Prolog

8.8K 394 7
                                    

Meoreojineun geu dwismoseupmaneul baraboda
Jageun jeomi doeeo sarajinda
Nugungal mannamyeon wiroga doelkka
Yet saenggagi na
Ni saenggagi na.

Alunan melodi hasil penyelarasan antara petikan senar gitar dan merdu suara seorang pria terangkai sempurna, melantun dalam sunyinya sebuah ruang bernuansa serba putih yang hanya diisi oleh si penyanyi dan seorang gadis yang saat ini terbaring damai pada ranjangnya.

Tak masalah baginya meski respon untuk konser kecilnya hanya ditanggapi oleh sepi, dan suara-suara mesin alat pendeteksi jantung yang masih saja betah melekat pada beberapa bagian tubuh gadis itu.

If you
If you~
Ajik neomu neujji anhassdamyeon
Uri dasi doragal suneun eopseulkka.

Lirik demi lirik berhasil pemuda itu nyanyikan secara accoustic. Indah, tak ada satupun nada sumbang yang terdengar. Entah ia sedang mengekspresikan perasaanya atau hanya memang sekedar bernyanyi untuk si gadis.

이름 : 박 슬비. (Nama : park seulbi)

Gadis dengan papan nama pasien bertuliskan park seulbi yang kini tengah menikmati lantunan melodi itu adalah pasien kecelakaan lalu lintas beberapa bulan yang lalu dan sampai saat ini mengalami koma akibat hantaman keras dikepalanya, beruntung bagi seulbi karena meski dalam keadaan seperti ini ia masih diberi kesempatan untuk berjuang mengembalikan kehidupannya.. Begitulah informasi yang diberikan beberapa suster pada pemuda bersurai tembaga yang masih terhanyut oleh konsernya sekarang.

IF YOU
IF YOU
Neodo nawa gati himdeuldamyeon
Uri jogeum swipge gal suneun eopseulkka
Isseul ttae jalhal geol
geuraesseo~~

Dengan sedikit klimaks pada lagu dan sedikit sentuhan high note, konser itu berakhir. Setelahnya pemuda itu berdiri, meletakan gitar pada sisi nakas lalu berjalan menghampiri si pasien. Mendudukan dirinya pada sisi ranjang sambil menatap yang wanita. "Hei, kau masih betah seperti ini nona? Bangunlah, lalu bernyanyi bersamaku".

Ia menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi kening seulbi mengelus perlahan pipinya menggunakan ibu jari. "Kau cantik". Ujarnya, menatapi lekat-lekat setiap inci wajah seulbi lalu mendengus pelan. "Tapi mungkin akan lebih cantik jika pipi tirus ini agak berlemak". Ia tergelak membayangkan jika pipi seulbi menjadi sedikit gembil.

"Maaf tuan? Kau sudah selesai?".

Pemuda itu menoleh pada asal suara, lebih tepatnya pada pintu yang tergeser terbuka dan menyembulkan seorang wanita berseragam suster.

"Ah, ya kurasa cukup untuk hari ini". Pemuda itu berdiri lantas tersenyum ramah pada suster sambil mulai membereskan gitarnya, memasukan benda itu pada tas yan bentuknya tak jauh beda dengan gitar itu sendiri. "Apa aku melampaui jam besuk lagi?".

"Ya, kurasa kau sangat menikmati waktumu tuan". Suster itu balas tersenyum dan tanpa menunggu jawaban ia menunduk memberi salam lalu beranjak kembali keluar.

***





"Bagaimana hyung? Apa dia akan baik-baik saja?" tanya pria bersurai gelap pada seseorang yang kini melepas stetoskopnya  sambil mendengus lelah seolah-olah ia putus asa akan sesuatu, namun kembali tersenyum tipis beberapa detik kemudian.

"Seulbi masih sama seperti bulan lalu, kondisinya stabil...." pria ber-name tag 'min seokjin' itu menoleh pada seulbi,mengusak sayang surainya lalu kembali memandang pria dengan raut khawatir yang tak pernah luput sama sekali ketika mengetahui skala kondisi seulbi, kekasihnya. "Tapi yoongi, menurutku seulbi tak memiliki keinginan untuk sembuh".

"A-apa maksudmu hyung?"

"Yoongi, aku disini berbicara sebagai kakak yang merindukan senyum kebahagiaan adikku, dan aku paham dimana senyum itu berada". Seokjin menepuk bahu pria yang dipangginya dengan nama yoongi, mencoba untuk menyalurkan tenaga dan semangat melalui sentuhannya. "Aku lelah memberi harapan kosong meski aku selalu mengatakan itu pada keluaga atau kerabat pasien karena itu adalah salah satu tugas seorang dokter, menghilangkan kepanikan dan memberi harapan".

Yoongi hanya bisa terdiam, menatap lekat pada manik kembar sang kakak. Menunggunya untuk menjelaskan apapun yang harus dirinya jelaskan pada si adik.

Seokjin menjilat bibir bawahnya sekilas sebelum melanjutkan perkataannya. "Berharaplah pada keajaiban dari tuhan, dan selalu temani seulbi. Dalam keadaan koma biasanya seseorang tetap bisa mendengar apa yang diucapkan orang-orang disekitarnya meski saat ia sadar semuanya akan terlupakan".

"Omong kosong!"

Atensi yoongi berpindah, ia berjalan menjauh, meletakkan kedua tangannya pada masing-masing sisi pinggangnya dan tertunduk.

"Yoongi, dengarkan aku-" belum sempat seokjin kembali berucap, pintu kamar itu berderik terbuka dengan suster yang menyembul dari baliknya.

"Dokter min, ada pasien gawat darurat, anda diminta segera menangani pasien itu". Ucap si suster, seokjin mengangguk singkat. Menyempatkan diri menoleh pada yoongi yang masih setia ditempatnya lalu segera berjalan mengikuti suster. Dan ketika pintu tertutup tak ada lagi apapun yang terdengar kecuali mesin pendeteksi jantung. Yoongi terlalu jengah dan marah pada dirinya sendiri.

Ialah yang membuat seulbi seperti ini, yoongi dan sifat 'sialan' itu. Harusnya ia bisa menahan emosi dan mendengarkan penjelasan kekasihnya saat itu.

"Ya, eodi apa?". Entah sejak kapan yoongi kini terduduk pada kursi disamping ranjang seulbi, menggenggam tangan lemah itu menggunakan kedua tangannya, menatap sendu wanitanya. "Katakan dimana yang sakit, bicaralah seulbi jangan menghukumku seperti ini".(dimana yang sakit?)

Kecupan demi kecupan ia berikan pada punggung tangan seulbi, berharap ia akan sadar dan memanggil namanya. "Mianhae, wae manante ireohke seulbi-yaa?". Suaranya berubah parau, bibirnya terasa kering dengan kedua obsidian yang mulai berembun. (Maaf, kenapa kau lakukan ini padaku?"

"Sadarlah, caci maki aku sesukamu, asal kau sadar....aku tak apa"

-TBC-

Oke, lui tergoda buat remake ff ini karena lui sadar di awal penulisan lui masih berantakan, dan lagi lui mau memperbaiki cara penulisan lui hehe . Ayok old readers baca kembali ff lui karena beberapa pemeran juga bakal lui edit 😂 jangan bosen"sama lui oke?

Endless Love (suga And Jimin BTS fanfiction) [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang