Empat

397 24 1
                                    

Pernah dengar kalimat ini, happy is simple.

Bahagia itu sederhana.

Kalau kata Ibu-nya, "bisa makan nasi dengan sambal saja ibu sudah bahagia, apa lagi kalau ditambah lauk goreng tempe tahu, tambah bahagianya."

Sepertinya Aby harus membenarkan kalimat itu. Terbangun di pagi hari dengan seseorang yang kau sayangi berada dalam dekapan lengannya dan terlihat nyaman, membuat bibir pria tampan ini tersenyum lebar. Rasa hangat yang telah lama tidak ia rasakan kini dapat dirasanya kembali.

Aby rela menukar apa saja yang ia punya untuk mempertahankan wanita dalam dekapannya ini. Melihat betapa nyaman dan lelapnya Zeevana dalam rengkuhan lengannya membuat Aby tak berhenti tersenyum, malah senyum itu makin lebar kala mata bulat dengan bulu mata lebat nan lentik itu mengerjap, membuka perlahan kemudian menatapnya dengan kernyitan menghiasi kening indah Zeevana.

"By, ngapain kau di sini?" suara serak khas bangun tidur milik Zeevana terdengar seksi di telinga Aby.

"Tentu saja menunggumu bangun."

Zeevana bisa merasakan lengan kekar Aby melingkupi tubuhnya, wanita itu tersentak dan refleks terbangun. Pipinya kontan memerah, ia tidak berani menatap balik iris cokelat madu Aby. Kepalanya tertunduk dan ia sibuk merutuk dalam hati. Ia lupa jika semalam tertidur di kamar Aby, dan kini ia terbangun dengan Aby yang tidur di sampingnya serta memeluk tubuhnya semalaman. Pagi yang memalukan.

Aby bangun dari tidurnya, tersenyum geli menatap wanita dengan rambut sebahu yang tak beraturan. Zeevana terus menunduk dengan tangan yang saling meremas satu sama lain, wanita ini gugup.

"Tidak perlu mengutuk dalam hati, Zee. Bilang saja langsung," kepala Zeevana spontan mendongak, manik matanya melebar dan bibirnya digigit. Aby tak tahan lagi melihatnya. Maka ia mencondongkan badan dan menempelkan bibirnya di bibir penuh Zeevana.

Wanita itu menegang, matanya semakin melebar namun ia tak mendorong Aby menjauh. Zeevana hanya diam, kaku.

" Dea-maidin, mo daor." (Selamat pagi, sayangku.)

"Cepat bangun dan siapkan sarapan, aku lapar," Aby tersenyum lebar melihat Zeevana masih terdiam setelah ia menarik wajahnya menjauh. Diusapnya kepala Zeevana lembut, "Zee, bangun dan cuci mukamu. Aku lapar, begitu pula dengan Keano."

Mendengar nama Keano disebut Zeevana segera menolehkan kepalanya ke boks bayi yang ada di samping kanan ranjang. Bocah dengan iris yang sama seperti pria jangkung di depannya ini sedang menatap ke arah mereka, Keano berdiri di boks-nya dengan berpegangan di pembatas ranjang yang bisa di naik-turunkan.

"Hallo sayang, apa tidurmu nyenyak?" Aby menyapa Keano lebih dulu yang di sambut pekikan gembira dari bibir mungilnya, kemudian Aby menggendongnya.

"Zee..."

"Ah, ya! Aku akan siapkan sarapan," dengan gerakan cepat wanita itu segera beranjak dari ranjang, berlari keluar kamar, meninggalkan Aby yang terkekeh geli dengan Keano yang hanya menatap kepergiannya tak mengerti.

"Oke, jagoan. Ayo kita mandi dulu, baru sarapan."

☆★☆

Zeevana menyantap nasi gorengnya pelan, mata bulatnya sesekali melirik Aby yang sedang menyuapi Keano.

"Aih, jangan di lepeh sayang," Zeevana menunduk, menyembunyikan senyum geli ketika melihat Aby yang menggerutu akibat bubur instan yang disuapkannya di lepeh Kean. Kini bocah itu malah menyemburkan buburnya hingga mengenai wajah Aby yang percis di depannya.

A & Z (On Going)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu