Chapter Four (Full)

Mulai dari awal
                                    

"Kau tersenyum?" menyelidik ekspresiku, Larry terdengar bagai seorang pemenang. "Sudah kuduga, sebenarnya kau tertarik padaku--" mendadak ia terdiam. "Ah, begitu rupanya. Kau sudah memiliki kekasih."

Mengerutkan kening, aku menoleh ke arahnya. "Dari mana kau menarik kesimpulan semacam itu?"

Matanya berbinar penuh harap. "Kalau begitu ini cuma kesalahpahaman?" Ia menunjuk sisi kiri leherku. "Aku mengira seseorang menandaimu sebagai miliknya."

Darah menyerbu wajahku, serta-mera teringat akan gigitan Kingsbury siang tadi. Aku sama sekali tidak menyadari bahwa gigitan tersebut meninggalkan bekas. Apa dia sengaja "menandai" aku agar pria lain mundur? Itukah tujuannya?

"Ada yang lapar?" Juliette menerobos kerumunan ke arahku, membawa sepiring besar tortilla chip dan salsa yang berhasil dijarahnya dari dapur Peter. "Salsanya sangat lezat! Sebelum pulang aku harus tahu Peter membelinya dari mana-- OMG!"

Mendadak mematung di tengah ruangan, kulit putih Juliette semakin memucat seolah melihat hantu. Mengikuti arah pandangnya, aku tidak yakin apakah harus tergelak atau mengamuk. Seharusnya aku tidak meragukan kegilaan Kingsbury.

Di sanalah dia, Sean Kingsbury yang agung, melangkah memasuki ambang pintu depan rumah Peter, mengangguk dan tersenyum ramah, bahkan sesekali menjabat tangan orang-orang yang dikenalnya. Persis seperti politikus menghadapi masyarakat dan pendukungnya semasa pemilu. Tidak sulit membayangkan dua puluh tahun yang akan datang ia menjadi seorang Presiden, melihat betapa mudah dan lihai dirinya mengambil hati serta memanipulasi orang lain.

Kingsbury merupakan perwujudan kesempurnaan dan kesantunan di mata dunia.

"Siapa boneka Ken itu?" Larry menempel padaku, bertanya sembari mengawasi gerak-gerik Kingsbury dengan gaya merendahkan. "Kau mengenalnya, Phoebe?"

Tepat ketika Larry merangkul pundakku, sepasang manik biru kelabu Kingsbury terarah kepada kami. "Sayangnya iya," jawabku seraya menepis lengan Larry. "Juliette, terus awasi Sammy," aku berpesan sewaktu melewati sahabatku itu, sementara dia masih terpaku, menatap Mirosav yang mendampingi Kingsbury,

Singgah sejenak di mini bar, meraih dua gelas soda cherry, lantas aku meneruskan langkah menaiki tangga menuju lantai dua. Dari deretan pintu kamar yang tertutup rapat terdengar kegaduhan berbeda dari musik metal di lantai bawah; para pasangan kekasih tengah menciptakan musik cinta masing-masing.

Menunggu di balkon yang kupilih sebagai tempat berdiskusi, aku mendengar pekik nyaring para gadis dan seruan gaduh para pria. Tampaknya suasana pesta semakin hangat. Beberapa menit kemudian barulah sang iblis menampakkan dirinya.

"Kau bilang ingin membicarakan sesuatu, kita bisa melakukannya di sini," kataku sembari mengangsurkan salah satu gelas plastik merah berisi soda cherry yang kuambil pada Kingsbury. "Tapi sebelum itu, maukah kau memuaskan rasa penasaranku? Bagaimana caramu menemukanku di sini?"

Menyandarkan pundak lebarnya ke kusen pintu, ekspresi Kingsbury keruh selagi mencermati wajahku. "Aku memiliki koneksi," ia menerangkan secara singkat. "Kau sengaja memanasiku," tambahnya setelah hening sejenak.

Menggigit pinggiran gelas, aku menyembunyikan senyum. Tadi siang faktor kejutan menyebabkan aku panik dan ketakutan lebih dari seharusnya. Kini, kurang lebih telah memperhitungkan reaksinya, aku bisa menghadapi Kingsbury secara tenang dan bermartabat. Lagi pula dia sudah tidak semurka sebelumnya.

"Maksudmu Larry? Dia--"

"Kuharap kau tidak terlalu menyukainya," sela Kingsbury datar.

Sedikit pun tidak. "Kenapa?" tanyaku curiga.

Sinfully ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang