Tiga

433 24 4
                                    

Part ini buat @noer2512 @silmi_anjaniA juga buat kalian semua, thanks ya buat vote di part sebelumnya. :)

☆★☆

"Ngelamunin siapa sih, By," Aby segera mengalihkan perhatiannya yang tadi menatap pemandangan padatnya lalu lintas di bawah dari ketinggian di lantai 11. Pria dengan tinggi tegap itu menatap wanita yang sedang sibuk menata makan siang. Sesuai janji Zee, ia akan datang tepat di jam makan siang.

"Kean mana?" Iris cokelat madunya memindai, ia tidak melihat bocah menggemaskan itu.

"Sini duduk, tadi katanya lapar," Zee menepuk sofa kosong tepat di sampingnya. Aby berjalan pelan menghampiri wanita yang sedang sibuk mengambilkan berbagai masakan dalam piring.

"Kean di depan tuh, sama Celli. Segini cukup kan?" Aby mengangguk kemudian menerima piringnya.

"Kau tidak makan?"

Zeevana tersenyum, "Sudah tadi sebelum ke sini."

"Aku suapi ya?" Zee sontak mendelik, "Kau itu terlalu kurus, Zee," mata bulat itu semakin melebar mendengar kalimat lanjutan yang diucapkan Aby. Bibir penuh yang dipoles warna nude itu mencebik, "Aku tidak kurus. Menurutku ideal."

"Ideal dari mananya? Kau tidak lihat itu badan mirip papan talenan?" cibir Aby seraya menyuapkan sesendok penuh capcay dalam mulut.

"Enak saja menyamakan aku dengan talenan."

"Lho, kenyataannya itu."

"Aby!" apa Aby tidak tahu kalau wanita sangat sensitif dengan namanya berat badan ideal? Bisa-bisanya pria ini mengatainya seperti papan talenan. Keterlaluan.

Aby tampak tidak perduli dengan wajah merah padam Zeevana. Pria itu justru senang melihat wanita yang mengenakan dress floral selutut ini marah. Wajah kesal Zee menurutnya sangat menggemaskan, sebelas-duabelas dengan Keano.

"Maaf, Bu, Keano menangis," sebuah suara menginterupsi keduanya. Zeevana segera bangkit dari sofa, menghampiri Celli yang menimang Kean. Bocah itu menangis sesegukan.

"Kean kenapa, Cell?" tangannya mengambil alih Kean dari gendongan Celli, sekertaris Aby.

Wanita muda berusia 24 tahun itu meringis tidak enak, "Tadi anak-anak datang waktu lihat Kean main sama saya, mungkin karena gemas Maya ciumin Keano sepertinya karena, kaget  Kean jadi nangis. Maaf ya, Bu," Celli menunduk takut. Ia baru bergabung dengan perusahaan ini sekitar sebulan lalu, ia takut karena sudah membuat anak bos-nya menangis ia sampai di pecat. Cari kerja kan tidak gampang.

Zee mengangguk, "Tidak apa-apa, ya sudah kau makan siang dulu sana, belum makan kan?"

"Iya, Bu. Terima kasih."

Sepeninggal Celli, Zee menghampiri Aby yang sama sekali tidak terusik dengan tangisan Kean, pria itu tetap asyik menikmati bekal makan siangnya. Zee menggeleng melihatnya.

"Sudah sayang, jangan nangis lagi, ya? Tante Maya-nya udah pergi. Cup, cup," diambilnya mainan yang selalu ia siapkan di stroller Kean, bocah itu meraihnya namun tangisnya masih belum reda.

"Sini sama Ayah," ternyata Aby sudah menyelesaikan makannya. Pria itu kini sedang menggulung lengan kemeja hingga siku, lalu mengulurkan tangan, meminta Keano.

A & Z (On Going)Where stories live. Discover now