Sembilan

377 26 2
                                    

Delight Cafe yang terletak di daerah Kemang menjadi pilihan Aby untuk bertemu Bima dan istrinya. Cafe yang langsung disukainya ketika Bima mengajaknya kemari pertama kali. Bagunan dengan dua tingkat ini mampu membuat Aby ketagihan untuk datang kemari di sela waktu senggangnya.

Delight Cafe terdiri dari dua view, lantai bawah yang dikelilingi kaca transparan sehingga bisa membuat pengunjung melihat pemandangan luar, serta adanya panggung kecil dengan sebuah grand piano hitam di tengah ruangan yang setiap harinya diisi oleh penyanyi cafe untuk menemani mereka, dan jangan lupakan dindingnya yang berwarna peach yang ditempeli stiker-stiker lucu juga kursi dan meja yang di tata begitu apiknya. Sehingga terlihat unik dan tak biasa. Sedangkan lantai atas yang dikhususkan untuk private room bagi mereka yang ingin mengadakan pertemuan keluarga ataupun bisnis.

Aby sangat suka dan kagum dengan semua tatanan desain ataupun arsitektur yang digunakan cafe ini, yang mampu membuatnya nyaman dan betah berlama-lama duduk di sofa merah yang ia duduki saat ini.

Suasana yang tenang dengan ditemani musik yang mengalun dari speaker kecil yang terpasang di pojok ruangan seharusnya mampu membuat wanita itu sedikit lebih rileks, padahal ia sengaja memesan private room agar mereka bisa leluasa bicara.

"Aby.. Aku-"

Aby menghela nafas melihat Zeevana yang terlihat gugup. Wanita yang duduk di sampingnya dengan dress pink pucat polkadot selutut itu berkali-kali meremas tangannya.

"Jangan tegang begitu, Zee. Mereka tidak akan memakanmu."

Zeevana melayangkan pukulan kecil di lengan berotot pria yang kini tengah tersenyum geli sebelum merangkul bahunya.

"Everything will be fine, trust me," mau tak mau Zeevana menganggukan kepalanya melihat tatapan teduh pria di sampingnya.

"Terima kasih kau mau berada di sini, menemaniku," dikecupnya rahang Aby sebagai ungkapan betapa beruntung dan terimakasihnya ia dipertemukan dengan pria seperti Aby.

"Sudah kubilang kan, aku akan selalu di sampingmu, apapun keadaannya."

Zeevana mengangguk disertai senyum simpul mendengar jawaban Aby, perasaannya sedikit lega bisa melihat senyum pria tampan yang saat ini sibuk menggoda Keano.

"Maaf membuat kalian menunggu lama," Zeevana yang mendengar suara Bima ketika pintu terbuka langsung terdiam kaku, sedangkan Aby menoleh lalu tersenyum seraya berdiri dan memeluk pria yang lebih tinggi beberapa inchi darinya.

"Hai Kak-"

"Indri," sahut Indri cepat seraya mengulurkan tangan, menjabat tangan Aby.

"Aby. Ayo duduk," Aby mempersilahkan keduanya duduk di sofa merah seberang meja. Ia pun kembali duduk di sisi Zeevana yang menunduk dalam.

"Zee, kau tidak ingin menyapa kakakmu juga kakak ipar?" bisik Aby tepat di telinga Zeevana. Wanita itu melirik dari sudut matanya jika kedua orang yang duduk di hadapannya kini tengah memperhatikan dirinya.

"Kau tidak merindukan Kakak, Zeeva?" Bima akhirnya angkat bicara, ia tidak tahan dengan situasi tegang saat ini. Duduk diam sembari memperhatikan Zeevana pun tak akan ada hasilnya, wanita itu tidak akan bicara apa-apa jika tidak ada yang memulainya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A & Z (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang