7 [THANK YOU]

22.6K 1.2K 9
                                    

Halo halo semuanya!!
Sebelumnya, chochips mau say thanku dulu buat temen-temen yang udah ngevomment story abal ini
Nggak bisa sebutin satu-satu tapi bagi kalian semua yang udah baca apalagi vomment, dapet cium atu-atu heuheu...
Thanks a lot juga buat 2 orang yg masukin story ini ke reading listnya! (Lupa uname maaf)
Pokoknya, jangan jadi siders! Give me a vomment!^^
Happy reading...

Aku tersenyum pada staf apartemenku yang menyapaku hangat. Tubuhku terasa sangat lelah dan hanya ingin tidur di kasur empukku.

Ting

Aku segera masuk saat pintu lift terbuka. Saat aku hendak memencet tombol close, ada teriakan seorang perempuan yang membuatku mengurungkan niat tersebut.

"Tunggu!"

Saat wanita itu masuk, seketika tubuhku membeku dan merutuki nasibku.

"Eh, elo ya ternyata." Suaranya sangat terdengar mengejek. Camkan, sangat mengejek. Aku hanya menoleh sekilas lalu memencet tombol close.

"To the point aja ya Dis. Pernikahan gue sama Kava diajuin. Tepat satu bulan dari hari ini, kita akan meresmikan ikatan cinta kita. Lo harus dateng. Nih undangannya."

Asha menyodorkan undangan yang sangat mewah. Aku hanya meliriknya dan dengan terpaksa mengambil undangan itu. Entah, rasanya aku seperti dihantam ribuan pisau yang sekarang sudah bersarang di seluruh tubuhku.

"Thanks."ucapku lirih. Dia tertawa, sontak aku menoleh padanya.

"Untuk apa? Untuk keberhasilanku ngerebut posisi kamu? Untuk kemenanganku? Hah, you're such a sucks!" Asha keluar dari lift, meninggalkan aku yang masih sangat kaget dengan perkataannya. Aku menatap punggungnya, mulai menjauh, dan tak terlihat lagi setelah pintu lift tertutup sempurna.

Aku menatap kosong ke depan, pandangan mataku mulai kabur tertutup air yang kapan saja bisa tumpah dari mataku. Mulutku tidak terkatup dengan sempurna, tanganku yang sedari tadi memegang undangan pernikahan gemetar hebat. Saat akhirnya aku tersadar lift terbuka di lantai apartemenku. Aku segera berlari ke arah kamarku dan memencet pin kamarku.

Aku menatap bayanganku di cermin. Meraba wajahku, dan sesekali air mata jatuh membasahi pipiku. Aku menangis, tanpa suara.

"Kav... kenapa kita harus bertemu tetapi akhirnya seperti ini?" Air mataku mulai deras saat memori otakku memutar segala kenangan bersama lelaki yang sekarang menjadi seorang pilot itu. Aku terduduk lemas di karpet bludru kamarku. Menangis histeris karena aku gagal melupakannya.

"Kav kenapa gue nggak bisa ngelupain masa lalu kita??!! Gue masih nggak bisa percaya kalo kita udah nggak kaya dulu lagi!" Aku mengusap wajahku kasar, aku lelah. Sangat lelah.

☺☺☺

Kavaleri's POV

"Apa?! Kamu udah kasih undangannya ke Gadis?!"

"Iya. Kenapa?"

Oh God! Suaranya terdengar enteng sekali, dan aku bisa menangkap nada kesengajaan yang tersirat di sana. Ya, Asha sengaja memberikan undangan itu ke Gadis dengan maksud ingin mencibir wanita itu.

"Kamu apain Gadis?!"tanyaku dengan nada tinggi.

"Apa sih kamu? Jangan lebay deh Kav! Aku nggak ngapa-ngapain dia! Apa dia lapor ke kamu? Iya? Dia ngada-ngada kalo aku sakitin dia?"

My Captain PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang