S E B E L A S

182K 6.1K 205
                                    

[Tamu tak diundang]

Dering bel terdengar melengking di sepanjang koridor sekolah. Siswa yang mendengarnya mulai berlarian menuju kelas masing-masing, karena waktu istirahat mereka telah habis.

Kelas XI.2 masih saja ramai dengan celotehan murid-murid penghuni kelas itu. Tampaknya semua tak peduli dengan bel masuk yang baru saja berbunyi. Masih ada yang berlarian saling kejar di dalam kelas, ada yang bergosip di bangku, ada yang berteriak, ada yang bernyanyi dengan goyangan yang mantap dan masih banyak jenis kegiatan lain yang sama pentingnya dan tidak dapat di ganggu gugat, bagi mereka tentunya.

Dhea duduk di bangkunya sambil bercerita dengan sahabatnya. Alika. Sedangkan di meja lain, Dion tampak asik mendengarkan lagu yang mengalun indah di telinganya melalui earphone.

"Lik, Toilet yuk?"

Alika mengangguk lalu berdiri menarik Dhea segera menuju toilet.

"Dhea, gimana perkembangan hubungan lo ama Dion? Baik-baik aja atau gimana?" Alika bertanya ketika mereka sedang berjalan santai menuju toilet.

"Ya, gitu-gitu aja sih?" Dhea menjawab dengan nada bertanya. Dia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.

"Dion itu romantis nggak?"

"Gue juga nggak tau. Gue 'kan baru kenal dia selama beberapa minggu terakhir ini. Dan menurut gue, sikapnya biasa-biasa aja sih, sama kayak cowok-cowok pada umumnya. Kalau gombal, receh banget. Mabok gue dengarnya."

Alika terkekeh, "Dia pernah cium lo?"

"Nggak kok," Wajah Dhea besemu merah.

Di bibir nggak pernah. Di pipi juga nggak pernah. Tapi kalau di dahi...Setiap pagi.

Dhea dan Alika berbelok masuk ke dalam toilet wanita. "Tunggu gue yah, Lik!" Alika menunggu Dhea di luar, sedangkan Dhea masuk ke dalam bilik toilet.

"Alikaaa lo punya pembalut nggak?" Dhea berteriak dari dalam bilik.

"Nggak. Emangnya kenapa?"

"Gue datang bulan. Gimana dong?" suara Dhea terdengar cemas.

"Aduh, gimana nih? Kita 'kan nggak boleh ke koperasi kalau waktu belajar," Alika ikut panik, "Lo tunggu di dalam. Gue balik ke kelas dulu buat cariin lo pembalut. Oke?"

"Iya." Dhea menyetujui usulan Alika.

***

Dhea mulai di hinggapi rasa panik, pasalnya Alika belum kembali sejak tadi. Rasanya sudah lebih tiga puluh menit Alika pergi meninggalkan Dhea, namun hingga saat ini, ia belum kembali. Dhea sebenarnya sangat ingin keluar dari dalam bilik itu, tapi ia tidak bisa. Rasanya aneh jika ia tak memakai pembalut.

Dhea yang sudah tidak tahan berdiam di dalam bilik itu akhirnya memutuskan untuk keluar. Ia merapikan seragamnya, kakinya melangkah pelan untuk keluar dari toilet wanita itu. Namun ia terlonjak kaget saat ia melihat Dion bersandar di luar tembok toilet wanita.

"Lo ngapain disini?" Dhea bertanya heran.

Dion melepaskan jaket berwarna hitamnya, "Balik badan lo!"

Dhea bingung mendengar perkataan Dion, namun tak urung ia tetap berbalik sesuai perintah Dion.

Dion mengikatkan jaketnya di pinggang Dhea, "Ayo kita pulang. Lo tembus."

Dhea mematung, ia tidak mengerti dengan situasi ini. Ada banyak pertanyaan di benaknya. Kenapa Dion disini? Darimana Dion tau kalau ia sedang datang bulan? Kenapa Dion peduli dengan keadaannya? Ini membuat otak mini Dhea bekerja dengan dengan keras.

(Masih) Putih Abu-abu [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang