"Hah? Nggak deh makasih."

   "Emang benar kata supir lin tadi.."

   "Apa kamu bilang? Supir lin?"

   "Iya, supir lin yang nge-rem mendadak tadi.."

   "Kok..?" Aku kaget hingga kehabisan kata-kata rasanya. Bagaimana bisa ia tahu bahwa aku naik lin?

   "Hahahaha ya ampun, tuh kan, aku yang sebesar ini duduk di depanmu aja, kamu nggak nyadar. Emang sifat robot kan gitu. Give ignorance to other people."

   Aku hanya diam berusaha mengabaikannya dan memperhatikan derap langkah paskibra yang lewat didepanku. Namun tetap saja, si aneh itu terus mengomel, lebih tepatnya berbisik tanpa henti. Aku tak bisa untuk mengabaikannya.

   "Aku tadi itu satu lin sama kamu, aku merhatiin kamu yang lagi ndegerin musik sambil melamun ke arah jendela, tapi kamu tetap aja gak peduli sama sekitarmu.. Dasar robot"

   "Heh! Jangan seenaknya ya kamu manggil aku robot! Aku punya nama!" Aku mendesis menahan amarahku.

   "Bukan aku loh yang pertama julukin kamu robot. Pak supir tadi itu yang bilang kamu kayak robot. Hahahah." Ia lantas menahan tawanya, karena ada seorang guru yang mengisyaratkan kami untuk diam dan mengikuti upacara.

   "Kamu!" Aku sangat gusar sekarang, ingin rasanya kutendang dengan keras tumit makhluk aneh di sampingku. Sepertinya pagi ini adalah pagi sialku, bagaimana tidak, runtutan kejadian aneh terus terjadi sepagi ini. Ah, mimpi apa aku semalam.

***

    "Ayo miss Robot, agak cepet dikit dong nyapunya.." Si aneh itu terus saja mengusikku. Sepertinya dia tak bisa untuk sekedar membiarkanku bernafas.

    "Hey! Aku itu punya nama! Sekali lagi kamu manggil aku robot, akan kupatahkan tangan kurusmu itu!" Ucapku dengan nada marah, berusaha agar dia takut dan pergi lantas membiarkanku menjalani hukumanku sendiri. Ya, sekarang kami sedang dihukum karena terlambat ketika upacara. Kesialanku tetap berlanjut hari ini. Ingin rasanya aku mandi di kolam es untuk mendinginkan badanku dan meluruhkan kesialanku. Namun, itu semua hanya khayalan, sekarang aku harus terus berkutat dengan sapu di lorong sekolah bersama makhluk aneh ini.

    "Astaga, kamu jahat banget sih, walaupun kurus gini, tanganku itu kuat loh." Dia berkata seperti itu sambil mengepalkan tangannya menirukan pose model-model berotot di majalah. Menjijikkan sekali, ingin kulempar saja sapu ini tepat di mukanya.

    "Kamu kok melotot gitu sih, entar tambah cantik loh, Miss Robot.."

    Aku hanya diam kali ini berpura-pura tak mendengarkan dan aku melanjutkan kegiatan menyapuku.

    Tiba-tiba, makhluk aneh ini mengulurkan tangannya di depanku, entah apa maksudnya.

   "Kenalin, aku Medio Arraka, panggil aja aku Raka. Aku salah satu dari deretan cowok terganteng di angkatan kelas satu. Ketika MOS kemarin, aku menang juara dua waktu voting adik kelas terganteng. Yang ikut voting itu 40 kakak OSIS, aku dapet 17 suara. Yang juara satu 19 suara. Cuman selisih dua sih, dan aku heran juga, mungkin dua orang yang memilih Dika sebagai juara satu itu lagi pusing, jadi nggak bisa melihat kegantenganku dengan jelas." Dia mengakhiri kalimatnya itu dengan mengangkat sebelah alisnya. Aku makin ingin muntah.

    "OH." Aku menjawabnya dengan singkat, amat singkat.

    "Kok singkat banget sih ngejawabnya? Kamu jangan sia-siakan kesempatan ini, Miss Robot. Jarang-jarang loh, bisa berkenalan dengan orang seganteng diriku. Siapa namamu?"

    Sungguh heran aku dibuatnya. Ganteng??? Apa dia pikir dia pikir aku tak pernah melihat orang ganteng sebelumnya? Di Bali, hampir setiap hari aku melihat bule ganteng. Bahkan di tempat pelatihan intelijensi-ku dulu, instrukturku seratus persen lebih tampan daripada makhluk di depanku ini.

LATENTWhere stories live. Discover now