3

29.6K 1.6K 7
                                    

#Gadis's POV

Aku membanting pantatku ke kursi super empuk pesawat ini. Mataku mulai pedas karena aku lupa tidak memakai kacamata. Aku mencoba mencari iPhone-ku dan menghubungi Ibu.

"Halo nak, ada apa?"sapa suara yang sangat aku rindukan.

"Bu ini Gadis udah ada di pesawat, doain biar selamat sampai tujuan ya Bu. Doain juga semoga urusan Gadis di sana lancar."

"Iya nak iya, pasti Ibu sama Bapak doakan anak bungsu Ibu ini."suaranya sangat halus. Ibu dan Bapak memang tidak tinggal di Jakarta. Mereka tinggal di Bali dan itu semua adalah ideku. Aku pikir mereka harus menikmati masa-masa tua mereka dengan hidup penuh keindahan dan pesona Pulau Dewata.

"Kamu kapan kunjungin Bapak sama Ibu ke Bali?" Suara di seberang berubah berat dan membuyarkan lamunanku. Bapak. "Tunggu dulu ya Pak, Gadis masih belum ada waktu longgar. Bulan ini sama bulan depan masih ada tender yang harus Gadis tangani. Tapi, Gadis janji bakal usahain main ke Bali." Aku tersenyum seolah-olah Bapak bisa melihatku.

"Kavaleri baik-baik aja kan Dis? Kamu ke Singapur nggak sama dia toh?" Aku lupa memberi tahu Bapak-Ibu jika antara aku dan Kava sudah tidak ada apa-apa. "Dis? Halo?" Bapak memanggilku. "Halo Pak? Ini aku udah mau take off nih, matiin dulu ya Pak. Nanti kalo udah di Singapur aku skype. Dah Bapak, jaga kesehatan ya Pak! Ibu juga!"

Aku menghela nafas lega. Valerie yang sedari tadi duduk di sampingku ternyata berusaha menguping pembicaraan di telefon.

"So, lu nggak cerita bokap nyokap?" Aku menggeleng lemah dan membuang nafasku kasar. "Kenapa? Gue yakin mereka bisa nerima."yakinnya. Aku memandangnya gusar. "Bukan masalah menerima atau enggaknga Val, tapi Kava bilang ke Kak Celine cuti selanjutnya dia mau sowan ke Bali. Gue juga nggak bisa ngelarang dia, dia nggak ngehubungin gue sama sekali. Malahan dia telfon Kak Celine. Kalaupun gue bilang ke bokap nyokap masalah putus, i think it's okay for them. But, if they're know gue ngelarang Kava main, habis deh gue."

Valerie tersenyum geli. Dia menatap ke layar iPadnya dan mengusapnya lembut. "Yaudah deh, terserah lu aja. Lu tidur gih mata lu merah tuh."

Benar juga, aku juga merasakan bahwa mataku mulai sangat perih. Aku mencoba memejamkan mataku dan sayup-sayup aku mendengar speaker pesawat berbunyi.

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Garuda Indonesia GA-217 dengan tujuan Singapura. Penerbangan ke Singapura akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dan 30 menit, dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan air laut. Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan Garuda Indonesia ini adalah tanpa asap rokok, sebelum lepas landas kami persilahkan kepada anda untuk menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela. Atas nama Garuda Indonesia, Kapten Isman dan Ko-kapten Kavaleri beserta seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama Garuda Indonesia."

Aku membuka mataku kembali, dengan gerakan kilat dan nafasku tercekat di pangkal leher. "Siapa? Apakah gue salah denger?"batinku meronta. Aku menatap Valerie dan dia juga sedang menatapku. "Nama Kavaleri di Garuda ada berapa orang Dis?"tanyanya tak percaya. "Idunno, tapi gue yakin, ini Kavaleri Saga! Kavaleri gue Val, yang diambil orang!"

☺☺☺

Changi Airport, 13.55

Aku segera turun dari pesawat, menghindari hal-hal yang tidak kuinginkan terjadi. Aku tidak bisa membayangkan jika 'dia' tau bahwa ada namaku di file passenger miliknya. Sialnya, koperku tidak kunjung terlihat dan itu membuatku merasa was-was.

"Dis, lu kenapa sih kaya dikejar maling gitu?!" Valerie yang menyadari tingkahku, dan mulai muak segera menegurku.

"Lu tau nggak sih Val gimana takutnya hati gue saat ini kalo tiba-tiba Kava ngelihat gue dan dia nyamperin gitu?" Aku melihat ekspresi Valerie yang berubah pucat dan melihat ke arah belakangku. "Apa sih Val? Lu ngeliat apa? Tuh koper kita nongol! Cepet ambil keburu si pilot lihat kita!!" Aku menarik tangan Valerie, tapi...

"Dis!" Suara itu... suara lembut, merdu, dan selalu ingin kudengar sebelum aku tidur melalui percakapan handphone. "Gotcha!!!"batinku. Aku tidak berani menoleh, tidak berani mengubah sikapku. "Gadis?" Suara itu makin mendekat. Aura kehadirannya begitu terasa hangat. Dan, bau ini!

"Aku suka Kav sama wanginya, aku beli di pinggiran jalan Amsterdam. Kamu pake ya, aku juga pake. Biar wangi kita sama dan selalu inget satu sama lain."

"Ada urusan apa Dis kamu ke Singapur?"tanyanya sambil menarik tanganku, agar aku menghadapnya. No, aku langsung menyingkirkan tangannya. Dia kaget, tapi tetap berusaha tersenyum.

"Hai, aku nggak nyangka ketemu di sini. Kamu mau terbang ke mana?"basa-basiku sambil menahan rasa perih bercampur sakit di hatiku. Memandang pria gagah yang sangat tampan di hadapanku. Yang selalu aku impikan untuk menjadi suamiku.
"Aku nanya kok kamu balik nanya sih Dis? Aku juga nggak nyangka, akhirnya bisa satu pesawat sama wanita terkasihku. Dan berhasil nganterin dia sampai di tujuan dengan selamat." Aku memutar bola mataku. Apa tadi dia bilang? Wanita terkasih?!

"Emang tadi sepesawat sama Asha ya Kav? Mana? Kenalin gih sama aku."

"Kok Asha sih Dis?" Dia menggaruk kepalanya, yang aku yakin sama sekali tidak gatal. "Ya tadi kan kamu bilang nganterin wanita terkasih, ya mana Asha nya?" Aku berpura-pura celingak-celinguk seolah-olah mencari Asha. Kavaleri menghembuskan nafasnya.

"Eh stop dulu, dari pada berdiri gini mending kita cari kafe yuk buat ngobrol. Gue lihat, lu berdua pengen ngobrol banyak nih."sela Valerie. Gosh! Aku melirik Valerie tajam, dia berusaha menahan senyumnya.

"Boleh, flight selanjutnya juga masih satu jam an lagi kok. Aku tau kafe enak di Changi."

"NO! aku ada urusan, mungkin kamu sama Valerie aja ya. Val, gue tunggu di hotel ya! Bye!" Aku berjalan secepat mungkin menjauhi mereka. Hatiku hancur. Tak terasa satu bulir air mataku membasahi pipiku.

"Val, gue masih sayang sama dia..."ucap Kava.

TBC

Terima kasih para likers hihi... komen boleh ya buat nambah-nambah ilmu dan masukan. Gomawoyoooo^^

My Captain PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang