Justin afal betul tabiat gadis yang merunduk di seberangnya. Biasanya, gadis itu akan fokus belajar. Memperhatikan guru dengan baik, mencatat, dan aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Dan melihat gadis itu terlungkup lunglai di atas meja, rasanya janggal. Gadis itu bahkan sama sekali tidak memperlihatkan wajahnya.

Bel berbunyi nyaring. Pertanda bahwa jam pelajaran pertama telah usai. Iris mata Justin masih mengarah kepada Allegra yang duduk di seberangnya. Tanpa peduli akan sang guru di depannya yang tengah menginterupsi siswa mengenai tugas yang harus dikerjakan. Justin memperhatikan lamat-lamat, menunggu gadis itu bangun atau setidaknya bergerak. Justin menduga gadis itu tengah tertidur. Apalagi, mengingat ibu Allegra yang memberitahu Justin satu fakta; Allegra mudah tertidur.

Justin melihat Selena menengok. Gadis itu melihat Allegra yang merunduk di atas meja itu, lantas mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya. Dan Justin menunggu. Menunggu reaksi Allegra.

Allegra tidak bergerak.

Justin mulai gusar, tanpa basa-basi ia beranjak dari duduknya lantas berjalan cepat menghampiri gadis itu. Justin duduk di sampingnya, iris mata hazelnya menilik lebih dalam pada Allegra yang masih saja merunduk. Tampak lesu.

"Ada apa dengannya?" Tanya Justin datar pada Selena. Selena yang terngaga melihat Justin mulai mengerjap lantas menatap Justin takut-takut.

"A..aku tidak tahu. Kukira ia..tertidur?"

Geez. Mengapa dia balik bertanya? Batin Justin merutuk sebal.

Cara, teman satu bangku Selena ikut berbalik. Ia yang sudah mengenal Justin lebih dalam menjawab pertanyaan Justin dengan mudah. Bahkan, Cara berani mendongak menatap Justin.

"Dia demam." Tukas Cara enteng.

Justin tertegun sesaat. Perlahan, ia mulai menyentuh pundak Allegra. Dan mengguncangnya dengan lembut.

"Allegra?" Bisik Justin lembut di telinganya.

"Allegra. Allegra." Bisik Justin lebih keras. Tak ada respon.

Justin membenamkan bibirnya gusar. Ia mengguncang tubuh Allegra lebih keras dan tak ada respon apapun. Dan dengan hati-hati, ia mengangkat kepala Allegra dengan kedua tangannya. Tak ada penolakan yang diberikan gadis itu. Hingga Justin benar-benar mengangkat kepalanya dan menyandarkan kepala Allegra di dadanya, ia terkejut. Wajah Allegra merah padam. Matanya terpejam, dan tak ada suara yang keluar dari mulut gadis itu selain ringisan.

Justin mulai panik, ia mengusap wajah Allegra dan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya. "Kenapa kalian tidak membawanya ke Ruang Kesehatan? Bodoh." Cercah Justin tajam pada Selena dan Cara.

Selena dan Cara tampak terkejut. Seketika para murid lain mulai sibuk memperhatikan Justin. Ditambah guru yang sudah keluar, membuat mereka lebih bebas memperhatikan dan Justin bebas untuk mengeluarkan amarahnya.

"Kalian bukan teman yang baik untuk gadisku."

Wajah Cara dan Selena berubah pias. Bahkan Cara tak berani lagi untuk menatap mata Justin.

"Diam."

Kini giliran Justin yang terkejut. Suara serak nan parau dari Allegra membuatnya menegang. Masalahnya, gadis itu masih terdengar menyeramkan meski tengah sakit.

"Mereka sudah menyuruhku ke Ruang Kesehatan. Aku tidak mau. Mereka juga membelikan sandwich kesukaanku sebelum masuk. Dan aku menghabiskannya. Mereka teman yang baik dan aku bukan gadismu, mengerti?" Celoteh Allegra lirih seraya menjauh dari tubuh Justin dan kembali merunduk.

SOMETIMES [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang