Chapter 20

4.7K 420 31
                                    

Gladys menyuruhku agar tidak ngampus untuk hari ini, nanti dia yang memberikan izin pada dosenku. Aku juga belum siap bertemu new couple MiLau. Untung daddy ngasi ga ngampus. Ah, bete juga sih, bosen kalau begini terus. Main handphone, makan, tidur. Gitu aja terus sampai Mike sama Clau putus. Eh maaf, aku tidak serius dengan perkataanku yang itu.

Ting nong ting nong

Aku beranjak dari kasur menuju pintu utama. Membukakan pintu, lalu mempersilahkan tamu yang datang masuk ke dalam rumahku.

"Hai," sapa Gladys dan Calvin. Calvin?

"Oh, kalian. Masuk yuk kamar gue aja."
Aku duduk bersila di atas kasur, Gladys di pinggiran kasur, dan Calvin duduk di sofa yang ada di kamarku.

"Nih, gue bawain lo makanan favorit. Segala macam merk coklat."

"Aduh, Gladys, ga usah repot-repot gitu. Kalau lo maksa ya udah gue ambil, makasih."

"Gue ambil piring dulu di dapur, ya. Sekalian siapin makanan ini buat kita."

Gladys pergi ke dapur. Tinggalah aku dan Calvin. Aku menjadi sedikit canggung semenjak dinner waktu itu.

"Sya, gue mau ngomong sama lo. Selagi ga ada Gladys."

"Ngomong apa? Ngomong aja kali, ga usah sungkan."

"Gue sayang sama lo. Walaupun gue tau, lo ga sayang sama gue. Karena hati lo udah buat orang lain, kan?"

Calvin berjalan menuju pinggiran kasurku. Membuatku yang sedang menikmati coklat menjadi tersedak.

"Lo se-serius? Eng ... sorry, ya. Gue ga bisa. Gladys suka sama lo, dan gue juga suka sama orang lain. Maaf banget."

"Iya, gue tau. Gue cuma mau ngungkapin ini aja."

"Dan gue harap lo jaga jarak sama gue. Gue ga mau Gladys sampai salah paham."

"Kenapa? Gue ga suka sama dia, dia ..." Ucapan Calvin terputus. Gladys tiba-tiba masuk ke kamarku.

"Em ... sorry gue ganggu kalian, ya?"

"Eh, engga kok, Dys. Tadi Calvin cuma mau nepuk nyamuk di deket gue aja."

Aku mencoba menetralkan mimik wajahku. Ini sih hampir sama rasanya kayak ketahuan om-om satpol PP lagi menjajakan diri.

"Oh gitu, ini makanannya."

Syukur deh, Gladys tidak curiga. Kami selesai makan langsung cerita-cerita ga jelas, ketawa-ketawa sampai sakit perut.

"Sya, gue sama Calvin balik duluan, ya. Lo besok harus ngampus, titik."

"Iya. Iya bawel. Bye, thanks juga yaa makanannya."

Gladys hanya menganggukkan kepala dan dia yang keluar pertama kali, lalu disusul Calvin.

"Tessya, lo minta gue buat menjauh dari lo? Oke. Gue turutin. Tapi jangan pernah nyuruh gue buat berhenti cinta sama lo. Biarlah gue tetap menyimpan rasa ini, walaupun lo bersikeras maksa gue untuk pergi," ucap Calvin sebelum bener-bener pergi dari kamarku.

Aku terpaku setelah mendengar perkataannya. Walaupun dia bertepuk sebelah tangan, tapi dia tetap menampilkan senyumnya yang aku suka itu.

Jauh di dalam hatiku, terbesit perasaan bersalah. Dia berada di posisi yang sama sepertiku. Bunyi pesan masuk berhasil mengalihkan perhatianku.

Mike Gheranino: Gue yakin lo pasti nyimpen nomor gue. Gue harus ngomong sama lo besok. Jangan ngindarin gue lagi.

Kenapa dia tau kalau aku sedang menghindari dirinya? Aduh, jantungku kenapa deg-deg-an gini. Ngerasa ada yang aneh. Entahlah firasatku bilang ini ga baik, semenjak ga ngampus tadi. Lebih baik ga usah bales pesan dari Mike.

Fakers Gonna Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang