Part 3

2.5K 91 1
                                    



Pasti Nathan. Siapa lagi yang mengajakku dengan semangat ke bazar buku. Namun, aku ragu karena Josh mengajakku nonton di bioskop juga.
' Gak tau, liat aja bsk. Oya, lo tau nama gue drmn? ' Kita memang belum berkenalan sejak awal ia mengajakku berbicara

' Flora Annindy. Nama lo kan ada di mading sekolah, karena tim cheers yg selalu berprestasi. '

Tanpa membalas SMS darinya, aku langsung bergegas mandi. Aku selalu bertanya - tanya, mengapa Nathan selalu mendekatiku dan selalu memerhatikanku dan aku merasa senang saat dia seperti itu. Ah, tidak mungkin aku suka padanya.

Setelah selesai makan malam bersama, aku langsung masuk ke kamar. Josh meneleponku.
'Hallo?' Sapaku.
'Hai Nindy.' Dia membalas sapaanku.
'Kenapa, Josh?'
'Gak apa - apa. Kangen aja, emang aku gak boleh ya telepon kamu?'
'Oh, gak apa - apa. Biasanya SMS.' Jawabku singkat.
'Kamu kenapa sih? Akhir - akhir ini kamu selalu jutekin aku, udah lah Nin, gak usah dipikirin lagi masalah itu.' Ucapnya.
'Gak usah kamu bilang? Kamu gak mikir apa? Seorang kapten basket pergi ke mall sama cewek lain disaat pacarnya lagi dirawat di rumah sakit?' Ucapku kesal. Jadi, sekitar sebulan yang lalu aku terkena tifus. Namun, Josh jarang sekali menjenguk, saat dimana aku benar - benar membutuhkan perhatian dari seorang laki - laki yang aku sayang. Buruknya lagi, dia ketahuan jalan sama Clara, ketua OSIS di sekolahku.
'Aku kan udah minta maaf sama kamu, masa kamu gak bisa ngertiin aku?' Ujar Josh.
'Besok kita batal nonton.' Aku langsung mematikan telepon darinya. Aku masih jengkel dengan kejadian waktu itu, dan aku belum bisa memafkannya.

Aku membalas SMS dari Nathan.
' Nathan, besok sore jam 3 gue udah ada disana. Tunggu ya. '
Tak butuh banyak waktu, ia langsung membalas SMS dariku.
' Yes, akhirnya lo mau juga. Gak usah, besok gue jemput lo aja. '

Aku terkejut dan merasa senang entah kenapa saat ia membalas seperti itu. Rasanya ingin lompat di trampolin besar dan aku bisa terbang sepuasnya, memang terkesan berlebihan, sih. Tapi, hati tidak akan pernah bisa dibohongi.

' Emangnya lo tau alamat rmh gue? ' Jawabku cepat.
' Ya tau lah, apa sih yg ga gue tau ttg lo? ' Jawabannya membuat aku menjadi senyam - senyum sendiri di kamar. Aku tidak mungkin jatuh cinta pada dua orang. Aku harus mencintai Josh sepenuh hati karena dia adalah pacarku. Tak sadar, waktu sudah larut dan aku tertidur saat ingin membalas SMS darinya.

Pagiku dikejutkan dengan adanya tamu yang mencariku padahal itu masih jam tujuh pagi.
"Mba Flora, ada yang nyariin tuh. Dia udah nunggu diruang tamu." Ujar bibi sambil sedikit teriak, karena bibi memanggilku dari luar kamarku.
"Hmm, siapa bi namanya?" Aku bangun dari tidurku, walaupun nyawaku masih belum kumpul.
"Namanya Nathan, mba." Aku langsung melotot saat tahu bahwa tamu itu adalah Nathan. Mau apa dia datang sepagi ini, katanya ia akan menjemputku jam tiga sore.
"Iya, bi. Aku turun." Aku langsung menjepit rambutku dengan jedai. Dengan celana pendek dan kaos oblong, aku turun ke ruang tamu untuk menemui Nathan.

"Hey, Nin. Hahaha mukanya masih lecek banget." Katanya saat dia melihat ke arah tangga dan melihatku.
"Lo ngapain dateng kesini pagi - pagi? Kan katanya lo mau jemput gue nanti sore?" Jawabku heran. Sebenarnya, aku senang pagi - pagi dia sudah datang menemuiku, tapi sekali lagi aku tidak mau menyakiti hati Josh.
"Gue kesini mau ngajak lo running di taman komplek, ayo buruan ganti baju." Katanya. "Oiya, gak usah mandi, sikat gigi sama cuci muka aja biar gak kelamaan." Ucapnya lagi.
"Ih, kirain mau ngapain. Yaudah tunggu disini." Kataku.

Aku langsung bergegas rapi - rapi. Aku memilih untuk mengenakan celana running dari Nike dan kaos running dari Reebok. Tidak lupa membawa handphone dan earphone. Cepat - cepat aku turun ke bawah dan segera berangkat ke taman komplek.

"Ayo cepetan pake sepatu. Udah mau siang nih." Katanya dengan penuh percaya diri.
"Sabar dong. Lo aja mendadak gini ajaknya. Lagian kan ini baru jam tujuh lewat lima belas menit." Kataku sambil memakai sepatu running roshe run dari Nike.
"Hehehe, maaf deh gak ngulang lagi." Katanya sambil memberi senyum paling lebar.

Kami berdua jalan kaki ke taman komplek karena sangat dekat dari rumahku. Saat sampai di taman, aku berlari mengelilingi taman bersama Nathan. Dia bercerita banyak hal tentang kehidupannya di Bali dulu. Ternyata dia ke Bali karena ikut ayahnya yang tugas kesana. Awalnya dia sekolah di sekolahku, tapi hanya beberapa minggu, ia pindah ke Bali. Pantas saja, sudah banyak yang kenal dengannya. Saat sedang asyik berlari bersama tiba - tiba ada anjing besar yang rantainya terlepas berlari ke arahku. Aku langsung berlari secepat mungkin saat menyadari itu. Tapi sialnya, aku tersandung batu bata yang lumayan besar. Dan, lututku berdarah.

Nathan langsung mengangkatku ke bangku taman.
"Nindy ada - ada aja. Kok bisa sih jatoh kayak gini?" Ucap Nathan cemas. Ia langsung membeli sebotol air mineral dan diguyur ke lututku yang berdarah itu.
"Ih, gue tuh takut banget sama anjing. Terus, waktu lari ada batu didepan gue, yaudah gue jatoh deh. Lagian lo bukannya nolongin gue, malah ngeliatin aja. Shh" Kataku sambil keperihan karena lukaku yang terkena air.
"Sabar ya ini juga gue lagi obatin kok." Katanya cemas sambil mengobati lukaku dengan serius.
Tidak sengaja aku memperhatikan matanya yang dihalangi oleh kacamatanya. Wajahnya memang tidak lebih tampan dari Josh. Tapi, entah mengapa aku selalu ingin melihat wajahnya.

Saat aku sedang memerhatikan wajahnya yang serius itu, ia melihat mataku juga dan aku merasa berbeda, sangat berbeda. Rasanya ingin terbang bersama awan - awan yang ada di langit.
"Udah bersih nih lukanya. Bisa jalan gak?" Ucapnya. Lalu mencoba membantuku berdiri.
"Aduh sakit banget nih, duduk dulu deh, tapi gue laper, gimana dong?" Lukanya lumayan besar dan itu membuatku kesakitan dan susah jalan.
"Yaudah sini." Tiba - tiba ia jongkong di hadapanku.
"Mau ngapain?" Tanyaku heran.
"Sini gue gendong. Kita makan bubur mas Yamin. Katanya lo laper tapi kan gak bisa jalan. Yaudah sini gue gendong."

Akupun naik ke punggung Nathan. Aku digendong sampai ke tempat bubur ayam mas Yamin. Bubur ayam yang terkenal di komplek karena rasanya yang enak. Aku tertawa kecil saat diturunkan Nathan dari punggungnya.
"Kenapa ketawa?" Tanyanya.
"Gak apa - apa. Lucu aja gitu, lo mau gendong gue dari taman kesini. Kan lumayan jauh, apalagi gue ini berat." Jawabku sambil memberi senyuman terbaik untuknya.
"Daripada lo gue tinggalin sendirian disana. Gue kan laper mau makan." Katanya sambil meledek.

Aku di traktir Nathan makan bubur ayam. Katanya sebagai permintaan maaf udah ngebiarin aja aku dikejar anjing.

Cinta dan NathanWhere stories live. Discover now