1

21.4K 304 4
                                    

"Sudah ku bilang, aku tak suka rancangan bajunya! Itu terlalu sempit di bagian dadaku. Lagi pula, bahan dress tersebut sangatlah tak sepadan dengan halusnya kulitku!" teriak Rachel pada Manda, asisten pribadinya.

"Maafkan aku, Nona Rachel Anastasya Purbasari. Aku tak bermaksud. Sungguh! Maafkan aku!"

Rachel yang masih menyimpan amarah dan kekesalannya, memilih duduk agak menjauh dari Manda yang masih berdiri.

"Aku nggak mau tau, cepat carikan aku dress yang lain atau... kau tau sendiri akibatnya!" ancam Rachel.

Manda yang masih ketakutan karena kemarahan Rachel, memilih segera pergi. Bukan kabur. Tapi mencari dress permintaan Rachel di sejumlah butik ternama terdekat.

Rachel melempar dress yang menurutnya sangat tidak cocok untuknya.

Manda keterlaluan! Bagaimana bisa lupa dengan selera boss-nya yang sangat cantik dan aduhai ini?? batin Rachel

Sejam kemudian, Manda kembali menemui Rachel yang masih terdiam di kamar apartemennya.

"Nona Rachel..." panggil Manda yang masih ngos-ngosan. "Ini dress permintaan Nona. Semoga yang satu ini, pas dan nyaman di tubuh Nona Rachel."

Rachel menerima dress dari Manda. Bergegas memasuki ruang ganti. Tak lama kemudian, Rachel keluar berbalut dress cantik tersebut.

Dress warna jingga bertabur manik-manik indah warna pelangi. Sangat anggun dan elegant di tubuh Nona Rachel. Tapi sayang, sikap dan kelakuan Nona Rachel sangat sadis. Apapun keinginannya harus dituruti secepat kilat. Kalo nggak butuh duit buat bayar utang, ogah banget jadi asisten Nona Rachel! batin Manda.

"Apa yang lo liat? Gue cantik gitu ya?" kata-kata Rachel membuat Manda tertunduk.

Rachel mematut dirinya di cermin. Bergaya bak bidadari yang hendak menghempaskan sayapnya dan terbang menuju kahyangan. Cailah.

"Nona Rachel, aku mohon diri untuk membuat cake. Boleh ya Non?" rengek Manda.

"Oh. Yaudah sana! Bikin yang banyak!" kata Rachel ketus.

Manda segera berlalu dari Rachel. Sebelum Manda keluar, seorang pria memasuki kamar Rachel. Manda hanya menyapa sekilas dan berlalu.

"EGI????" seru Rachel.

"Wow, lo makin cantik Rachel! Gue takjub atas kecantikan lo."

Egi mendekati Rachel yang masih mematutkan dirinya di depan cermin. Egi memeluk Rachel yang tersenyum manis padanya.

"Tak ada yang berubah dari lo! Tetep sexy dan sintal seperti setahun yang lalu."

"Egi, kapan lo balik? Kok nggak ngabarin gue? Kan gue bisa siap-siap dulu."

Egi mengambil sesuatu dari saku kemejanya. Mata Rachel turut mengamati Egi yang tengah mengambil sesuatu. Sebuah cincin emas bertahtakan berlian.

"Itu apa?" tanya Rachel yang matanya langsung silau saat melihat cincin emas yang ada di genggaman Egi.

"Bukan apa-apa. Hanya sebuah cincin." jawab Egi singkat.

Cincinnya cantik. Pas banget untukku. Tapi apa iya itu cincin untukku? batin Rachel.

Egi memandangi cincin yang digenggamnya. Lalu diraihnya tangan kiri Rachel. Dipasangkannya cincin tersebut di jari manis Rachel.

Perpaduan yang pas. Ternyata jari-jari Rachel lebih cantik daripada cincin milikku. batin Egi

"Ini apa? Gue nggak pernah minta dibeliin cincin lo!" seru Rachel.

"Gapapa. Oleh-oleh dari Prancis aja. Lo nggak mau emang? Sini, gue lepas lagi kalo lo nggak mau!"

"Eh jangan! Gue mau! Ini pas banget di jari manis gue. Jangan diminta lagi dong. Kan lo udah kasih ke gue!"

"Jalan-jalan yuk!"

"Nggak bisa Egi. Gue ada jadwal pemotretan abis ini. Ini aja gue lagi prepare mau ke lokasi pemotretan. Atau lo mau nganterin gue kesana? Kan sekalian jalan-jalan."

"Boleh. Siapa takut!"

Rachel dan Egi berhambur meninggalkan apartemen. Manda ditinggalkan seorang diri.

Rich GirLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang