4

28.3K 1.5K 10
                                    

Aku sudah berada di dalam kamar hotel yang cukup mewah. Saat aku mulai membenahi barang bawaanku, tiba-tiba saja iPhone-ku berdering. Radit Incoming Call. Aku segera menggeser layarku.

"Halo?"sapaku datar. Masih terlalu jet lag jika harus menanggapi ocehan Radit tentang pekerjaan.

"Ih non, datar amat sih? Jet lag ya?" Aku membuang nafas kasar. Dan sialnya Radit mendengar itu. "Maaf ya Dit, gue lagi bener-bener kesel nih. Kalo lu mau ngomongin masalah tender, lu skype gue aja ya. Biar bisa lebih jelas."suaraku terdengar lesu.

"Udah kalo lu capek, meeting bisa diundur sampai besok pagi. Kalo lu nggak fit, ntar malah kita kalah. Gue bakal kasih waktu istirahat buat lu sama Valerie, sehari aja tapi ya. Besok pagi gue skype lu buat skenarionya. Oke?"

Aku tersenyum gembira, tanpa sepengetahuan Radit pastinya. "Iya makasih ya Bos! Gue janji, besok gue sama Valerie balik ke Indonesia bawa kabar super gembira deh buat perusahaan kita!"

"Yaudah lu istirahat gih. Jangan lupa makan ya. Bye Dis!."

Aku membanting iPhone-ku di kasur, dan saat bersamaan Valerie membuka pintu hotel. Mukanya terlihat sangat... sumringah?

"Apa lu?!" Tantang gue saat dia berjalan ke arahku.

"Hihihi, kenapa sih lu Dis? Jutek amat. Tadi gue sempetin ngobrol bentar ama Kava. Dia bilang kangen banget sama lu." Valerie melepas sepatu dan jaketnya. Aku melirik ke luar jendela hotel. Memikirkan betapa manis senyumnya dan betapa memikatnya dia.

"Gue rasa, bau lu sama Kava mirip deh?" Valerie mencoba duduk di hadapanku. Aku melihat ke arahnya dan mulai meneteskan air mata. Oke, pertahananku runtuh! Aku menghambur ke pelukan Valerie, dengan sesenggukan tangisanku, sahabatku satu ini membelai punggungku dengan lembut. "Kenapa Dis? Lu jangan berusaha tegar dengan sama sekali nggak nangis. Gue tau betapa sakitnya lu nanggung semua ini. But, life must go on baby! Jangan stuck di satu orang aja. Lu harus cari pengganti Kava, karena itu satu-satunya cara lu bisa ngelupain kenangan-kenangan lu sama dia."  Aku melepaskan pelukannya. Menatapnya dalam-dalam.

"Kenapa sih Val, kalo Kava udah nggak sayang gue dia masih pake parfum yang baunya sama kaya gue? Kenapa kalo dia udah mutusin gue, dia ngotot mau main ke rumah gue? Val, in three months from now, he will be have a wedding party. Dan yang lebih sakit, dia nikah bukan sama gue! Pacarnya yang udah lima tahun dia pacarin! Dengan gampang orang ngerebut dia dari gue, dan dia pasrah gitu aja saat Bokapnya nglarang dia buat pacaran sama gue!!! Apa usaha dia cuma segitu aja? Apa dia nggak mau memperjuangkan cinta kita?" Valerie hanya menatapku iba. Ia tau betul bagaimana perasaanku saat ini.

"Dia masih mau make parfum dari lu, karena dia masih sangat mencintai lu Dis. Dia mau main ke rumah lu, karena dia pengen bilang ke Bokap Nyokap lu, bahwa dia lagi ada masalah sama lu dan masalah ini serius. Dia bukannya nggak mau berjuang buat cinta kalian, tapi dia nggak punya pilihan lain selain nurutin apa kemauan Bokapnya. Dia diancem Bokapnya, kalo sampai dia nggak nikah sama Asha, semua hak terbang dia bakal dicabut pemerintah dengan segala usaha Bokapnya. Lu tau siapa dan apa kekuasan Bokapnya kan Dis? Jadi, lu harus percaya bahwa saat ini Kavaleri lagi berusaha agar kalian bisa bersatu lagi." Jelasnya panjang lebar. Aku mengerutkan dahiku.

"Dari mana lu tau semua itu?"tanyaku menyelidik. Valerie tersenyum simpul sambil turun dari kasur. "Kava tells me."

OH MY GOD! aku tidak tau jalan pemikiran orang itu! Pertama, dia lebih memilih minta izin ke Kak Celine daripada ke aku. Dan kedua, dia memilih cerita ke Valerie tentang usahanya bersatu kembali denganku. Aku mengusap air mataku. Entah kenapa, hatiku merasa damai. Mengetahui bahwa Kava, sedang berusaha memperjuangkan hubungan kami. 5 tahun bukanlah waktu singkat bagiku untuk melupakan begitu saja segala kenangan bersamanya.

☺☺☺

Aku memasukkan map-map berisi dokumen-dokumen penting ke dalam tasku. Valerie sedang memoleskan blush-on ke pipinya. Aku melirik ke jam tanganku. Baru saja aku mematikan Macbook-ku, dan sedang menghafalkan skenario yang Radit berikan.

"Ayo Val, 30 menit lagi meeting mulai lho." Aku bergegas ke rak sepatu dan memakai wedges berwarna gold.

"Iya bentar, jemputan belum miss call gue nih."

Aku mengerutkan dahiku. Menautkan alis tipisku seraya memandang Valerie heran.

"Jemputan? Sejak kapan perusahaan kita bilang ada fasilitas jemputan?"  Valerie tersenyum simpul sambil memandangi layar iPhone-nya. "Yuk udah miss call nih."
.
.
.
Aku menatap pria itu tak percaya. Dia tersenyum ke arahku, dengan sangat manisnya. Dan lihat bajunya! Hanya dengan polo shirt berwarna putih dipadukan dengan celana jeans panjang hitam yang mendekap erat kakinya. Dipermanis dengan sepatu Vans berwarna biru muda. Aku gemetar! Bahkan aku merasa duniaku berhenti sesaat.

"Kavaleri???" Akhirnya suaraku keluar juga. Dia tersenyum dan mendekat ke arahku.

"Apakah nona sudah siap? Captain Kavaleri siap mengantar nona cantik kemana pun di setiap sudut Singapura ini." Jelasnya sambil menggandeng tanganku. Aku sempat mendengar suara kikikan Valerie saat aku mulai menuruti langkah kaki Kava menuju mobil.

Apakah ini mimpi? Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling Intercontinental Hotel ini. Rasanya semua begitu nyata, sampai akhirnya aku merasakan sebuah cubitan yang cukup pedas di lenganku.

"Ughhhh!" Aku berteriak sambil memandang ke arah datangnya cubitan itu. Valerie! Dia tersenyum sangat manis.

"Lu nggak mimpi Dis, dan ini semua adalah ide dari Radit."
.
.
.
Selama di perjalanan aku hanya terdiam. Sibuk dengan pikiranku yang melayang kemana-mana. Dan tak terasa aku sudah sampai di caffe yang digunakan untuk meeting.

"Dis, udah sampai lho. Kamu nggak mau turun?" Suara bening itu mengusik gendang telingaku. Dan tanpa sadar aku menoleh ke arahnya dan tersenyum.

"Senyuman manis yang udah lama nggak aku dapetin. Kamu semangat ya, semoga meetingnya lancar dan perusahaan kamu bisa ambil tendernya. Aku nunggu di mobil."

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Terima kasih pun tidak. Aku langsung membuka pintu mobil dan berjalan masuk bersama Valerie.

"Lu diem aja sih Dis? Nggak marah kan?"suara Valerie memecah keheningan. Aku menoleh ke arahnya, tersenyum sangat gembira. "I'm so happy Val!"


TBC

Vomment dong temen-temen jangan jd pembaca terselubung hihi

Sorry for typoss

My Captain PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang