BAB 1

198K 5.9K 295
                                    

Selamat membaca!


Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


________

Wajah Pinka sudah memerah menahan amarah yang meluap - luap didalam dirinya. Pertemuannya dengan Ardila ---- sahabat sekaligus musuh semasa sekolah membuat nya iri, dengki sekaligus muak melihat kehidupan sahabatnya yang sejak dulu selalu saja bahagia sementara Pinka dia harus menderita.

Kenapa selalu Ardila yang beruntung, sementara Pinka yang harus selalu berusaha keras untuk bisa bahagia.

Pinka melempar gelas kaca yang sedang ia genggam, dadanya naik turun dengan amarah yang tidak bisa ia redam. Kali ini ia sangat ingin membuktikan pada Ardila bahwa Pinka Mandanisa bisa hidup sama seperti dirinya.

Tidak akan ada lagi manusia laknat sejenis Ardila yang mempunyai mulut selicin lantai yang akan mengata - ngatainya. Pinka akan membuktikan pada wanita sombong itu bahwa ia mampu memiliki segalanya.

Pinka duduk di kursi kayu yang ada didalam rumahnya. Nafasnya masih terasa sesak akibat iri hati pada Ardila yang lagi dan lagi beruntung dan bahagia.

Pikiran Pinka melayang ketika kemarin ia bekerja di restauran dekat dengan sebuah perusahaan besar. Tanpa sengaja ia melihat dan mendengar perbincangan antara Naraya -- bos perusahaan tersebut dengan sahabatnya entah itu siapa. Pinka sudah lama bekerja di tempat makan tersebut sehingga ia tahu mengenai orang penting yang makan di restauran tempat ia bekerja.

Pinka cukup tau siapa Naraya itu, wanita cantik dengan keanggunan yang cukup memikat pria mana saja yang melihatnya. Bukan hanya pria, Pinka saja seorang wanita merasa iri melihat Naraya yang bisa memiliki segalanya tanpa harus bersusah payah.

Kemarin Pinka mendengar bahwa Naraya membutuhkan seseorang yang bisa dijadikan suami dan dia akan membayar mahal mengenai itu. Pinka sangat tertarik dengan pembicaraan antara Naraya dan sahabat nya, Pinka seakan menemukan solusi dalam masalah rumah tangga nya.

Entah mengapa otak jenius Pinka seakan berjalan lancar mengenai ide yang akan ia lakukan demi menyembuhkan rasa iri hati dan kebahagiaan yang ingin ia rasakan seperti Ardila.

Pinka menimang - nimang mengenai masalah Naraya, ia berfikir bahwa semuanya akan cocok dengan jalan pikirannya.

Pinka bangkit dari duduknya, berjalan mondar mandir tidak tau arah seraya berfikir mengenai idenya. Pinka melirik ke arah suaminya yang baru saja pulang kerja, wajahnya kusut dengan keringat yang meluruh dari pelipisnya

Senyuman Pinka merekah setelah melihat Abi --- suaminya sudah pulang. Pinka melangkah mendekati suaminya dengan wajah berseri.

"Mas sudah pulang?" tanya Pinka semanis mungkin.

Senyuman Pinka semakin merekah meneliti suaminya secara perlahan dengan kedua matanya. Ada kepalsuan dibalik senyuman indah itu yang sengaja ia tunjukan didepan Abi.

Ku Beli Suami MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang