12. Trust You

80.1K 4.9K 48
                                    

"Jenny?"

"Sakiiit Bar." rintih Jenny untuk kesekian kalinya.

"Kita ke rumah sakit. Kita ke Rumah Sakit. Berdoalah Jen. Semoga Bayi kita tidak apa-apa."

Tidak ada waktu lagi untuk keduanya berbincang-bicang.

Beberapa orang yang melewati mereka sempat melihat canggung tapi ada satu orang yang bersedia untuk menawarkan tumpangan kepada mereka tapi Barra menolak halus.

Dia akan mengendarai Mobilnya sendiri, membawa Jenny ke Rumah Sakit terdekat.

"Bersabarlah Jen."

Setengah Berlari, Barra bergerak menuju Basemen.

Dia meletakkan diri Jenny di bangku samping kemudi.

Dia sendiri bergegas untuk naik dan menjalankan Mobilnya meninggalkan Mall.

Sepanjang perjalanan, Lengan kiri Barra menjadi sasaran empuk Jenny meremas, mencakar bahkan menggigit.

Wanita itu nampak kesakitan. Seluruh Tubuhnya dihinggapi rasa sakit yang menjalar.

Entahlah mengapa Barra merasa Jenny tidak tahan lagi untuk bertahan lebih lama.

"Bertahanlah Jen." sejumput suara Barra menjadi obat penenang untuk Jenny. Dia sedikit merasa kuat.

"Saaahhh...sakiiit.... Sekaliiih..." rintihnya untuk kesekian kalinya.

"Nak, bertahanlah. Anak Papa jangan membuat Mama kesakitan. Papa mohon." ucap Barra sambil berkali-kali mengusap bahkan mengelus lembut permukaan Perut Jenny yang sudah nampak jika dia sedang hamil.

"Akh." Jeny menahan kesakitannya.

Darah yang mengalir dari Kewanitaannya kemudian mengalir menyusuri Paha dalamnya semakin lama semakin banyak.

"Darah nya semakin banyak Bar." rintih Jenny. Sontak kedua Mata Barra langsung mengarah ke arah Kaki Jenny. Benar disana darah semakin banyak, Darah itu adalah Darah yang keluar dari kewanitaan Jenny.

Sesampainya di Rumah Sakit, Barra meminta bantuan beberapa perawat yang melintas disana untuk membawakan Ranjang dorong untuk Jenny.

Barra serta beberapa Perawat mendorong Ranjang Jenny sampai ke ruang UGD.

"Tolong selamatkan Istri saya, Dok!" mohon Barra dengan iba.

Dokter itu mengangguk paham dan menyuruh Barra untuk duduk di Kursi pengunjung Rumah Sakit.

Tapi Barra tidak lantas menuruti apa yang dikatakan oleh Dokter.

Dia terus berdiri di depan Pintu Ruang UGD menanti Jenny nya yang sedang meregang nyawa di dalam sana.

"Jenny. Bertahanlah sayang. Bertahanlah." gumam Barra gelisah.

Dia mengacak Rambutnya kasar. Ini adalah kesalahannya.

Kesalahan terbesar yang Barra lakukan untuk Jenny.

Dengan bebasnya dia berjalan-jalan diluar dengan Jenny karena permintaan wanita itu yang mengorasikan sebuah kebebasan.

Barra merasa dia telah lalai dengan menuruti mau Jenny agar wanita itu bisa menghirup udara bebas.

Harusnya dia tetap kukuh memenjara Jenny di dalam Apartemennya.

Biarlah wanita itu bosan asal nyawa nya dan nyawa anak mereka tidak menjadi pertaruhan.

Barra yakin jika ia tidak membawa Jenny keluar, Jenny tidak akan mengalami pendarahan.

One Night with Mr. Barra (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang