"Udah, hayuk." Claudya menarik tanganku dan Gladys menuju lapangan.

Gilak, pas matahari lagi terik-teriknya mereka malah main basket di lapangan. Ga takut gosong tuh kulit, ya? Aku bukannya kasihan, tapi melihat Mike banjir keringat gitu duh, meleleh hayati di sini.

Persen kegantengannya meningkat, sumpah aku ngga boong. Rasanya pengen aku lap itu keringet. Adik gemez, kak. Ini cuma perasaan aku atau apa, ya? Kok kayaknya Mike ngelirik sekilas ke arahku?

"Hebat, ya. Effect dia ke gue dahsyat banget. Cuma dengan ngeliatin dia dari jauh aja bisa bikin gue gegana, deg-deg-an, dan salting ga jelas. Gue jadi nyesel, kenapa ga dari dulu aja gue ngerasain yang namanya jatuh cinta?" Batinku. Ingat ya readers, yang baper itu hatiku, bukan aku-nya.

"Woi, mblones. Itu cowok yang ngeliatin lo siapa, sih? Ganteng klimaks," tanya Gladys.

Kalau Clau mah udah turun ke lapangan buat modus ke Mike. Mataku mengikuti arah yang ditunjuk Gladys. Calvin. Bosen banget. Dia mulu dia mulu.

"Oh, dia itu Calvin Mark. Anak hukum temennya Mike."

"Lo kenal dia? Abis dia senyum mulu ke elo. Mana senyumnya manis banget parah."

"Kenapa? lo minat? Mumpung lagi ready stock tanpa preorder. Gue punya kok nomor handphone-nya."

"Serius lo? Gue harap dengan adanya Calvin gue bisa move on dari si brengsek itu."

"Iya. Gampang. Ntar gue SMS lo nope dia. Ati-ati, dia mah gampang modus sana-sini. Lo liat deh, ga sampai lima menit dia pasti ke sini."

"Jangankan lima menit, sekarang dia udah ada di belakang lo. Tuh."

"Hai, Sya. Hai, cantik."

"Mau apa? Dys gue balik duluan ke ruangan ya, mau cari dosen yang tadi. Tapi, gue mau pergi ke loker gue dulu. Bye, muach."

Aku tak peduli lagi, itu mah alasan doang untuk pergi. Karena kelupaan sesuatu di loker. Sebenarnya, aku sudah sangat lama tidak menggunakan loker, tapi buku aku ketinggalan di situ. Jadi, terpaksa deh ke loker.

Lah, kok loker aku gak kekunci, ya? Terus ada selembar kertas nyelip di loker ini. Seingatku, aku ngga pernah naruh kertas kayak gini di sini. Tapi, ada tulisannya, warna merah pula. Gini isi tulisannya kalo kalian pada kepo.

TESSYA. PERMAINAN BARU AKAN DIMULAI. LO TINGGAL TUNGGU KAPAN TANGGAL MAINNYA DAN NIKMATIN SELAGI ADA KESEMPATAN.
-Your best haters-

Cih, nerror aku pake selembar kertas gini? Kampungan. Dia pikir aku takut? Tolong, ya. Aku sama sekali tidak takut. Aku ngga pernah merasa takut sama yang beginian. Kalau waktunya mati ya mati, kalau masih dikasih kesempatan hidup ya, hidup.

Aku penasaran, siapa sih hatersku yang kuker? Setauku, ga pernah punya musuh seumur hidup, kecuali Bianca tentunya. Masih ingat dengan Bianca? Itu, cewek cabe yang Gladys tabrak di kantin. Tapi ga mungkin dia deh, kayaknya. Aku juga jarang banget melihatnya di kampus. Au ah, paling iseng doang nih orang.

"DOR!"

"Anjir, Gladys! Lo ngagetin gue tau, gak? Copot nih jantung gue, bego. Ngapain lo tiba-tiba ada di belakang gue?"

"Kan lo ninggalin gue tadi ya gue kejar, lah. Gila aja gue di sana sama Calvin. Bisa dicap cewek caper gue. Btw itu apaan?" Gladys menunjuk kertas yang sedang kupegang.

"Bukan apa-apa. Ga penting."

"Oh, ya udah. Ke ruangan yuk, hari ini mata kuliah kita sama kan sama si dosen killer itu?"

Fakers Gonna Fake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang