tertin

1.6K 84 1
                                    

Bea

"Ari?"

Aku terkejut ketika merasakan sikutan pada lenganku. Itu Louis. Sepertinya bocah tengil itu mengerti apa yang sedang ku rasakan. Aku mencoba tersenyum untuk memastikan dirinya bahwa aku baik-baik saja.

Ini sudah satu jam. Dan yang ku lakukan hanyalah duduk diam sambil berusaha mengerti dengan permainan bola yang ka Liam dan Louis mainkan pada PS3 milik si tuan rumah.

Aku memang tak begitu mengerti tentang bola. Tapi setauku hanya ada dua warna yang ikut campur dalam permainan ini; merah dan kuning. Lalu kenapa si bodoh pirang itu mengeluarkan banyak kartu dengan berbagai warna?

Ck, yang bener aja si Ni..

Saat sedang berusaha lebih fokus kepada bola yang sedang terombang-ambing, sebuah colekan dari arah kiri membuat konsentrasiku buyar. Rese!

"Cari makan yu, dari pada bengong gajelas kaya jones."

Menoleh ke arah kanan, aku melihat Ari sedang bersandar pada Harry yang sedang mengecup puncak kepalanya berkali-kali. Melihat pemandangan itu rasanya seperti hidungku yang tercolok jepitan rambutku beberapa hari lalu. Perih dan membuat mataku memanas. Beruntung sedari tadi aku fokus kepada permainan bola tidak jelas itu. Huh.

Kembali menoleh ke arah ka Zayn, aku mengiyakan ajakannya dengan sebuah anggukan yang tertunduk.

**

Setelah mendapatkan semua yang perut karung itu pesan kami memilih untuk mampir sebentar ke salah satu restoran cepat saji yang berada tak jauh dari minimarket.

Aku tak memesan banyak, hanya sepiring kentang goreng dan juga minuman soda sama seperti lelaki arab yang sekarang berada dihadapanku.

"Lo beneran suka sama Harry?" Pertanyaan secara tiba-tiba yang keluar dari bibir seksi ka Zayn membuat diriku tersedak oleh minuman soda yang sedang ku teguk.

Demi, perih. Anjeeng!

Kalau saja yang melakukan itu adalah salah satu dari dua idiot bisa kupastikan letak hidungnya akan bertukar tempat dengan telinganya!

"Lo aus apa gimana si, sampe keselek gitu selau aja gue ga bakal minta. Nih gue ada."

Dengan mata berair yang disebabkan air soda sialan itu aku menatap ka Zayn yang sedang menunjukkan satu gelas sodanya kepadaku dengan penuh tanda tanya.

"Jangan nangis, tar kiranya gue ngapa-ngapain lo lagi."

Apaan si ini orang ga jelas banget. Nyesel gue nge-iya-in tawarannya.

Tiba-tiba wajah ka Zayn makin mendekat. Dekat. Dekat. Apa yang harus ku lakukan? Ayo cepat, Bea!!!! Berpikir!!!! Dan dengan begitu aku merasakan sentuhan lembut pada kedua kelopak mataku.

"Lo ngapain merem? Wah lo lagi mikir yang engga-engga ye?"

Perlahan warna gelap itu terganti dengan wajah lelaki tampan yang mulai detik ini ku anggap tolol sedang tertawa dengan sangat amat bahagia. Kegiatanku yang baru saja ku lakukan membuktikan bahwa memang benar aku sempat memejamkan mata.

Sialan!

"Gue cuma mau ngapus air mata lo doang ko." Senyuman manis dari lelaki tolol ini tak akan membuat luluh hati seorang Beattrix Dandellion yang sedang kesal! "Emang gue nangis?!"

"Judes amat si, sama Harry aja kalem."

Kenapa mesti bawa-bawa nama Harry si? Sumpah. Nih orang gajelas banget!!!

"Gue mau pulang ka."

"Tapi makanan gue belom abis. Itu makanan Lo juga."

Aku tak peduli! Mood ku bertambah hancur. Aku ingin pulang saja kerumah. Atau mungkin pergi kerumah Terre. Ya! Lebih baik aku pergi kerumah Terre.

DOI -hsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang