Disini Untukmu 29

Start from the beginning
                                    

   "Kamu mau bicara apalagi, Kinal? Lupakan aku, lupakan cinta kita."

   "Aku mencintaimu, Ve."

   "Oh ok, bagaimana dengan Viny?"

   "Aku tidak mencintainya sama sekali."

   "Lalu dengan Shania? Apa kamu tidak mencintainya juga?"

   Kinal terdiam ketika Veranda menanyakan itu padanya. Dia bingung harus menjawab apa.

   "Kok diam?"

   "Ve, setelah aku pulang dari palembang, aku harap kita bisa bertemu dan membicarakan ini."

   "Maaf Kinal, aku sibuk."

   Tut... Tut... Tut...

   Veranda langsung memutuskan teleponnya, dia tidak mau bicara dengan Kinal lebih lama lagi. Kinal hanya bisa menghela nafas saat telepon darinya itu diputus, Kinal mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi. Lalu dia masuk lagi ke dalam kamar, dan melihat Shania masih tertidur pulas.

   Melihat Shania masih tidur, Kinal keluar kamarnya kembali untuk membeli makan malam buat dia dan juga Shania.

   Makan malam yang dibeli Kinal jatuh pada pedagang tekwan yang tak jauh dari sana, makanan khas Palembang yang mirip dengan sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil-kecil mirip bakso, kemudian ditambah kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping. Kinal membeli dua porsi untuk dia dan juga Shania.

   Saat Kinal sudah sampai mes, dan masuk ke dalam kamar, ternyata Shania baru selesai mandi. Karena terlihat Shania sedang mengeringkan rambutnya yang panjang dengan handuk.

   "Darimana kamu?" tanya Shania.

   "Beli makan malam untuk kita berdua," jawab Kinal, lalu dia menuangkan tekwan tersebut ke dalam mangkuk yang sudah dibawa Kinal dari dapur mes. Setelah selesai menyiapkan makan malam untuk mereka berdua, Kinal menyalakan TV untuk dia tonton.

   Kinal duduk di sofa sambil menonton televisi menunggu Shania selesai mengeringkan rambutnya setelah itu baru makan bersama. Shania sudah selesai dengan urusan mengeringkan rambut, lalu dia duduk disamping Kinal, mengambil semangkuk tekwan yang sudah disiapkan diatas meja.

   "Makan dulu, baru setelah itu kamu nonton," Shania mengarahkan wajah Kinal yang tadinya lurus ke depan televisi untuk menghadap dia, menyuapi sesendok tekwan ke dalam mulut sang kaptain, setelah Kinal dia suapi, barulah selanjutnya dia yang memasukan tekwan itu ke dalam mulut Shania sendiri.

   Begitu seterusnya sampai dua mangkuk tekwan habis tak tersisa. Mereka berdua menghabiskan malam di Palembang dengan nonton TV dalam kamar berdua, saat mata sudah teramat kantuk, Kinal dan Shania tidur di satu ranjang yang sama.

   Jadwal Kinal dari Palembang langsung kembali ke Jakarta, sedangkan Shania harus terbang lagi ke Medan, dan esoknya baru pulang ke Jakarta.

   Tahu Shania tidak di rumah, Kinal pulang tugas langsung ke rumah Veranda saat itu juga. Dan memencet bel rumah Veranda dengan cepat.

   Ketika pintu rumah terbuka, terlihatlah Veranda dengan wajah datarnya. Mungkin Veranda enggan untuk melihat Kinal, jadi dia langsung menutup pintu rumah tersebut, untung Kinal menahan pintu menggunakan tangan dan tenaga yang cukup kuat, hingga dia bisa masuk ke dalam rumah dan menutup pintu itu kembali.

   "Ve, kamu tuh bisa gak sih dengerin omongan aku sebentar aja," Kinal mulai kesal dengan sikap Veranda padanya.

   "Apalagi yang mau kamu omongin? Semua udah jelas, kamu mau nikah dengan Viny! Dan kamu itu orang yang gak punya pendirian, sebentar bilang cinta ke aku, Shania, bahkan Viny... Aku benci kamu Kinal," ucap Veranda tak kalah kesalnya dengan Kinal.

Disini UntukmuWhere stories live. Discover now