07.

57.3K 4.1K 54
                                    

If it doesn't break your heart, it isn't love. --Unknow.

.

.

.

Hari ini Cherry berhasil tidak telat datang. Beruntung karena kakaknya, Virgo, tidak punya jadwal kuliah pagi sehingga rela mengantarkan adiknya itu dengan mobil.

"Dek, kamu gak salah jalan subuh-subuh begini?" tanya Virgo pada adiknya sambil menguap lalu berusaha fokus lagi ke jalanan, beruntung jalanan pagi itu masih lengang.

Cherry sendiri sedang duduk disampingnya sambil mengunyah roti sobek yang dibelinya tadi malam di supermarket dekat rumah. Dipangkuannya sudah ada bungkusan plastik berisi dua bungkus roti bantal dan dua kotak nescafe dingin. "Subuh apaansih bang, orang udah jam enam juga!" kata Cherry merasa ucapan abangnya berlebihan.

Virgo lalu menempeleng pelan kepala adiknya. "Nyantai aja kenapa ngomongnya, ya abis kamu jalan masih gelap gini. Lagian rumah kita ke sekolah kamu gak jauh-jauh amat kali." Kata Virgo. Lalu mata Virgo tak sengaja melirik bungkusan di pangkuan Cherry dan tangan kirinya sudah akan merogoh kantung tersebut namun segera ditepis oleh Cherry.

"Ngapain lo?" tanya Cherry galak.

Virgo lalu melirik adiknya. "Pelit amat sih, roti lo gede gitu juga, masih kurang apa?" tanya Virgo menunjuk roti sobek ditangan Cherry. Cherry lalu memindahkan plastik berlabel minimarket ternama di pangkuannya jadi ke samping kirinya agar terbebas dari jangkauan Virgo.

Cherry lalu memotek roti sobeknya dan menyodorkannya ke depan mulut Virgo. "Ini aja, itu bukan punya gue!" kata Cherry sambil menyuapi abangnya. Itung-itung bayaran juga karena sang abang mau mengantarnya ke sekolah pagi-pagi sekali meskipun dia masih sangat mengantuk.

Virgo hanya menerima suapan adiknya itu dengan dahi mengernyit. "Titipan?" tanya Virgo penasaran yang hanya dibalas Cherry dengan senyuman yang entah bermakna apa.

"kepo, lo!"

Virgo memilih untuk tidak menyahuti adiknya itu dan kembali fokus menyetir.

Perjalanan berlangsung cepat karena keadaan lalu lintas yang belum ramai. Cherry turun setelah mencium tangan abangnya yang hanya berbeda empat tahun dengannya itu.

"Thanks, bang!" kata Cherry sambil menutup pintu lalu melambai.

Cherry lalu masuk ke sekolahnya dengan riang. Hari ini ia berniat untuk melakukan aktifitasnya seperti biasa yaitu meletakkan sarapan di laci meja Nico.

Jum'at kemarin ia tidak sempat melakukan aktifitas rutinnya itu karena datang terlambat. Cherry bahkan tidak sempat membawakan bekal makan siang untuk Nico. Dan Cherry juga absen dari menonton Nico latihan basket karena harus bekerja bakti membersihkan musholla dengan murid-murid lain yang juga terlambat. Bahkan seharian kemarin ia tidak melihat wajah Nico sama sekali. Jadi sebagai gantinya hari ini Cherry membeli dua roti dan dua kopi.

Begitu masuk ke areal sekolah, ternyata sekolah sudah cukup ramai. Biasanya kalau keadaan sudah seperti ini di kelas Nico sudah pasti sudah ada penghuninya dan Cherry harus siap-siap diinterogasi atau di tanya ini itu oleh kakak kelasnya.

Namun saat melewati ruang guru menuju ke gedung barat, Cherry berpapasan dengan ma'am Rossa, guru bahasa Inggris yang juga merupakan wali kelasnya.

"Cheirilya!" entah antara menyapa atau memanggil, yang pasti wajah ma'am Rossa terlihat begitu gembira saat bertemu Cherry. Membuat Cherry mengernyit bingung.

"Ee-eh iya ma'am?" Cherry merasa kikuk saat ma'am Rossa memegangi bahunya.

"Kamu mau gak ikutan lomba debat bahasa Inggris? Kamu kan bahasa Inggrisnya termasuk yang pinter tuh," tanya ma'am Rossa.

MeltedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang