BAB 3

86.4K 4.8K 75
                                    

Happy Reading

___

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah sudah berapa puluh kali aku menggeser layar ponsel ini berharap panggilan ku segera terjawab. Kepala ku berdenyut - denyut memikirkan keberadaan Pinka, pelayan sialan itu menghilang tanpa kabar cerita.

Tidak ada satupun pesan dan kabar darinya, Pinka sialan itu seakan musnah entah kemana. Aku merasa Pinka sudah menipuku tanpa kejelasan sama sekali.

"Ray. Dia sudah berhenti" Ujar Yani yang baru saja masuk ke ruangan ku.

Aku menatap Yani sekilas lalu menghembuskan nafas pelan. Pinka benar - benar sialan, dia menghilang tanpa mengatakan apapun lagi.

Jari telunjuk ku gigit - gigit kecil berusaha agar rasa gelisah ini segera pergi dan teratasi. Baru kali ini aku merasa tidak tenang seperti ini karena ulah Pinka.

"Suruh orang untuk mencari wanita penipu itu!" Pintaku pada Yani, dia mengagguk mengerti menghubungi seseorang untuk membantu mencari Pinka.

"Aaarrghh dasar Pinka sialan! Aku kira kau tidak akan menipuku tapi ternyata sekarang kau malah kabur!" ucap ku geram seraya meremas tangan ku sendiri.

"Tenang Ray"

"Bagaimana bisa tenang Yan. Gue di tipu!"

Yani membuka - buka kembali ponselnya, berbicara dengan seseorang disebrang sana dengan serius.

"Gimana Yan?" Tanyaku dengan harapan ada kejelasan.

"Nihil Ray sepertinya lo kena tipu." Ucap Yani meletakan kembali ponselnya.

"Entah lah Yan, gue udah pusing di tambah pusing! Malam ini gue nggak pulang Yan" Yani tersenyum mengerti.

"Gue udah suruh orang buat cari si Pinka sialan itu dia tidak akan lolos dari kejaran kita."

"Sudah Ray yuk makan siang" ajak Yani.

"Males ah Yan."

"Jangan gitu dong Ray. Kalau nanti lo sakit gimana" Yani menarik pelan lengan ku memaksaku untuk ikut makan siang dengannya.

Sebenarnya aku malas ada beberapa pekerjaan juga yang harus selesai, ditambah masalah Pinka yang entah ada dimana.

Aku berjalan tepat di samping Yani sesekali senyum menyapa beberapa karyawan yang berada disalah satu restaurant dekat dengan kantor.

"Ray gimana kalau Pinka nggak ketemu? Uang sama perjanjian itu..."

"Ya pasti batal Yan." Sahutku.

"Emm. Raya apa sebaiknya lo terima aja tawaran Mama lo? Lagi pula apa salah nya sih, dia kaya Ray kalau lo nikah sama dia bisa nambah kaya hidup lo" ujar Yani aku hanya mengut-mangut malas meladeni nya bila membahas masalah jodoh pilihan Mama.

Ku Beli Suami MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang