Egg

225 25 16
                                    

Long time no see~
Cerita ini terkelebat di otak ku yang keseringan tidur ini, jadi.. happy reading yap jangan lupa tap tap★ vote ★ tap tap comment~

Prolog (a.k.a 1st part)

"LEE MIYEON! Sampai kapan kau ingin tidur!" Eomma menarik selimut yang sengaja aku tarik sampai atas kepala itu.

"Aa.. Eomma.. sebentar lagi sajaa..." kaki ku menggelinjang di dalam selimut.

"KAU INGIN BANGUN JAM BERAPA?! Ini sudah pukul setengah delapan!"

"MWO?" aku meloncat dari kasur ku, melesat kekamar mandi, membersihkan tubuhku.

Dapat kudengar suara lirih Eomma, mengeluh tentang kebiasaan ku yang susah di bangun kan.

Eomma, maaf kan anak mu yang susah bangun dari tidur ini :"

Pagi itu, aku hanya menghabiskan 1 potong sandwich dari satu setengah potong jatahku.

Aku membuka pintu rumah kecil yang terlihat hampir bobrok itu.

Ah! Tunggu! Tali sepatu bututku lepas...
...
..
A,..
..
Selesai~

"Eo?!" Aku kembali menghentikan langkah ku.

Aku melihat seorang laki-laki, seumuran ku, menyampirkan tas hitam lusuh di bahu kirinya yang kurus.

Bajunya longgar, itu bekas kakak laki lakinya. Satu gigi depannya ingin maju dari gigi depan lainnya. Matanya sipit, wajahnya begitu oriental.

"Jiwon-a! Kau menungguku, huh?" Aku melipat tanganku didepan dada. Entah mengapa aku merasa bangga (?)

"Ya! Pabbo! Kita terlambat!" Dia menghampiriku, menarik tanganku dan membuatku berlari di belakangnya.

Aku tahu kaki Jiwon memang lebih panjang dari kaki ku, bukankah seharusnya dia mengerti bahwa kakiku yang pendek ini tertatih-tatih mengikuti langkahnya?

Kim Jiwon, sahabatku, teman dekatku, kami sudah jadi teman dekat saat kami dalam kandungan. Itu karena orang tua kami bersahabat sejak mereka masih muda.

Aku dan Jiwon adalah satu, tidak, maksudku dua, keluarga golongan menengah kebawah yang merantau ke negeri Paman Sam ini untuk menghindari Krisis di Korea, tepatnya di Virginia.

Sebenarnya tidak hanya kami, Kakak sepupu jauhku juga berada disini. Keluarganyalah yang menyarankan keluargaku dan keluarga Jiwon untuk pindah pada awalnya.

Dan disinilah kami, tinggal di perkomplekan amal yang dibangun dari dana gereja tua yang ada di depan gerbang kompleks perumahan kami.

Kompleks perumahan kami benar benar padat, tidak ada halaman depan, dinding pembatas antara satu rumah dengan rumah lain jadi satu *kami sering menguping pembicaraan tetangga sebelah, dan tak jarang 2 keluarga hidup di dalam 1 atap.

Untuk mendapatkan rumah di kompleks ini benar-benar mudah, tidak perlu membayar, cukup mengisi formulir sebagai pengurus tetap gereja.

Kehidupan orang tuaku dan orang tua Jiwon sedikit sulit. Kami berdua mengerti, jadi kami menahan semua keluhan kami.

Sekolah kami pun sebenarnya dibangun dengan dana amal gereja. 3 gedung sekolah untuk 3 jenjang pendidikan.

Butterfly Effect [BOBBY FanFic]Where stories live. Discover now