Part 5

1.5K 97 1
                                    

"Hai, by." Josh memanggilku 'by' yang artinya 'baby'. Ya, seperti itulah Josh.

"Hai." Jawabku datar.

"Tumben belum pulang. Mama kamu kemana?" Memang biasanya aku dijemput mama.

"Mama lagi di Bandung."

"Oh, sejak kapan?" Josh sebenarnya sangat perhatian kepadaku. Namun, dia juga perhatian ke semua perempuan di sekolah.

"Dari dua hari yang lalu." Kataku sambil melepas kedua earphone yang menempel ditelingaku. "Kamu sendiri gak pulang? Kan udah selesai basketnya?"

"Mau nyamperin kamu dulu, aku sih udah dijemput sama supir aku diluar, tapi biarin aja lah." Jawabnya sambil memainkan rambutnya yang penuh dengan pomade ala anak jaman sekarang.

"Yaudah aku juga ini mau pulang kok, kamu pulang gih udah sore." Perintahku sebenarnya hanya ingin membuat Josh pergi dari hadapanku saja.

Josh melihat jam tangan hitamnya dan telah menunjukkan pukul lima sore.

"Iya ini aku mau pulang kok. Aku duluan ya, kamu hati-hati terus pulangnya jangan kesorean." Izinnya kepadaku sambil mengacak-acak rambutku manja. Aku tak menjawab perkataannya dan melanjutkan kegiatanku.

Beberapa menit setelah Josh pulang, aku memutuskan untuk pulang dan menuju gerbang sekolah. Aku lihat Nathan sedang memainkan bola basket sendirian di lapangan. Namun, aku hanya lewat dan berpura-pura tidak melihatnya. Tapi, Nathan melihatku juga.

"Annindy!" Teriak Nathan sambil memainkan bola basketnya.

"Hai, Nathan!" Aku juga berteriak sambil melambaikan tangan ke arah Nathan.

"Kok tumben belum pulang?" Tanyanya sambil berjalan menuju ke arahku.

"Ini baru mau pulang. Karena gak ada yang jemput jadi males pulang, hehehe."

"Pulang bareng, yuk." Jawabnya santai

Aku langsung merasa senang diajak Nathan pulang bareng. Walaupun belum tau mau pulang naik apa. Gak mungkin Nathan berani bawa motor ke sekolah.

"Emang mau naik apa pulangnya?" Tanyaku sambil membawa binder medium merah muda.

"Naik busway yuk? Gue bayarin deh ongkos pulangnya. Mau gak?" Ajakan Nathan membuat jawabanku mau.

"Yaudah, boleh deh."

Saat sudah menunggu busway lumayan lama, aku dan Nathan akhirnya mendapat busway yang ditunggu. Namun, kursi penumpang sudah penuh dan terpaksa aku dan Nathan harus berdiri didalam busway gandeng.

"Nin, kita pindah ke tengah yuk. Yang goyang-goyang itu?" Ujar Nathan.

"Hahaha, mau ngapain?" Tanyaku heran.

"Udah cobain aja, seru tau." Nathan langsung menarik tanganku dan membawaku ke tengah busway dimana tempat untuk menyambung antara bagian depan dan belakang busway gandeng.

"Kurang kerjaan deh, Nathan."

"Daripada kita bosen di depan ngeliatin orang-orang pada duduk, mending main disini kan, hahaha."

Tak sadar, tanganku belum juga dilepas oleh Nathan. Aku merasa gugup dan takut untuk bilang ke Nathan bahwa seharusnya dia melepas genggamannya. Aku hanya bisa memerhatikan mukanya yang serius menatap layar hp-nya dan satu lagi yang sedang menggenggam tanganku.

"Nathan, kan rumah lo beda arah sama rumah gue?" Tanyaku memecah keheningan.

"Ya gue anterin lo sampe rumah dulu lah. Gue mah pulang gampang, kan lo juga lagi sendirian dirumah."

"Kok lo tau kalo mama lagi di Bandung?" Aku bingung kenapa Nathan tau kalau mama sedang tak ada di rumah.

"Kan lo cerita di line kalo mama lo mau pergi ke Bandung tiga minggu. Masa lo lupa?"

"Oiya gue lupa! Hehehe."

"Pindah ke pintu, yuk. Beberapa halte lagi kan kita turun." Ajak Nathan sambil menarik tanganku agar cepat menuju pintu.

"Than, kita ke toko buku yuk. Bosen kalo dirumah terus. Lagi sendirian pula?" tanyaku sambil memasang wajah memohon.

Nathan mengecek jam tangannya dan menjawab pertanyaanku, "Hmm, yaudah yuk."

Akhirnya kami berdua sampai di toko buku di daerah Matraman, Jakarta Timur. Saat disana, Nathan langsung berjalan ke arah tempat menjual sepeda dan perlengkapannya dan aku hanya mengikutinya.

Nathan sedang asyik melihat-lihat helm sepeda yang berjejer disana. Aku hanya memerhatikannya dan ikut melihat-lihat, walaupun aku tidak terlalu suka berada disini karena lebih suka berada diantara rak buku novel.

"Serius amat sih ngeliat helmnya. Sampe takut tuh helmnya diliatin terus. Hehehe," ujarku memecah keseriusan Nathan.

"Ya abisnya, gue punya sepeda lumayan lama tapi gak ada waktu buat beli helmnya," jawabnya sambil tertawa kecil.

"Yaudah sekarang beli lah sana."

"Lain kali aja deh, masih banyak yang harus gue beli buat keperluan yang lebih penting."

Saat sudah sampai di lantai dasar dan ingin pulang ke rumah, aku melihat photobooth sedang ada promo karena baru saja buka di toko buku itu. Aku berniat mangajak Nathan untuk berfoto disana.

"Than, foto yuk. Mumpung lagi promo tuh!"

"Ada-ada aja nih," jawab Nathan setelah melihat jam tangan hitamnya.

"Yah, ayo dong sebentaaaar aja, ya ya ya?" bujukku.

"Yaudah yuk, tapi habis ini langsung pulang ya? Kan udah malem kita masih pake seragam," akhirnya Nathan terbujuk rayuanku.

"Iya habis foto kita pulang kok."

ps : makasih ya yang udah setia baca dan nunggu setiap partnya. Makasih banyak juga buat yang udah ngevote wattpad aku! Makasih banget, hehehe. 

Cinta dan NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang