Bagian 7

422 37 7
                                    

"Go find your love! Aku rasa kamu butuh cinta."
   Kalimat Alfa menghantuiku.
   Cinta? Cinta.
Kata itu terus menghantui serebrumku, memeras otakku untuk terus memikirkannya. Kendati jasadku sudah ada di atas kasur empuk, pikiranku seperti melayang-layang mengelilingi galaksi Bimasakti dan menuju ke galaksi Andromeda hanya untuk mencari Cinta. Tidak ada jawaban. Apa sebenarnya cinta itu?

      Dalam sedetik aku teringat seseorang yang kerap menjawab pertanyaan-pertanyaan kecilku. Ia tahu semuanya. Dengan mudah pasti arti cinta itu bisa ia jawab. Aku beranjak dari kasurku dan membuka laptopku, menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantuku.

      Mbah Google.

     Kuketik dengan cepat kata 'cinta' di mesin pencari, seketika muncul simbol gambar seperti skema jantung yang sederhana berwana pink. Ah, ini kah yang sering manusia-manusia itu sebut sebagai gambar hati? Mereka bodoh, ini jelas-jelas adalah gambar jantung. Bilik kanan, bilik kiri, serambi kanan dan serambi kiri. Bentuk liver jelas-jelas berbeda jauh dengan ini.

      "Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi."

      "Ketertarikan pribadi?" gumamku pelan. Satu-satunya hal yang menarik dalam hidupku adalah Uranium. Aku tertarik dengannya sejak aku dipilih. Logam itulah yang telah membawaku sejauh ini. Dialah tujuanku.

      Uranium adalah logam dengan nomer atom 92, berwarna putih keperakan dan sangat radioaktif. Saat ini, dunia sedang gencar-gencarnya mengembangkan energi nuklir. Dan uranium adalah salah satu bahan yang sangat berperan penting untuk diubah menjadi energi nuklir dalam reaksi nuklir yang kompleks, untuk itulah uranium diincar.

      Banyak para investor asing yang diam-diam mencuri uranium dengan kedok melakukan penambangan logam lain. Alih-alih menambang logam lain, mereka justru diam-diam mengeruk dan menggerogoti beribu-ribu ton uranium di Indonesia. Dengan uranium sebanyak itu, mereka bisa melakukan apapun. Membuat energi yang sangat besar. Sebesar apa? Tak akan ada yang berani menebaknya.

      Satu gram uranium dapat menghasilkan energi yang cukup untuk menghidupkan dua puluh tiga ribu televisi dalam satu jam. Segenggam uranium dapan menghidupkan satu kapal pesiar besar dalam kurun waktu dua tahun tanpa henti! Lantas, beribu-ribu ton uranium akan menjadi apa?

      Banyuwangi memiliki potensi logam uranium yang sangat tinggi. Gunung Tumpang Pitu sudah mulai dicakar-cakar, diobrak-abrik. Itulah mengapa aku ditugaskan kemari, untuk menghentikan operasi para biadab itu.

     Otakku mulai lelah memikirkan uranium dan pandanganku mulai kabur perlahan. Yang kulihat hanya barisan kata-kata yang buram dan gambar skema jantung pink yang besar tepat di depanku. Aku tetap beerusaha berpikir tentang uranium, namun mataku terasa berat. Kantuk memenangkan pertarungan ini.

     Itukah cinta? Uranium? Tapi mengapa aku tak bahagia?

***

     Pukul setengah dua malam aku tiba-tiba terbangun dalam keadaan mendekap di meja dengan laptop masih terbuka. Merasakan perbedaan atmosphere yang sangat signifikan, butiran peluh membasahi bajuku. Kukira kehujanan, tapi tak ada suara hujan. Peluh menetes karena terasa ruangan ini sesak dan panas. Mengapa tiba-tiba sepanas ini?

     Srek srek. Terdegar suara berisik dari balik pintu. Aku bersiaga. Terasa ada orang yang mengawasiku dari balik pintu.

     Drap drap drap. Langkah kaki tampak samar-samar terdengar. Dari ritmenya terdengar tiga pasang kaki. Hanya ada aku, Manda dan Fahri di rumah ini. Lalu siapa lagi? Apakah itu mereka? Atau.. justru orang lain?

LATENTWhere stories live. Discover now