Another 5% Part 16

Mulai dari awal
                                    

"Masih hangat, nanti kita periksakan ke dokter rumah sakit ya sebelum menengok Sabrina, semoga saja hanya demam biasa."  

Selly mengangguk. Tubuhnya sudah lebih enakan karena obat turun panas yang diberikan oleh Rolan. Hanya saja tenggorokannya terasa gatal dan hidungnya panas. Mungkin dia terserang virus flu, dan karena daya tahan tubuhnya turun, dia menjadi lemah dan mudah terserang.  

Dibiarkannya Rolan membimbing tangannya dan mereka berjalan bersisian keluar dari flat Selly, menuju rumah sakit.  

***   

"Untung hanya flu biasa." Rolan dan Selly keluar dari ruang pemeriksaan dokter, mereka sekarang berjalan ke area untuk perawatan penyakit kanker, tempat Sabrina di rawat. Tadi Rolan menyempatkan diri menelepon dokter Beni ketika Selly diperiksa di bagian rawat jalan rumah sakit, dan kata dokter Beni, Sabrina sudah sadarkan diri.  

Selly menganggukkan kepalanya, tersenyum lemah. Jantungnya tiba-tiba berdesir pelan ketika mereka semakin mendekati ruangan Sabrina. Entah kenapa dia merasakan perasaan yang tidak enak, seperti rasa tidak nyaman dan penuh di dada... seperti sebuah firasat...  

Tetapi firasat akan apa? Apakah ini semua hanya karena Selly merasa sedikit cemburu kepada Sabrina yang telah mengambil waktu Rolan dua kali, waktu yang seharusnya diberikan untuknya? Tetapi Selly tidak seharusnya merasa cemburu bukan? akan sangat kejam kalau dia cemburu kepada Sabrina yang sedang bertarung melawan penyakitnya? Seharusnya Selly sehati dengan Rolan, mendukung Sabrina, merasakan empati karena Sabrina menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang hampir merenggut Rolan darinya dulu.  

Meskipun begitu, perasaannya sebagai perempuan biasa membuat hatinya memberontak. Dia cemburu, karena dulu sebelum Rolan pulang dari rumah sakit, dia sudah mempunyai impian tinggi akan kebersamaan mereka.... dan kemudian yang dilakukan Rolan adalah memberikan sebagian besar waktunya untuk Sabrina.  

Selly langsung menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir perasaan tidak enak di dadanya.   Tidak! dia tidak boleh berpikiran seperti itu, apalagi kepada Rolan... bukankah Rolan selalu datang kepadanya setelahnya? bukankah Rolan yang menolongnya dari bawah hujan deras itu, menyelamatkannya dan merawatnya ketika sakit?  

Selly masih ingat sentuhan jemari yang sejuk dan kecupan lembut di bibirnya ketika demamnya sedang tinggi-tingginya itu. Sentuhan dan ciuman itu... membuatnya yakin bahwa dia dicintai.  

"Sabrina sedang bangun." Rolan setengah berbisik di depan pintu perawatan Sabrina, membuat Selly tersadar dari lamunannya.  

Mau tak mau dia mengikuti Rolan masuk ke dalam ruang perawatan  

"Rolan." Sabrina bergumam dalam suara lemahnya, meskipun begitu, suaranya terdengar sumringah penuh kegembiraan, "Kau datang."  

"Tentu saja aku datang." Rolan tersenyum lembut, "Aku datang bersama Selly."  

Sabrina menoleh, menatap Selly, lalu tersenyum lembut seolah baru menyadari kehadiran Selly, "Oh Selly, kau ikut juga. Apa kabarmu?"  

Selly mencoba tersenyum, melihat Sabrina yang tampak lemah dan rapuh, tiba-tiba saja dia merasa bersalah karena merasa cemburu kepada Sabrina. Astaga, dia sehat dan beruntung ... sungguh tidak pantas dia merasa cemburu kepada Sabrina yang sakit, lemah dan harus menghabiskan hampir sepanjang waktunya di ranjang rumah sakit.  

"Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu Sabrina, kata Rolan kau mengalami serangan kemarin?"  

Sabrina menganggukkan kepalanya, matanya tampak sedih, "Ya... tubuhku melemah akhir-akhir ini." Tatapannya menerawang, seolah memikirkan seseorang, tetapi kemudian ketika dia menatap Sabrina dan Rolan, perempuan itu tampak mencoba tersenyum, "Tetapi tidak apa-apa, aku senang karena kalian menengokku, terimakasih ya...."  

Another 5%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang