Seonbae-Hoobae

86 15 75
                                    

A fanfiction by OtherwiseM

|| No Minwoo (Boyfriend) and Jung Yein (Lovelyz) || Fluff || Ficlet || Teen ||

"Bisakah kalau sepasang sunbae-hoobae yang selalu kau bicarakan itu diganti menjadi sepasang kekasih?"

.

.

.

"Oh, apa yang Sunbaenim lakukan di sini?"

Mendengar suara lembut milik Yein mengalun, Minwoo terbatuk kecil. Mengibas poninya sedikit sambil berbalik menghadap si gadis yang alisnya berjungkit. "Tentu saja menunggumu," sahutnya sambil memasukkan kedua tangan ke saku.

"Kenapa Sunbaenim menungguku?"

"Tentu saja karena aku ingin mengantarmu pulang. Ayo pergi sekarang!" Tanpa meminta persetujuan Yein, Minwoo menarik tangan gadis itu.

"E-eh?! Sunbaenim!" Banyak orang memerhatikan mereka dengan tatapan menyeramkan, dan Yein tidak menginginkan hal itu. Sekuat tenaga ia berusaha melepaskannya, namun tetap saja sulit. "Sunbaenim, tolong lepaskan tanganku!"

Sekonyong-konyong Minwoo berhenti, membuat Yein yang jalan terhuyung menabrak punggungnya. "Kenapa?"

Yein mengelus dahinya, "Karena kita tidak memiliki hubungan yang mewajarkan kita untuk berpegangan tangan. Tidak ada sepasang sunbae-hoobae yang bergenggaman tangan seperti ini. Sebenarnya sunbae yang mengantar hoobae-nya pulang juga bukan hal wajar. Aku memang sangat senang Sunbaenim mau mengantarku pulang. Tapi kalau sampai harus menungguku, aku jadi merasa tidak enak. Sunbaenim juga 'kan harus belajar untuk ujian akhir. Aku tidak—"

"Bisakah kalau sepasang sunbae-hoobae yang selalu kau bicarakan itu diganti menjadi sepasang kekasih?" Minwoo memotong cepat. Ia menggigit bibir bawahnya kencang-kencang. Ya! Apa yang kau baru saja kau katakan No Minwoo! Matilah kau!, jeritnya dalam hati. Buru-buru Minwoo melepaskan genggaman tangannya.

Yein menatap sunbae tingkat tiganya tanpa berkedip. "Maksud Sunbaenim?"

Demi menghilangkan rasa malu-setengah-mati-nya, Minwoo menghela napas jengah. "Oh, ayolah, Jung Yein! Umurmu berapa sih? Masa tidak mengerti arah pembicaraanku?"

Yein mengelak, "Tapi, perkataanmu memang aneh, Sunbaenim. Aku tidak mengerti."

"Ya sudah, biar kuperjelas," Minwoo meletakkan kedua tangannya di bahu Yein. Membuat mata segaris gadis itu membulat. "Karena kau ini gadis cerdas tapi bodoh, jadi aku akan memperjelas sejelas-jelasnya. Sikapku yang sering kau sebut 'tidak wajar' selama ini alasannya adalah karena aku menyukaimu. Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu, tapi itulah yang kurasakan. Jadi, bisakah hubungan sunbae-hoobae yang selalu kau bicarakan itu berubah menjadi sepasang kekasih mulai hari ini?"

Yein masih melempar tatapan 'bicara apa sih orang ini?', membuat Minwoo ingin sekali menelannya bulat-bulat.

"Jung Yein, jadilah pacarku!"

Menyatakan perasaan pada siswi tingkat pertama di depan gerbang sekolah. Oke, ini lumayan keterlaluan. Bagaimana bisa Minwoo membuang begitu saja reputasi flower boy cuek yang sudah sejak lama dibangun hanya karena seorang Jung Yein? Oh, ayolah, bahkan desas-desus yang berubah jadi jerit tertahan terdengar bersahutan di telinganya. Sebegitu banyakkah yang memerhatikan mereka? Kenapa rasa ingin terhisap ke dalam pusaran tidak ada sekilas pun melintas di kepalanya? Ah, Jung Yein sudah membutakannya rupanya.

Sepuluh detik sudah berlalu, namun Yein hanya terdiam dengan mata membola dan mulut tak terkatup. Jangan bilang ....

"Yein, k-kau ... uhm ... mengerti maksudku, 'kan?"

Si gadis masih memertahankan posisi dan ekspresinya.

"Yein, kau mengerti perkataanku, 'kan?" Minwoo menggoyang bahu Yein yang lemas dengan frustasi. Hei, ini pertama kalinya Minwoo menyatakan perasaan dengan cara sememalukan ini! Biasanya ia hanya tersenyum manis dan berkata "Aku menyukaimu" lalu urusan beres. Dia lelaki populer yang digilai banyak wanita, tak ada satupun yang mampu menolak pesona seorang No Minwoo. Tapi kenapa Yein ...?

"Yein-ah!"

Seperti mendapat kesadarannya setelah berkelana di dunia lain, Yein menggeleng cepat. Memasang tampang bodoh yang membuat Minwoo gemas setengah mati. "Iya?"

"Kau mendengarkanku, 'kan?" tanyanya sambil menahan emosi—sebenarnya lebih tepat disebut 'malu'.

"Oh iya," Yein terbatuk kecil, "ini akan jadi sangat panjang. Tapi aku sudah meringkasnya dalam pikiranku. Hasilnya adalah ...."

Minwoo menelan ludahnya yang terasa seperti larutan asam.

"... pertama-tama, bisakah Sunbaenim melepaskanku?"

"A-ah, iya," Minwoo langsung melakukannya dan mundur selangkah dengan kikuk.

"Sejujurnya aku menyukai Sunbaenim. Sunbaenim lelaki baik dan juga, uhm, tampan,"—Minwoo tersenyum bangga—"banyak gadis yang menyukai Sunbaenim, dan kupikir itu hal yang sangat wajar. Aku merasa sangat beruntung karena bisa disukai Sunbaenim. Wah, bahkan aku masih tidak bisa dapat memercayainya."

Senyum di bibir Minwoo tersungging semakin lebar. Ah, kepercayaan dirinya naik 200%.

"Tapi, aku tidak bisa jadi pacar Sunbaenim."

Eh?

"Maaf Sunbaenim! Tapi aku punya banyak hal yang harus dikerjakan. Aku seorang ketua kelas, aku harus mengerjakan tugas sekolah dengan baik, aku harus membantu Ibu dan adikku, dan hal lain yang tak bisa kusebutkan. Jadi, aku tidak punya waktu untuk membalas perasaan Sunbaenim. Aku tahu ini sangat tidak sopan, tapi kan Sunbaenim sudah tua. Kita terpaut usia cukup jauh. Sunbaenim juga harus belajar untuk ujian, 'kan? Aku tidak ingin merepotkan Sunbaenim. Maafkan aku Sunbaenim!" Yein membungkuk, "dan sekarang aku harus pulang. Selamat tinggal, Sunbaenim."

Yein mengucapkan serangkaian kalimat panjang itu dengan hanya satu tarikan napas. Ia membungkuk lagi beberapa kali sebelum akhirnya berlari meninggalkan Minwoo yang melongo tak percaya.

Apa dia salah dengar? Apa dia ... uhm ... baru saja ... ditolak?

Dan, apa kata Yein barusan? Sudah tua? Terpaut usia cukup jauh? YA! APA ARTINYA 3 TAHUN?! Minwoo juga punya wajah seperti bayi dan sering disebut seperti masih JHS! Ya tuhan, Minwoo ingin teriak rasanya. Namun rasa malu yang teramat membuatnya hanya mengepalkan tangan kuat-kuat dengan wajah merah padam sambil bertekad dalam hati,

Awas saja kau, Jung Yein!

The End

White Spot [Drabble & Ficlet]Where stories live. Discover now