8. Pregnant

120K 6K 55
                                    

Bibirnya mulai pucat dan keringat dinginnya mau tidak mau bercucuran membasahi Dahi serta Wajahnya.

Ada rasa takut yang mendominasi dan rasa bersalah yang sedikit muncul dari permukaan hatinya.

Tapi kenapa pria dewasa yang penuh dengan pesona ini marah sekali kepadanya. Adakah perbuatan yang salah dilakukannya?

"Ap..apa? Maksud kamu Barra?" Harusnya Jenny mencari benda atau mungkin sebuah Dinding untuk dia berpegangan. Konflik bersama Barra tiba-tiba membuatnya pusing.

"KENAPA KAMU KE PESTA INI DENGAN DIA. KENAPA? DIA MENYENTUH MU DAN KAU DIAM SAJA. APA KAU MENIKMATINYA? KATAKAN JENNY!" emosi Barra sudah tidak dapat di kontrol lagi.

Dia mencengkram Lengan Jenny lalu mendorong Tubuh Perempuan itu sampai jatuh di atas Ranjang.

"Auuw." Jenny meringis kesakitan. Bagian punggungnya seperti menatap sesuatu benda yang keras.

Apakah itu pinggiran Ranjang.

Entahlah Jenny tidak tahu tapi Punggung nya sangat sakit sekarang.

"AKU BENCI LELAKI ITU. TIDAK ADA YANG BOLEH MENYENTUHMU. JIKA KAU MELAKUKANNYA LAGI, AKAN KU BUAT PERHITUNGAN DENGAN LELAKI MANAPUN YANG BERANI MENYENTUHMU. KAU DENGAR?" teriak Barra tepat di depan Wajah Jenny.

Perempuan itu tidak bisa berkutik apalagi menjawab pertanyaan Barra atau lebih tepatnya sebuah pernyataan yang dilontarkan oleh Barra.

"Dia hanya teman ku, Sammy. Bukan lelaki lain. Sammy seorang Bartender di Club milik Pak Vello. Jangan berpikir macam-macam Barra." Pinta Jenny dengan suaranya yang melembut.

Emosi Barra berangsur menurun dan lelaki itu nampak gusar di tepi Ranjang.

Akhirnya Jenny memilih untuk bangkit dari Ranjang dan dia menyentuh Lengan Barra, menenangkan lelaki itu.

"Barra." panggil Jenny pelan.

Barra pun menolehkan Kepalanya menghadap Jenny.

Dari sorot Matanya, Jenny jelas melihat Barra yang frustrasi, marah, bercampus gelisah.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan lelaki ini?

Tidak biasanya Barra begitu marah dan nyaris kasar kepadanya.

Selama ini Barra selalu lembut, serta penuh perhatian.

"Maafkan aku." Barra mengambil Jemari kanan Jenny kemudian menciumnya mesra. "Tidak bisa bertemu denganmu rasanya seperti kehilangan seluruh hidupku. Ketika melihatmu bersama lelaki itu, hatiku memanas. Aku tidak tahan lagi. Karena kamu milikku. Bukan dia atau lelaki lainnya." perlahan Jenny mengetahui jika lelaki di depannya tersiksa akan perpisahan mereka.

Perpisahan yang tidak seharusnya terjadi, tapi semua telah terjadi karena sebuah paksaan.

"Bukankah kamu datang dengan perempuan cantik diluar sana. Mungkin dia tunanganmu?" pertanyaan Jenny menohok Barra lebih dalam lagi.

Seperti dia dimasukkan ke dalam lubang hitam dengan kedalaman yang tidak menentu.

"Dia Adera. Mama memaksa ku untuk mengajaknya. Dan soal pertunangan itu, Mama dan Papa yang menginginkannya. Bukan aku. Selama ini Adera juga tidak mengharapkan diriku untuk menjadi Suaminya. Dia sudah memiliki Kekasih diluar sana sebelum bertemu denganku. Tapi kepatuhannya terhadap titah Orang Tua, akhirnya dia menyerah untuk memperjuangkan cinta nya bersama Kekasihnya. Adera lebih memilih menuruti kemauan orang tuanya untuk dijodohkan denganku. Ku mohon mengertilah. Ini semua bukan keinginanku."

Barra menatap lekat-lekat Wajah Jenny agar perempuan itu mempercayai ucapannya.

Tapi tatapan Jenny kepada Barra sulit untuk dibaca.

One Night with Mr. Barra (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang