Prolog

56.5K 2.6K 54
                                    

Hello, Kawan-kawan

Lama tak bersua...^^(udah lama banget nggak ngejenguk wattpad, tahu-tahu Followers udah hampir 9.000, terima kasih buat yang sudah follow.)

Btw, aku sedang di samarinda kaltim, wah... mana nin bubuhan samarinda?? Tunjuk tangan ya hehe...

Ah ya, Selamat tahun baru 2016. Apa nih resolusinya tahun ini?

Hmm... cerita ini kupersembahkan untuk semua pembacaku.

Selamat membaca, semoga menikmati.

Happy reading.

PROLOG

“Maaf, Jose, aku  telat,” ucapku sambil mengatur napas yang memburu. Kutatap wajah Jose yang telihat kecut dengan perasaan gelisah. Dia sama sekali tidak merespons permintaan maaf dariku.

Sebenarnya ini bukan salahku. Jose mengajak bertemu pukul setengah enam sore, saat aku baru pulang kerja. Dengan setengah napas, aku buru-buru mengendarai motor menembusi padatnya lalu lintas kota Batam saat jam pulang kerja. Untung saja, jalanan yang lebar dan luas membuatku tidak perlu terjebak macet berlama-lama.

Ah, Jose kurang gentle. Harusnya dia yang datang menjemputku di kantor, bukan aku yang mendatanginya ke kios ponselnya yang berada di lantai dasar di salah satu pusat perbelanjaan terkemuka kota ini.

Namun aku hanya bisa diam dan menelan semua perasaan tidak suka akan sikap kurang gentle Jose itu. Aku bahkan dengan rela hati berlari demi menemuinya tepat waktu. Dan lihat apa yang kudapat? Aku hanya telat sepuluh menit, dan wajah Jose sudah berlipat menunjukkan ketidaksenangannya.

“Kenapa telat?” tanya Jose sambil melirik arloji di pergelangan tangan kanannya.

Aku menarik napas dalam-dalam. Jelas-jelas dia tahu, jam pulang kerja di mana-mana jalanan pasti ramai.

“Macet.” Aku melempar senyum terpaksa. Terkadang aku pikir, betapa bodoh diriku. Mengapa aku mau berpacaran dengan pria egois seperti Jose yang selalu menuntutku menurut padanya?

“Ini siapa?” tanya Jose dingin.

Jose menyodorkan ponselnya padaku. Di layar ponsel terlihat fotoku sedang merangkul lengan seorang pria di sebuah pusat perbelanjaan.

Aku mengerut kening. Dari mana Jose mendapatkan foto itu? “Itu Bradly, kakak sepupuku,” jawabku dengan napas yang mulai normal. Aku tidak berbohong. Itu memang kakak sepupuku. Dia baru pulang dari UK, setelah lima tahun kuliah di sana.

Jose mendengkus, menandakan tidak percaya dengan jawabanku. Jose memang belum pernah bertemu dan berkenalan dengan Bradly, karena aku dan Jose baru berpacaran selama dua tahun, sedangkan Bradly, bila pulang ke tanah air hanya beberapa hari saja.

“Kita putus,” kata Jose dingin.

“Eh?” Aku tak percaya dengan pendengaranku. Kutatap wajah tampannya yang terlihat dingin dan kecut. “Jose ….”

“Aku rasa kamu sudah mendengar dengan jelas kalimatku barusan.”

Aku termangu. Terpaku oleh kata-katanya. Apa ini tidak berlebihan? Hanya karena aku merangkul akrab lengan sepupuku, aku diputuskan begitu saja? Akan tetapi gengsi sekali bila aku harus memohon-mohon memintanya jangan memutuskanku. Aku cantik, menarik, dan baru berumur dua puluh tiga tahun. Aku masih sangat muda dan pastinya untuk mencari pengganti Jose tidaklah sulit.

Lowongan CintaWhere stories live. Discover now