2; 'Menyukai postinganmu' bukan berarti 'Menyukai dirimu secara keseluruhan'!

7.5K 281 3
                                    

***
Kafe mendadak menjadi lengang. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja. Reifa dihadapanku seolah kesetanan, ah maksudku dia seperti dilanda syndrom 'mematung' dimana sejak sekitar lima belas menit lalu dia bungkam, tak bicara.
Baiklah, aku tahu. Orang manapun akan mencaciku gila hanya karena mencintai sebuah nama.
Tapi seriously, nama itu memang berbeda dari yang lainnya!

"Ra, pergilah ke masjid dan jatuh cintalah pada salah satu ikhwan yang mengaji di sana ketimbang harus jatuh cinta pada orang yang bahkan rupanya pun tak jelas." gumam Reifa. Ia terlihat tidak terima sekali dengan pengakuanku. Sebenarnya, apa yang membuatnya hingga sekontra itu denganku?
"Rei, dia pendakwah. Bagaimana mungkin dia tidak jelas?" aku menghabiskan sisa vanilla late ku. Di luar masih hujan, andaikata sudah reda mungkin aku lebih memilih berlari brutal keluar lantas berlagak marah pada Reifa karena dia kontra dengan diriku ketimbang harus duduk di sini. Tapi, yah, apa daya?
"Bukan apa-apa Shafara, jangan asal menautkan hati pada seseorang yang sama sekali belum kau ketahui betul. Bagaimana kalo ternyata dia sudah beristri? Punya anak? Apa kau mau menghancurkan rumah tangga mereka?"
Aku menunduk, ahiya! Bagaimana mungkin aku tidak pernah memikirkan itu?
Tapi kurasa, dia belum berrumah tangga. Bukankah dia menlike postinganku? Kalau dia berrumah tangga, mana mungkin dia berani mencecerkan likes di akun akhwat lain? Bukankah menlike banyak (boom like) itu seperti mencari perhatian? Kalau dia berrumah tangga, mana mungkin dia coba-coba cari-cari perhatian pada akhwat lain selain istrinya?
Aku kembali dilanda kegelisahan. Aku mengetuk-etukkan jemariku pada salah satu sisi cangkir.
"Rei, dia menyukai hampir semua postinganku selama satu minggu ini. Apa mungkin dia berani berlaku seperti itu apabila dia sudah berrumah tangga? Kurasa dia masih lajang.."
Reifa menatapku. Tak habis fikir. Sejak dulu, aku selalu menuruti solusinya, tapi kali ini? Dia mungkin agak kecewa dengan itu.
"Ra, seseorang yang menyukai postinganmu bukan berarti menyukai dirimu secara keseluruhan." tegas Reifa seraya bangkit dan mengajakku untuk segera keluar dari kafe ini, dari pembicaraan ini.
Hujan telah reda, orang-orang yang sedari tadi berteduh di dalam kafe mulai berhamburan keluar. Begitupun aku dan Reifa.
***
Aku menghampiri komputerku yang tampak letih karna terlampau sering kugunakan. Diam-diam aku merasa iba. Yah tapi bagaimana lagi? Bukankah benda itu diciptakan memang untuk dirusak secara perlahan? Aku hampir tertawa karna mendapati diriku kembali tak waras. Segera kutekan tombol power dan mulailah benda kecil itu menampakkan sesuatu di layarnya. Setelah menghubungkannya dengan internet, aku mulai menelusuri jejaring sosial yang dimana di situ aku menemukan si lelaki dengan nama indah, maksudku yang hingga detik ini kukagumi itu. Aku mengorek-orek informasi tentangnya, menelusuri postingannya dan membaca satu persatu komentar di statusnya.

"Aku sedang mencari alamatmu dengan cara terus memperbaiki diri. Semoga kita cepat dipertemukan."
Ujar lelaki itu di sebuah status yang ia tulis kurang lebih sekitar satu minggu yang lalu.
Aku membacanya berulang-ulang, mencoba mencerna tiap maksud kalimatnya. Dan, ah! Aku menyimpulkan bahwa maksud dari status itu adalah 'dia sedang menanti jodoh'. Bukankah begitu?
Pipiku meranum, antara lega dan bahagia, sekaligus bebas dari kegelisahan.
Dia belum terikat, aku masih punya kesempatan!

Ku Aminkan Kau Dalam AminkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang