada yang nyuruh dia bikin makanan.

***

"Ck,pricill mana sih?lama banget" omel prilly

"Nungguin pricill? dia lagi latihan basket dan kemungkinan pulang sore,jadi kamu pulang duluan aja" ucap seseorang dari belakang membuat prilly terlonjak kaget

"Lo?! Ngapain disini?" ucap prilly ketus walau hatinya merasa tak enak atas perlakuannya kepada ali

"Aku cuman ngasih tau,ya kalau kamu gak mau denger terserah,aku duluan" ucap ali pergi dengan membawa setumpuk berkas berkas di tangannya
Prilly yang bingung akhirnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu

******************************




Jangan lupa vote + comment

Dokter Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang