Part 2

25.5K 1.7K 37
                                    

Part 2

Dua minggu telah berlalu dengan cepat. Tidak seperti biasanya, hingga hari ini, Jose sama sekali tidak mengajakku berbaikan. Akhirnya karena pusing mencari calon suami dalam waktu singkat seperti ini, aku memilih untuk menerima tawaran SPrince Charming untuk mengisi lowongan menjadi istrinya. Seorang pria yang katanya sudah berusia tiga puluh satu tahun.

Mungkin aku terbilang terlalu nekad. Bagaimana mungkin aku memilih pria yang sama sekali tidak kukenal untuk menjadi calon suamiku dan dikenalkan pada kedua orangtuaku? Pasti waktu mengambil keputusan ini, akal sehatku benar-benar sudah tidak berfungsi.

Sebuah mobil yang berhenti tepat di depan rumah membuyarkan lamunanku. Aku mengangkat wajah dan menatap mobil sport mewah berwarna putih yang telah terparkir rapi di halaman. Dadaku tiba-tiba saja berdebar. Sejak tadi aku duduk di teras menunggunya. Setelah melakukan pembicaraan dan persetujuan dengan Si Prince Charming lewat ponsel, aku memberinya alamat rumahku. Dan di sinilah dia sekarang. Aku yakin yang ada di dalam mobil itu dia. Karena selama ini aku tidak pernah punya teman yang memiliki mobil semewah itu.

Seketika wajahku terasa panas dan jantungku berdegub kencang tatkala seorang pria berperawakan tinggi besar dengan kulit sedikit gelap, keluar dari mobil itu. Hidungnya mancung mencuat dengan sepasang alis tebal yang sangat rapi yang membuat wajahnya makin terlihat sempurna. Sedangkan kedua matanya masih bersembunyi di balik kacamata hitam.

Aku yang sedari tadi duduk di teras sontak berdiri dengan kaki gemetar. Jadi dia Prince Charming itu? Tampan dan sangat memesona. Seketika rasa gugup menyelimutiku. Aku bingung harus bersikap bagaimana? Tetap diam atau menyapanya dengan senyum manis?

Aku menggigit bibir dan menggerutu dalam hati saat menyadari satu hal yang sangat vital, aku tidak tahu namanya. Bukan tidak bertanya, tapi dia yang tidak mau menjawabnya.

Dia melangkah mendekatiku membuat jantungku hampir melompat keluar …. Dan aku hampir pingsan di tempat saat ia berdiri tepat di depan mataku dan melepas kacamatanya ….

Dia, Hans Stefanus Vlenzo, CEO perusahaan tempatku bekerja. Pria yang selama ini sangat dikenal sebagai pria workaholic ….

Aku menelan ludah yang terasa sepahit empedu. Rasanya aku ingin kabur dan bersembunyi saat ini juga, tidak sanggup bertatap muka dengannya. Aku tak ingin menikah dengannya. Bagaimana mungkin aku menjadikan pria dingin ini sebagai calon suamiku? Aku berani mengatakan dia dingin karena selama ini dia hampir tidak pernah bertegur sapa dengan bawahannya.

“Malam, Vinsa,” sapanya lembut dan pelan.

Dan aku benar-benar hampir pingsan. Aku bahkan sudah tidak bisa bernapas. Dia begitu dekat. Wangi parfumnya begitu menggoda …, aku …, tolong ….

“Sudah siap untuk menjadi istriku?”

Kali ini jantungku benar-benar keluar dari tempatnya. Napasku terasa berhenti. Suaranya …. selama ini aku hampir tidak pernah mendengar suaranya karena pekerjaanku yang hanya sebagai staf administrasi, sangat jarang berhubungan langsung dengan bos besar.

Dan belum sempat aku mengeluarkan suara dari bibirku yang gemetar, Mama keluar dan langsung tersenyum lebar menyambut calon menantunya.

 

***

bersambung...

Jangan lupa komen dan vote ya.....

REPOST, SAMARINDA, 29 SEPT 2016

next part akan di private, yang gak follow otomatis gak bisa baca.






Lowongan Cintaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें