Part 1

6.7K 126 1
                                    

Namaku Flora Annindy. Panggil saja Nindy. Aku merupakan anggota dari pembuat mading mingguan di sekolah. Seperti biasa, saat jam pulang sekolah seperti ini biasanya aku sedang sibuk di perpustakaan untuk mengambil majalah edisi terbaru untuk diambil topiknya dan disebarkan di mading. Namun, konsentrasiku buyar saat Josh datang menggangguku. Josh itu pacarku.

Aku kenal Josh karena dia adalah kapten basket yang sering ku wawancarai tentang ekskul basket yang ngehits di sekolahku, mulai dari prestasinya sampai perkembangan ekskul basket. Namun, akhir - akhir ini hubunganku mulai renggang dengannya, hal itu dikarenakan kami sibuk pada minat kami masing - masing.

"Hey, Nin." Sapa Josh sambil menepuk bahuku.
"Hai." Jawabku tanpa menatap matanya dan meneruskan tugasku.
"Kamu kenapa sih?" Tanyanya dengan nada yang jengkel.
"Kamu ga liat apa? Aku lagi sibuk." Jawabku sinis.
"Sampe kapan kamu mau cuekin aku terus, Nin?"
"Kalau aku cuekin kamu kan masih ada Kesha tuh yang tergila - gila sama kamu." Jawabku sambil beranjak membawa beberapa majalah yang kubawa ke dalam ruang pembuatan mading. Josh hanya terdiam di dalam perpustakaan, tidak mengerjaku. Sama sekali tidak.

Aku duduk di bangku dekat tukang mie ayam yang ada di kantin sambil menikmati semangkuk mie ayam dan segelas es teh manis. Saat sedang asyik makan, Arini menghampiriku sambil memasang wajah murung dan cemberut. Arini adalah teman sekelasku, dan kami berdua sangat akrab. Aku dan Arini akrab karena kita sekelas dan sebangku.

"Kenapa? kok mukanya lesu gitu?" Tanyaku.
"Gue bingung nih, puisi buat diterbitin di mading semuanya ditolak sama pak Rachmat. Katanya sih puisinya gak sebagus bulan kemarin." Jawab Arini dengan wajah keheranan. Arini bertugas mengumpulkan puisi untuk mading sekolah. Nah, kalau aku tugasnya wawancara setiap ketua ekskul yang ada di sekolahku.
"Hmm, mungkin lo belom ngasih semua puisi yang udah terkumpul kali?" Jawabku santai.
"Gue yakin banget kok, Nin. Puisinya udah gue kumpulin semua. Huh, bodo amat deh liat aja besok jadinya gimana." Akhirnya aku dan Arini kembali menyantap mie ayam dengan lahap.
Bel masuk berbunyi. Tanda jam pelajaran berikutnya dimulai. Kali ini kelasku diisi dengan kelas pak Rachmat, pelajaran Bahasa Indonesia. Tapi, sepertinya kali ini dia tidak sendirian datang ke kelasku, dia bersama seorang murid yang nampaknya anak baru yang baru saja pindah ke sekolahku.

[tbc]

Cinta dan NathanWhere stories live. Discover now