Part 4

1.7K 79 1
                                    


Waktu sudah menunjukkan pukul 15.40 dan aku segera sholat ashar dan bersiap-siap ke Taman Suropati dengan Nathan. Ya, siapa lagi. Aku menggunakan kaos berwarna kuning pucat dengan celana jeans putih dan dengan converse putih serta cardigan hitam.

Saat sedang menunggu Nathan, tiba-tiba terbesit dipikiranku saat aku melihat pesan singkat Josh dengan Clara. Mereka berdua sekelas dan alasan awal chatnya adalah menanyakan tugas kelompok, tapi berujung nonton di Metropole berdua tanpa sepengetahuanku.

Suara bel rumah terdengar jelas dari ruang tamu. Aku langsung tahu bahwa yang memencet bel barusan adalah Nathan. Aku langsung membuka pintu rumah dan kaget melihat Nathan menjemputku menggunakan sepeda fixie-nya.

"Pake sepeda?" Tanyaku heran.

"Iya, gue liat lo punya sepeda kan?" Ternyata dia menjemputku agar pergi dengan sepeda masing-masing.

"Yaudah bentar, gue ambil sepeda lipet dulu."

Aku kembali dari mengambil sepeda lipatku. Aku dan Nathan pergi menggunakan sepeda. Melewati jalan Surabaya dengan pasar antiknya. Menyusuri jalan dengan santai dan sesekali aku ditinggal karena dia pandai naik sepeda fixie-nya.

Akhirnya sampai di Taman Suropati yang sudah penuh dengan banyak orang yang berhobi sama denganku dan Nathan.

"Nathaaan, buku ini bagus banget deh. Ceritanya gak real dunia nyata gitu." Dengan lantang aku memanggil Nathan.

"Yah kirain ada apa. Itu mah masih gak seberapa sama cerita-cerita dari novel Divergent dan seri-serinya." Nampaknya Nathan memang gak bisa lewat sama novel fiksi.

"Balon, balon! Neng mau balon?" Seketika ada tukang balon keliling yang menggunakan sepeda menawarkan balon kepadaku.

"Boleh deh, Bang. Satu ya yang warna pink." Pintaku

"Ye kayak anak kecil aja, lo. Nih bang uangnya." Walaupun meledek, Nathan membayarkan balon yang kumau.

"Iseng aja, hehehe. Ngomong-ngomong makasih ya balonnya."

"Haha, santai."

Karena sudah hampir pukul 18.00 aku dan Nathan memutuskan makan malam di Nasi Goreng depan Masjid Sunda Kelapa sekalian sholat maghrib disana. Saat menunggu makanan datang, Nathan mengambil spidol hitam dan mengambil balonku.

"Eh, balonnya mau diapain?" Tanyaku sambil ingin merebut balonku, tapi dia terlalu tinggi untukku. Nathan menulis nama 'Nathan Wijaya' di balonku.

"Ngapain lo nulis nama lo di balon gue?" Tanyaku dengan nada protes.

"Biar nanti malem lo liat balon ini seolah-olah lo ngerasa kalo gue ada deket lo waktu lo mau tidur gitu, hahaha." Canda Nathan membuat aku deg-degan entah kenapa.

"Dih, gaya banget." Jawabku singkat.

Pukul 20.00 aku sampai dirumah dan menghempas segala lelahku di kamar. Melihat layar handphone aku langsung kirim line message ke Arini.

'Ariniiii, hari ini gue jd loh ke tmn suropati sm nathan!!' 20.00

'Cie seneng, hahaha' 20.03

'Nggasih biasa aja, cm ga nyangka aja anak baru udh berani ngajak gue pergi' 20.05

'Ya kan yg ptg lo ga baper kedia, wkwkwk' 20.10

'Bentar ya, nathan nelfon gue.' 20.12

Nathan meneleponku secara tiba-tiba. Ku angkat telepon darinya.

"Hai!" Sapa Nathan.

"Hai, kok gak bilang mau nelepon?" Tanyaku heran sekaligus senang ditelepon Nathan.

"Emangnya gak boleh? Yaudah deh gue tutup aja teleponnya."

"Yaa boleh lah, nanya doang malah baper."

"Becanda kok, hehehe."

"Ih dasar. Udah dulu ya, gue mau ngerjain presentasi IPS dulu, bye Nathan."

"Yah, yaudah kerjain deh, bye Nindy."

Sambungan telepon terputus.

Sebenarnya aku mematikan telepon dari Nathan bukan karena ingin mengerjakan tugas. Tapi, karena tiba-tiba mamaku mengetuk pintu kamar, hehehe.

"Ada apa, Ma?" Tanyaku saat mama masuk ke kamar.

"Kamu tadi ngomong sama siapa?" Pertanyaan mama membuatku sedikit panik, dan aku jawab seadanya.

"Tadi aku lagi hafalan aja sama materi yang di sekolah pelajarin kok ma. Mama kenapa manggil aku tadi?"

"Besok mama mau pergi sama tante Wilona ke Bandung 2 minggu. Kamu disini sama mba ya. Gapapa kan?" Tambah sendiri aja dirumah, karena papaku sedang tugas di Kalimantan.

Papaku memang sering bertugas di luar pulau sejak aku kecil, sehingga aku dan papa jarang sekali bertemu. Aku juga punya seorang kakak laki-laki. Rayyan namanya, ia sudah berusia 21 tahun dan sekarang sudah kuliah di ITB. Aku dan kakakku pun juga jarang bertemu.

Dua hari sudah ditinggal mama ke Bandung. Rabu sore yang mendung membuatku malas untuk pulang kerumah. Di sekolah sudah sepi, hanya ada anak OSIS dan ekskul basket. Ya, Josh juga masih ada di sekolah.

Aku memutuskan untuk bersantai di perpustakaan sambil mendengarkan lagu dengan earphone, tidak lupa dengan membaca majalah yang ada di perpustakaan. Saat sedang asyik sendiri, Josh datang menghampiriku.

ps : yey, seneng banget bisa lanjutin ceritanya! Maaf ya kalo gapernah update, karena aku sibuk UCUN terus :(

selamat membaca!

Cinta dan NathanWhere stories live. Discover now