Chapter 16

4.6K 432 28
                                    

Author's POV

"Lo ga usah malu-maluin gue napa."

"Gue? Ga salah? Lo kali," balas Clau tak mau kalah.

"Gue kesian sama Calvin. Kok dia punya mantan kayak lo, ya? Bukannya gue suka sama dia, tapi lo kan cuma MANTAN-nya. Kalau lo masih suka balikan gih, sana. Gue juga males dipanggil princess mulu sama dia," jelas Tessya pada Claudya.

"He calls you PRINCESS? But sorry, I'm the QUEEN," balas Clau narsis.

"Hai, sorry ya gue baru selesai." Gladys datang secara tiba-tiba dan langsung duduk di sebelah Tessya.

Belum ada lima menit Gladys duduk, dia sudah tidak tahan dan pergi distak-distak disko bareng Claudya dan teman-teman cabe terongnya. Sedangkan Tessya lebih memilih untuk diam.

"Percuma nih ke sini, ga ada cogannya. Mending gue pulang naik gojek online 24 jam aja. Ntar tinggal BBM Gladys bilang pamit duluan," kata Tessya dengan nada kecil.

Tessya pergi meninggalkan club ini. Namun, seseorang yang tidak dikenal memperhatikan gerak-gerik Tessya dari ujung club.

"Viola Tessya. Kita lihat apa yang bisa kita lakuin buat lo. Sekian lama gue cari lo, sampai akhirnya gue ketemu lo di sini untuk pertama kali." Muncul sebuah seringaian dari bibirnya.

***

Tessya's POV

"Buset dah, Calvin lama amat. Niat nganter gue apa engga, sih?" Rutukku.

Tadi waktu keluar dari club, Calvin langsung mengirimiku pesan. Aku mengatakan kalau aku ingin pulang, tapi dia cegat soalnya dia yang mau mengantarku. Katanya sih dia ga mau aku kenapa-nala. So sweet? Biasa aja, sih. Ga ada hubungan yang spesial, tapi tetep aja sok perhatian.

"Hai princess. Maaf ya gue lama, hehe," kata Calvin setelah muncul di hadapanku dengan motor ninjanya.

"Ya udah ah, buruan. Udah mau dini hari nih, gue ngantuk mau tidur."

"Eh, tunggu bentar." Calvin mencegahku menaiki motornya dan  memakaikan jaketnya kepadaku.

"Lo pake ya jaket gue. Gue ga mau princess gue ini masuk angin." Setelah berkata seperti itu, dia juga mengacak lembut rambutku dan tersenyum sangat manis, bahkan kurasa aku bisa diabetes, akibat terlalu sering melihatnya senyumnya.

Aku terdiam beberapa detik lalu duduk menyamping di motornya. Kalian pikir aku akan terpesona dengan segala sikap manisnya? Jawabannya adalah tidak. Karena aku tidak suka padanya, berbeda halnya kalau dia itu Mike. Selama perjalanan, aku (terpaksa) memeluk Calvin erat, karena dia sengaja membawa motornya ngebut. Modus, huh.

***

Sial, aku bangun kesiangan. Aku telat materi dosen yang pertama ini, mah. Kan jadwal ngampus ku sekarang itu pagi. Ga papa deh, yang penting dateng. Datang atau tidak sama sekali.

"Woi, jones akut! Tumben lo dateng siang. Gue yang pulang jam tiga dini hari aja dateng pagi. Lah, elo yang tiba-tiba pulang duluan kok telat, sih? Oh iya lo kan kebo, susah banget dibanguninnya. Hahaha."

"Ha. Kok lucu? Bacot lo ya, Dys. Tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu, kan? Ya udah sih, woles."

"Hai gurlz, lapangan yuk." Ga ada angin, ga ada badai, ga ada topan ataupun bencana alam lainnya, Claudya tiba-tiba menghampiri kami.

"Emang di lapangan ada apaan?"

"Mike lagi tanding basket sama temennya."

"Oh."

Fakers Gonna Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang