5

26.5K 1.2K 1
                                    

Para staf perusahaan lain bertepuk tangan dan memberikan ucapan selamat kepada kami -aku dan Valerie- karena kami berhasil memenangkan tender besar ini! Bayangkan saja, menjadi investor utama dalam pembangunan sebuah hotel berbintang lima di Dubai! Ini akan menjadi liburan terpanjangku karena hasil yang gemilang ini. Aku menatap Valerie, dan tersenyum puas.

"Congrats sweety!!" Valerie mendekapku dan mengelus punggungku. Aku tidak bisa menyembunyikan kegiranganku saat ini. "Kita berhasil Val! Dan gue nggak sabar ngerancang rencana liburan!" Aku dan Valerie tertawa terbahak-bahak. Untung saja saat ini meeting room sudah sepi.

"Yaudah yuk balik hotel. Gue capek mau tidur bentar trus abis itu jalan-jalan deh. Mau kan?!"tawar Valerie girang. Aku mengangguk dan mulai membereskan barang bawaanku. Saat aku keluar dari meeting room, aku teringat sesuatu bahwa ada lelaki tampan yang sedang menungguku. Oh tidak, kami lebih tepatnya. Seketika senyuman di wajahku menghilang, digantikan dengan rasa takut, yang bercampur dengan gembira tentunya.

"Kav cewek lu hebat deh! Kita menang tender nih! Lu harus kasih selamat ke pacar lu!!"teriak Valerie histeris. Tapi... apa dia bilang? Pacar? Aku seketika tertegun. Memandang Valerie tak percaya. Kavaleri pun juga tidak jauh berbeda ekspresinya denganku. Menyadari ada kejanggalan, Valerie langsung membungkam mulutnya.

"Ups sori, gue nggak ada maksud apa-apa. Bener deh gue cuma kelepasan aja tadi saking senengnya. Maaf ya kalian berdua jangan marah..." mohon Valerie dengan pandangan ibanya. Aku memaksakan senyumku dan menatap Valerie serta Kava bergantian. Sejujurnya, aku ingin tau bagaimana ekspresi Kava saat ini. Tapi, entahlah. Tak bisa ku baca.

"Yuk balik hotel, katanya tadi lu capek kan Val? Gue juga, pengen istirahat. Yuk Kav." Aku tertegun sendiri menyadari perkataanku. Aku melihat ke Kava dengan hati-hati. Dia tersenyum. Dan seperti biasa, manis.
.
.
.

Aku dan Valerie turun di lobby hotel, berjalan ke dalam dan tanpa sadar saat aku memasuki lift, Kavaleri ada di hadapanku.

"Wops, kamu ngapain Kav?"tanyaku heran. Dia hanya cengar cengir. "Kamar kita sebelahan Dis." Lalu ia memencet tombol angka 20. Badanku menegang.

"Lu ambil libur berapa hari Kav?" Suara Valerie memecah keheningan. Aku meremas ujung rokku dan diam-diam menunggu jawabannya. "Cuma 3 hari buat minggu ini Val. Tapi kalo cuti rutin sih minggu depan. Kenapa emangnya?" Valerie tersenyum ke arahku. Aku melempar pandangan ada-apa-melihatku.

"Nggak papa sih, cuma mau minta tolong aja ntar anterin kita muter-mutet Singapur. Kan nggak aman kalo nggak ada cowoknya. Ya kan Dis?"

Aku melongo. Dan kaget saat namaku dicatut dalam percakapan itu. Dan dengan bodohnya aku hanya tersenyum bego mengiyakan. Kavaleri mengelus rambutku pelan. Sontak membuat jantungku ingin lepas dari tempatnya. Valerie hanya membuang buka ke dinding lift dan tersenyum jahil.

Kami sudah sampai di lantai 20, aku segera berjalan ke kamarku dan memencet pin. Sayup-sayup aku dengar Valerie dan Kava membuat sebuah perjanjian. Tak kuhiraukan, aku hanya ingin mendinginkan perasaan dan otakku akibat perlakuan Kava tadi.

"Btw, thanks a lot ya Kav lu mau anter jemput kita. Dis, say thanks dong ke Kava!"paksa Valerie sambil memasang wajah sok marah.

"Makasih ya Kav. Kamu sangat membantu." Tak pungkiri memang dia membantu meetingku hari ini. Selain menyediakan transportasi dia juga menyuntikkan rasa semangat di hatiku, hehe...

"Sama-sama Dis, istirahat yang cukup ya sama jangan lupa makan. Sampai nanti..."

Apa? Sampai nanti???

☺☺☺

Kavaleri's POV

Aku merebahkan tubuhku di sofa dekat jendela. Memandangi jalanan yang cukup ramai di bawah, sambil memikirkan gadis cantik yang ada di kamar sebelah. Tiba-tiba iPhone-ku berdering. Asha Incoming Call. Aku mendesah frustasi. Ku lempar hpku menjauh dan mulai melepaskan sepatuku. Tapi wanita licik itu tidak gentar meneleponku. Akhirnya aku menggeser layar handphone-ku.

"Kamu tuh lagi dimana sih sayang? Kok telfon aku dianggurin gitu kayanya?" Aku memutar bola mataku saat mendengar sapaannya tadi.

"Aku sibuk." Jawabku sekenanya. Aku mendengar dia menghembuskan nafas sebalnya. "Kamu tuh selalu sibuk! Nggak pernah ada waktu buat aku! Kav bentar lagi kita tuh nikah, apa kamu nggak mau nemenin aku ke bridal buat milih konsep dan busana pernikahan kita?"ocehnya yang membuat kepalaku pening. Nikah? Aku baru sadar jika dalam waktu dekat ini aku akan memiliki seorang istri. Istri, yang tak pernah kucintai.

"Kav?! Kok diem sih?" Bentak suara di seberang sana. Aku menghela nafas. "Aku usahain libur minggu depan buat nemenin kamu ke bridal. Aku mau take off. Udahan ya, bye!"

Ya, aku memang bohong kepadanya. Jika dia tau saat ini aku ada di Singapura, mungkin dalam hitungan jam dia akan menyusulku. Apalagi jika dia tau aku disini dengan maksud apa.

Aku menekan tombol speed dial nomer 1.

"Halo?"sapanya dengan suara lembut. Aku tersenyum, dan hatiku sangat damai saat mendengarnya.

"Dis ini aku, Kavaleri." Satu detik. Dua detik. Tidak ada jawaban dari Gadis. "Dis? Apa kamu masih disana?"tanyaku menguji keberadaannya.

"Ya, ada apa Kav?"

"Dis, ada banyak hal yang pengen aku bicarain sama kamu. Aku minta waktu kamu nanti sore, bisa?" Aku pikir Gadis sedang menimang penawaranku. Karena dia tidak menjawabnya dengan segera. "Apa cuma kita berdua? Gimana sama Valerie?"

"Kalau dia mau ikut, ya nggak papa juga sih. Yang penting aku bisa ngobrol sama kamu."
.
.
.
"Dis kayanya gue nggak bisa ikut deh. Perut gue sakit banget nih." Valerie yang baru saja keluar dari kamar mandi mengelus perut datarnya. Aku melongo. "Yaudah kalo gitu gue juga nggak jadi. Nggak lucu kan kalo gue sama Kava jalan berdua?" Aku melepas sepatu Nike-ku.

"Eh jangan dong! Kasihan Kava kalo sampai batal. Dia udah nunggu loh." Tangan Valerie berusaha mencegahku melepas sepatu. Aku mencium gelagat aneh dari Valerie. Tiba-tiba bel pintu hotel berbunyi.

"Nah kan bener! Tuh sana berangkat! Uww perutkuuhh..." Valerie berlari membuka pintu sambil memegangi perutnya.

Aku rasa juga tidak etis jika aku membatalkan acaranya mendadak. Jadi aku pikir, untuk sekali ini saja setelah kami putus. Aku berjalan ke arah pintu. Dan lihat! Kava berdiri di ambang pintu menggunakan t-shirt berwarna Hitam pemberianku! Ia selalu tampil modis, dengan celana pendek selutut berwarna biru dongker dan sepatu vans kesayangannya.

"Kav maafin gue ya, gue nggak jadi ikut. Perut gue sakit banget nih, kayanya gara-gara tadi gue minum cocktail di caffe tadi. Tuh nih sekarang aja kontraksi lagi, yaudah lu berdua berangkat sono! Ati-ati ya byee!!"

Valerie mendorongku keluar hingga aku jatuh di pelukan Kava, dan ia menutup pintu dengan cukup keras. Aku yang sadar sedang ada di pelukan Kava, langsung melepaskannya dan mengucapkan maaf.

TBC


Update kilat nih, tanggal 19 udah UAS dilanjut US dan tinggal nunggu ujian hehe. Hope you'll like it guys!! Sempet-sempetin update deh ntar kalo ada waktu.
Vomment jangan lupa

My Captain PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang